Genap 31 tahun usianya, Rafardhan Faaz Imtiyaz belum kembali memiliki keinginan untuk menikah. Kegagalan beberapa tahun lalu membuat Faaz trauma untuk menjalin kedekatan apalagi sampai mengkhitbah seorang wanita.
Hingga, di suatu malam semesta mempertemukannya dengan Ganeeta, gadis pembuat onar yang membuat Faaz terperangkap dalam masalah besar.
Niat hati hanya sekadar mengantar gadis itu kepada orang tuanya dalam keadaan mabuk berat dan pengaruh obat-obatan terlarang, Faaz justru diminta untuk menikahi Ganeeta dengan harapan bisa mendidiknya.
Faaz yang tahu seberapa nakal dan brutal gadis itu sontak menolak lantaran tidak ingin sakit kepala. Namun, penolakan Faaz dibalas ancaman dari Cakra hingga mau tidak mau pria itu patuh demi menyelamatkan pondok pesantren yang didirikan abinya.
.
.
"Astaghfirullah, apa tidak ada cara lain untuk mendidik gadis itu selain menikahinya?" Rafardhan Faaz Imtiyaz
Follow Ig : desh_puspita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 09 - Di Balik Sarung Gus Faaz
"Ya Tuhan, Aruni!!"
"Ha-ha-ha kenapa? Kaget ya?"
"Masih nanya, jelas kagetlah," sahut Ganeeta kembali menatap jauh ke arah pintu gerbang demi memastikan keberadaan Faaz.
"Cie nyariin, Om Faaz barusan pergi."
"Dih siapa yang nyariin?" Ganeeta mengelak, mana mau dia mengaku apa yang terjadi sebenarnya.
"Pakai ngeles."
"Terserah kamu, Aruni, ayo cepat masuk ... aku tidak mau sampai duduk di pojokan seperti kemarin."
"Oh, wajar lari-lari, pengen banget duduk di depan toh?"
"Iya, kamu tahu? Aku berhasil gambar anatomi ginjal dengan sempurna ... kurang lebih seperti gambaranmu!!" seru Ganeeta tanpa sadar bahwa dirinya sangat bangga dengan hasil karya suaminya.
"Oh iya? Kok bisa? Tante kapan belajarnya?"
"Easy, dan aku tidak belajar kebetulan."
"Terus kenapa bisa?"
Ganeeta mendekat, dia membisikkan fakta yang membuat Aruni seketika memutar bola matanya malas.
"Kirain gambar sendiri."
"Shuut, ini cuma kamu yang tahu, jaga rahasianya jangan nyenyes!!"
"Iya-iya."
"Good, yuk masuk ah," ajaknya sembari merangkul pundak Aruni yang memang sedikit lebih muda dibanding dirinya.
Hubungan mereka terjalin begitu baik karena sedari kecil sudah bersama. Keduanya menyukai bidang yang sama, hanya saja Aruni sedikit lebih serius dan tidak semalas Ganeeta.
"Oh iya, Tante, Om Faaz memang sehari-hari pakai sarung ya?" tanya Arumi mengalihkan pembicaraan.
Penampilan suami Ganeeta yang hampir persis kakek buyutnya pagi ini membuat Aruni salah fokus hingga tak kuasa menahan rasa penasaran lebih lama lagi.
"Iya, kan kita pernah lihat dia datang ke rumah dulu pakai sarung juga."
"Betul, kira-kira kenapa ya? Apa karena lebih nyaman? Mengingat dia anak yang punya pesantren kan ya?"
"Ehm, aku rasa bukan," sahut Ganeeta tampak serius sampai menghentikan langkahnya.
"Lalu? Kira-kira kenapa?"
"Mungkin habis sunat," jawab Ganeeta asal yang kemudian membuat Aruni terpingkal-pingkal.
Aruni pikir apa, tahunya Ganeeta lagi-lagi bercanda dan memang tidak dapat diharapkan pada akhirnya. "Ha-ha-ha bisa saja, ngaco banget jawabannya ... masa iya belum kering bertahun-tahun."
"Loh kenapa ketawa? Kan kita tidak pernah lihat apa yang disembunyikan dibalik sarung Gus Faaz ... bukankah begitu, Aruni?"
"Ah udah ah, makin ngaco bahasannya," pungkas Aruni memilih mengakhiri pembahasan konyol yang dikhawatirkan akan semakin kesana kemari.
"Aruni tunggu! Jangan ninggalin!!"
.
.
Di tempat lain ...
"Uhuk!!"
"Pelan-pelan, Faaz."
"Terima kasih, Akmal," ucap Faaz seraya menerima tisu yang diberikan Akmal.
Dia juga merasa tak enak hati karena tersedak sewaktu menikmati minuman yang disajikan oleh teman lamanya itu.
Sengaja dia berkunjung ke apartemen Akmal karena berada di sekitaran kampus Ganeeta. Niatnya sih agar tidak kejadian terlambat menjemput sang istri, sekaligus tidur demi membayar rasa kantuk akibat begadang semalam.
"Apa yang kau pikirkan? Apa ada masalah?" tanya Akmal sekali lagi dan memastikan keadaan Faaz.
"Tidak ada, aku baik-baik saja," ucapnya meyakinkan setelah merasa sedikit lebih baik.
Jujur dia juga bingung kenapa tiba-tiba mendadak tersedak, siapa yang kini menyebut namanya? Mungkinkah Ganeeta? Akan tetapi, rasanya mustahil jika wanita itu yang membicarakannya, begitu pikir Faaz.
Sementara itu, Akmal yang mengetahui jungkir balik dunia Faaz justru tertawa pelan. Kurang lebih sama seperti Faaz, dia juga berpikir bahwa ada seseorang yang membicarakan nama temannya ini.
"Aku rasa kau tengah menjadi topik pembicaraan seseorang, Faaz."
"Siapa?"
"Siapa saja, istrimu atau yang lain 'kan bisa jadi."
Faaz berdecak, pendapat Akmal justru membuatnya semakin bingung.
"Ah sudahlah, ucapanmu semakin membingungkan saja."
"Ha-ha-ha, aku hanya menduga ... mana kutahu jelasnya bagaimana."
Tak menjawab, Faaz kembali menikmati teh hangat yang disajikan Akmal untuknya.
Dengan wajah yang terlihat lelah, Faaz menyandarkan tubuhnya di sofa. Menyaksikan hal itu, Akmal merasa iba.
"Ke kamar saja kalau ingin tidur, wajahmu terlihat sangat lelah."
"Apa terlalu kentara?" Faaz balik bertanya dan kemudian Akmal angguki.
Dia yang sempat Faaz beritahu perihal pernikahannya tadi malam jelas saja salah sangka.
"Berapa ronde memangnya?" celetuk Akmal dan berakhir dilempar bantalan sofa oleh Faaz.
"Jangan macam-macam pertanyaanmu, Akmal."
"Ha-ha-ha, aku serius ... matamu terlihat jelas kurang tidur, apalagi kalau bukan begadang penyebabnya?" tanya Akmal masih konsisten menerka bahwa Faaz telah melakukan sesuatu yang iya-iya.
"Benar, aku memang begadang."
"Nah itu kau bilang begadang, terus kenapa marah padaku?"
Tak segera menjawab, Faaz hanya memijat pangkal hidung seraya menghela napas kasar. "Kau kira alasan begadang cuma itu saja? Macam-macam, Akmal," ungkap Faaz mulai kehabisan batas kesabaran.
"Iya, aku tahu banyak hal yang bisa jadi alasan seseorang begadang ... tapi, terkhusus pengantin baru aku rasa hanya satu."
"Kau ini benar-benar, intinya begadang dan bukan karena itu, puas?!" kesal Faaz kini merebahkan tubuh dan menutup mata dengan lengannya.
Jujur dia katakan memang benar lelah dan ingin tidur sebentar saja. Meski sebenarnya bisa dia lakukan di kediaman sang mertua, tapi rasanya tidak nyaman saja.
"Bangunkan aku sebelum jam 12," pinta Faaz dengan mata yang kini sudah terpejam.
"Malam?"
"Ck, aku tidak sedang dalam keadaan yang baik untuk bercanda, Akmal."
"Iya-iya, nanti aku bangunkan ... sana tidur," ucap Akmal menepuk pundak sahabatnya sebelum berlalu pergi.
Meninggalkan Faaz sendiri sementara dirinya akan menghabiskan waktu selama satu jam kedepan untuk berolahraga.
.
.
Sesuai dengan rencana, Akmal bisa diajak kerja sama hingga Faaz bisa menjemput Ganeeta tepat waktu, bahkan jauh sebelum istrinya keluar.
Sudah jelas masih dengan penampilan yang sama persis seperti tadi pagi, bahkan lengkap dengan peci hingga membuat wajah Ganeeta memerah.
Bukan tanpa alasan, tapi saat ini cukup banyak orang di sekelilingnya. Bukan hanya Aruni yang tadi sampai terpingkal-pingkal perkara membahas sesuatu di balik sarung Faaz, tapi juga teman-teman sekelas Ganeeta yang lain.
"Wuih, siapa itu, Net?"
"Suam_"
"Shuuut!!" Segera Ganeeta membungkam mulut Aruni.
Tak lupa dengan mata yang melotot sebagai ancaman agar Aruni tidak mengatakan apa-apa.
"Kamu lupa tadi pagi aku bilang apa?"
Aruni mengatupkan bibir dan memberikan isyarat dia tidak akan macam-macam.
Usai memastikan Aruni tidak akan membahayakan dirinya, Ganeeta masuk segera. Seraya bersedekap dada, Ganeeta siap melontarkan pertanyaan tatkala Faaz kini duduk di kursi kemudinya.
"Kenapa bajunya masih begitu sih?" tanya Ganeeta tetap fokus menatap ke depan.
"Kenapa memangnya?"
"Aneh."
"Kok aneh? Kan sopan."
"Sopan sih sopan, tapi persis bocah habis su-nat tahu tidak?" kesal Ganeeta yang sama sekali tak terpikirkan oleh Faaz sebelumnya.
Tak sedikit pun dia mengira bahwa Ganeeta akan menatapnya sebagai bocah habis su-nat.
"Ah, kamu tidak suka Mas begini?"
"Masih nanya, aneh dibilangin."
"Baiklah, kalau begitu Mas lepas saja sarungnya," ucap Faaz seraya bersiap melepas sarungnya dan membuat Ganeeta panik sepanik-paniknya.
"Hei ... hei ... hei!!! Mau ngapain?"
.
.
- To Be Continued -
Hai penduduk bumi!! Sejauh ini gimana? Apakah suka kisah mereka?
Kamu dah mahasiswi loh..bkn anak kecil lagi
Bisa kan mencerna ucapan Faaz
Kalian sama² terpaksa awalnya...bahkan kamu kabur Neet
Tp seiring berjlnnya wkt mulai sama² nyaman kan...mulai saling membutuhkan
Klwpun kamu marah & kecewa....jgn ke Faaz dong...ke Papimu sana
Kalian sama² 'korban' disini
Klw boleh jahat....biangnya sebenarnya Om Pras...salah memperlakukan sedari balita...itu menurut aku
Jd sampai kamu remaja kamu salah mengartikan sayangnya Om Pras ke kamu
jiwa posesif Faaz muncul jga..
😀😀😀😀❤😉😉
Plg dulu sana Om
dan semoga dngan dtang ny Pras konflik rumhtngga ny Anet ma Faaz cpet kelar
Gaspol no rem 😂
ak sendiri klo jd anett jangankn Deket liat muka orgnya aja udh GK mau,,
pasti butuh pelampiasan entah pelukan atau sandaran,, 😔🤧