'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Sudah seminggu ini Maria berada di Itali, wanita berambut pendek itu bahkan sudah mengelilingi beberapa kota di Itali. Mulai dari Roma, Napoli, Milan, dan sekarang wanita itu sedang berada di Bergamo, hanya untuk mencari keberadaan Davendra dan xannia.
Sementara itu orang yang di carinya malah sudah mendaratkan pesawatnya di Paris, setelah menghabiskan waktu dua hari di Venesia.
Karna merasa kesal, Maria pun melampiaskan kekesalannya pada barang-barang yang ada di hotel tempatnya menginap.
Wanita itu tidak perduli jika harus mengganti kerugiannya.
Maria mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menelepon asistennya yang bertugas mencari informasi tentang kedua pasangan tersebut.
"Heh, Sialan!! Kau menipuku ya?" kesal Maria tanpa memfilter perkataannya setelah sambungan itu di angkat.
"Mana mungkin saya berani menipu anda, nona," sahut seorang pria di sebrang telepon.
"Aku sudah berkeliling Itali hanya untuk mencari mereka. Tapi mereka tidak ada, apa lagi jika kau bukan
menipuku," kesal Maria.
Maria sudah mencari Davendra dan Xannia di beberapa hotel dan resort yang ada di kota-kota tersebut.
Tapi sayangnya, hotel dan resort yang dia datangi
adalah milik Devandra dan tentu saja mereka akan mengikuti semua perintah boss mereka untuk mengerjai Maria.
"Saya benar-benar tidak menipu anda, bahkan saya hendak memberitahu anda bahwa mereka sekarang sedang berada di Venesia," ujar orang tersebut.
"Sudah dua hari ini mereka berada di sana," ujarnya lagi.
"Ini terakhir kalinya aku menuruti perkataanmu. Awas saja jika mereka tidak ada di sana, aku tidak akan memakai jasamu lagi," kata Maria tegas dan langsung mengakhiri panggilannya.
Setelah panggilannya bersama Maria berakhir, pria yang merupakan orang suruhannya menatap dua orang pria berbadan besar dengan beberapa tato di tubu mereka.
Sedari tadi pria itu menahan napas dan juga keringat sudah mengucur di mana-mana.
Pasalnya kini dua pria berbadan besar itu kini tengah menodongkan dua buah pistol tepat di jantung dan juga kepalanya.
"S-saya sudah mengikuti apa yang kalian minta," ucap pria tersebut dengan terbata-bata.
"Bagus, kau memang harus melakukannya," sahut pria berbadan besar tersebut.
"Sekarang biarkan aku pergi," kata pelayan Maria.
"Baik kami akan melepaskanmu," kata pria berbadan besar satunya lagi.
Kedua pria berbadan besar itu saling melihat dan menganggukkan kepalanya bersamaan.
DORR
DORR
Dua pelurunya mengenai jantung dan juga kepala pria yang merupakan pelayan Maria itu.
"Agar kau dapat menutup mulutmu selamanya," kata pria berbadan besar tersebut.
"Bawa dia ke Cheese dan Chester," ujar pria yang memiliki tatto di wajahnya.
Kedua pria itu pun menyeretnya dan membawanya keluar dari ruangan gelap dan lembab tersebut.
Sementara itu pasangan yang di cari-cari pun sudah
mendaratkan pesawatnya di Bandar Udara Paris - Charles de Gaulle, setelah menempuh penerbangan kurang lebih selama dua jam.
"Kita akan menginap dimana?" tanya Xannia yang masuk kedalam mobil yang pintunya di bukakan oleh sang suami.
Bahkan Davendra melindungi kepala Xannia agar tidak terbentur saat masuk kedalam mobil.
"Apartement milikku," jawab Davendra dan menutup pintu mobil.
dvaendra memutari mobilnya dan membuka pintu kemudin dan mendudukkan dirinya disana.
"Kau punya apartement disini?" tanya Xannia.
Davendra memasangkan seat belt untuk sang istri karna wanita itu selalu lupa memakainya.
"Hmm, aku cukup sering ke Paris dan memutuskan untuk membeli apartement," sahut Davendra.
"Aku ingin melihat wajahnya, pasti sangat lucu saat dia kesal," ujar Xannia menahan tawanya.
"Kau akan semakin melihat wajah kesalnya saat kita sudah pulang ke New York nanti," sahut Davendra.
Xannia bertepuk tangan dan tertawa terbahak-bahak.
"Aku sudah tak sabar untuk melihatnya. Apa kita perlu menginap di rumah pria tua itu-- Aah, maksudku
rumahku yang masih mereka tempati," kata Xannia meralat perkataannya.
"Kau ingin memanas-manasi nya?" tanya Davendra yang mulai menyalakan mobilnya dan melajukannya sediri tanpa memakai supir.
Xannia menganggukkan kepalanya.
"Terserah kau saja," kata Davendra.
"Sepertinya akan seru melihat wajah kesalnya setiap hari," ujar Xannia.
"Kau akan datang ke acara pertunangannya?" tanya Davendra.
"Aku? Tentu saja tidak akan, lagi pula saat dia bertunangan kita masih disini," sahut Xannia.
"Setidaknya aku ada alasan tidak bisa datang pada pria tua itu," lanjutnya lagi.
"Apa datang bulan mu sudah selesai?" tanya Davendra.
"Hmm," sahut Xannia dan membuka ponselnya.
Setelah pertanyaan itu Davendra pun tak bertanya lagi dan memfokuskan matanya pada jalanan kota Paris.Dan Xannia pun tak bertanya, karna dia sudah tahu kemana arah pertanyaan suaminya. -
*
Mobil yang di kemudikan oleh Davendra akhirnya sampai juga di gedung apartemennya dan memarkirkan mobilnya di basement.
Xannia keluar dari mobil setelah suaminya
bukakan pintu untuknya.
Setelah membukakan pintu mobil untuk istrinya, Davendra pun berjalan ke belakang mobil dan mengambil koper mereka yang ada di bagasi.
"Biar aku yang membawa koperku," kata Xannia hendak mengambil koper miliknya.
"Tidak usah. Biar aku saja," sahut Davendra.
"Kalau begitu aku akan membawa ini saja," kata Xannia mengambil tas yang tak terlalu besar milik suaminya.
Mereka pun berjalan kearah lift dengan Davendra yang menggeret dua koper.
TING...
Setelah pintu lift terbuka kedua pasangan itu masuk kedalam lift.
"Kau ingin jalan-jalan setelah ini?" tanya Davendra.
"Tidak, aku hanya akan ada di apartement mu dan melihat-lihatnya saja," kata Xannia.
"Kalau begitu aku akan ke perusahaan yang ada disini dulu sebentar," ujar Davendra
"Hmm," sahut Xannia.
Saat berada di dalam lift Davendra tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengecup dan melumat bibir sang istri.
Pagutan itu baru terlepas setelah pintu lift terbuka dengan sendirinya.
Xannia menepuk lengan suaminya.
"Kau ini!! Bagaimana kalau ada orang yang melihat," gerutu Xannia.
"Biarkan saja," sahut Davendra mengedikkan bahunya.
Mereka berdua berjalan kearah unit apartement milik Davendra yang berada di lantai paling atas, dan di sana hanya ada unit miliknya seorang.
Setelah sampai di depan pintu apartemennya, Davendra menekan sandi untuk membuka pintunya.
"Kau sering membawa wanita datang kesini?" tanya Xannia setelah mereka masuk kedalam apartement.
"Kau yang pertama," sahut Davendra sambil berjalan kearah kamarnya untuk menaruh koper mereka.
Xannia meletakan tas milik suaminya di sofa ruang tamu dan mulai melihat-lihat apartement itu.
Dia berjalan kearah pintu besar yang semuanya full kaca yang tertutup gorden.
Xannia membukanya dan pandangannya langsung terfokus pada menara Eiffel.
"This is very beautiful," gumam Xannia yang merasa takjub.
"Kau menyukainya," bisik Davendra tepat di telinga Xannia
"Hmm," gumam Xannia sambil memegang tangan suaminya yang kini memeluknya dari belakang.
"Kau hebat dalam hal memilih tempat," kata Xannia.
"Aku akan ke perusahaan dulu sebentar," ujar Davendra mengecup pucuk kepala sang istri.
"Apakah lama?" tanya Xannia.
"Tidak, hanya sebentar saja. Aku cuma ingin mengeceknya sebentar," jawab Davendra.
"Jika ada apa-apa atau kau ingin sesuatu, hubungi aku," kata Davendra.
"Baiklah, cepat pergi. Aku ingin mandi, setelah bangun tidur kau langsung membawaku ke pesawat, padahal aku belum mandi dan masih mengantuk," keluh Xannia.
"Hmm," ucap Davendra.
Sekali lagi pria itu mengecup pucuk kepala sang istri dan keluar dari unit apartemennya.
Sedangkan Xannia masih betah berada di balkon,
Saat sudah berada di basement dan akan membuka pintu mobilnya, tiba-tiba ponsel Davendra berbunyi pertanda ada panggilan masuk.
"Halo," sahut Davendra setelah mengangkat panggilan teleponnya.
"Kau yakin akan melakukan nya?" terdengar suara seorang pria di sebrang telepon.
"Hmm, lakukan saja. Tidak perlu semuanya, sisakan sedikit saja. Xannia sudah memilik lima belas persen miliknya dan juga dua puluh lima persen milik ibunya,' kata Davendra dengan datar.
"Kau cukup membelinya saja dengan harga tinggi. Aku akan mengganti semua uang yang sudah keluarkan," lanjutnya pada pria di sebrang telepon.
"Aku ingin Ferrari keluaran terbaru sebagai bunganya. Kau tahu aku harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untukmu," keluh pria tersebut.
"Tak masalah," sahut Davendra.
"Bukankah kau memiliki proyek dengan perusahaannya?" tanya Davendra.
"Iya ... Tapi, penanggung jawab proyek nya pergi begitu saja dan meninggalkan tanggung jawabnya," kesal pria di ujung telepon.
"Batalkan kerjasama itu, aku akan membayar semua kerugianmu," kata Davendra dan masuk kedalam mobilnya.
"Kau serius?" tanya pria tersebut.-
"Hmm," sahut Davendra.
"Baiklah, aku akan melakukan apa yang kau mau. Sebenarnya aku juga malas bertemu dengan wanita itu terus, dia selalu mendekati seperti seorang pelacur," ujarnya.
"Baiklah, beritahu aku jika kau sudah membelinya. Aku akan kembali ke New York tiga minggu lagi," kata Davendra..
"Baiklah, ku doakan semoga bibitmu cepat tumbuh," kata pria tersebut.
Davendra langsung mengakhiri panggilannya dan melajukan mobilnya menuju perusahaan cabang miliknya yang berada di Paris.
Saat Maria sedang mengemasi barang-barangnya untuk pergi ke Venesia, tiba-tiba sang ibu menelponnya.
"Kau masih dimana Maria? Hentikan semua ini dan segera pulang ke New York sebelum daddy mu semakin marah padamu," kesal Jenny dari sebrang telepon.
"Aku akan pulang setelah dari Venesia," jawab Maria.
"Selalu itu yang kau katakan sejak kemarin, kau hanya akan membuang-buang waktumu saja," sahut Jenny.
"Pulang sekarang juga atau daddy mu akan menyeret mu untuk pulang," kata Jenny tegas dan langsung mematikan sambungan teleponnya.
"Sialan," umpat Maria dan langsung keluar dari kamar hotelnya sambil membawa koper miliknya.
Bersambung.....
Selamat... bahagia sllu utk mu daddy dave & mommy xannia 😍😍❤️❤️❤️