Kisah tentang cinta yang terjebak dalam tubuh yang berbeda setiap malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Masa Lalu yang Tak Terduga
Beberapa bulan berlalu dengan lebih tenang, dan kehidupan kami kembali ke rutinitas yang stabil. Aku dan Arya belajar menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan, bahkan sempat menikmati beberapa akhir pekan dengan penuh kebahagiaan. Rasanya seperti kami sudah menemukan harmoni baru, sebuah irama yang memungkinkan kami saling mendukung tanpa kehilangan diri kami masing-masing.
Namun, di saat segalanya terasa tenang, kehidupan kembali menghadirkan sebuah kejutan yang tidak pernah kami bayangkan. Suatu hari, seorang wanita bernama Sinta datang ke kantor Arya. Dari penampilannya yang anggun dan profesional, aku merasa ada sesuatu yang istimewa tentang wanita ini.
Aku baru saja sampai di kantornya untuk makan siang bersama ketika aku melihat Arya berbicara serius dengan Sinta. Saat mereka melihat kedatanganku, percakapan mereka terhenti, dan Arya memperkenalkan Sinta sebagai rekan bisnis lama yang datang untuk membicarakan proyek baru. Aku tersenyum sopan, tetapi ada perasaan aneh yang sulit aku jelaskan.
***
Selama beberapa minggu berikutnya, Sinta semakin sering muncul di kehidupan kami. Awalnya hanya dalam konteks pekerjaan, namun kemudian menjadi semakin intens. Aku merasa terganggu dengan kehadirannya, namun berusaha menahan diri untuk tidak berprasangka buruk. Aku mempercayai Arya, dan kupikir mungkin ini hanya perasaanku saja.
Suatu malam, saat aku dan Arya sedang menikmati makan malam, aku memberanikan diri untuk mengungkapkan kecemasanku.
"Arya, aku tahu ini mungkin hanya perasaanku, tapi aku merasa Sinta terlalu sering hadir dalam hidup kita. Apakah kamu yakin ini hanya urusan bisnis?"
Arya terdiam sejenak, lalu menggenggam tanganku. "Aku mengerti perasaanmu, dan aku minta maaf jika membuatmu merasa tak nyaman. Tapi percayalah, ini murni urusan pekerjaan. Sinta memang cukup berpengaruh di bidangnya, dan proyek ini bisa membawa kemajuan besar untuk bisnis kita."
Aku mengangguk, mencoba menahan perasaanku dan memberikan kepercayaan penuh kepada Arya. Namun, dalam hati, aku tidak bisa menghilangkan kekhawatiran yang terus menghantuiku.
***
Seiring berjalannya waktu, Sinta mulai semakin akrab dengan Arya. Ia bahkan mulai bertemu denganku di beberapa kesempatan, mencoba membangun hubungan yang ramah. Meskipun ia berusaha terlihat bersahabat, ada sesuatu di balik tatapannya yang membuatku merasa gelisah. Sinta adalah wanita yang cerdas dan mempesona, dan aku tidak bisa mengabaikan bahwa mungkin saja Arya merasa tertarik padanya, meski hanya dalam konteks profesional.
Pada suatu malam, saat aku merasa sudah tidak bisa menahan lagi, aku bertanya pada Arya secara langsung.
"Arya, jujur saja padaku. Apakah ada sesuatu antara kamu dan Sinta yang lebih dari sekadar pekerjaan?"
Arya terkejut mendengar pertanyaanku, tapi kemudian ia menatapku dengan tatapan lembut. "Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, Sayang. Kamu adalah satu-satunya yang aku cintai."
Jawabannya menenangkan hatiku untuk sementara, namun aku tahu bahwa aku harus tetap waspada. Ada sesuatu yang ganjil tentang situasi ini, dan aku tidak ingin mengabaikan firasatku.
***
Beberapa minggu kemudian, terjadi sesuatu yang mengubah segalanya. Aku sedang membersihkan ruangan Arya ketika menemukan sebuah foto lama yang terjatuh dari buku catatannya. Foto itu adalah foto Arya dan Sinta, diambil bertahun-tahun lalu. Mereka terlihat sangat dekat dan bahagia, dengan senyuman yang tampak begitu tulus.
Perasaanku hancur saat melihat foto itu. Arya dan Sinta ternyata memiliki masa lalu yang belum pernah ia ceritakan padaku. Aku merasa tertipu, seolah ada bagian dari hidup Arya yang dia sembunyikan selama ini. Aku berusaha mengendalikan diri, menahan amarah dan kesedihan yang melanda.
Malam itu, ketika Arya pulang, aku langsung menanyakan foto tersebut.
"Apa maksud dari foto ini, Arya? Kenapa kamu tidak pernah bercerita tentang masa lalumu dengan Sinta?"
Arya terdiam sejenak, tampak terkejut dan gugup. Setelah menarik napas panjang, akhirnya ia menjelaskan. "Aku minta maaf karena tidak pernah mengatakannya padamu. Sinta adalah cinta pertamaku. Kami dulu memiliki hubungan yang cukup dekat, tapi kami berpisah karena jalan hidup kami berbeda. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengannya dalam situasi seperti ini."
Aku merasa sesak mendengar penjelasannya. Walaupun Arya mengklaim bahwa hubungan mereka sudah berakhir, aku tidak bisa menahan rasa cemburu dan curiga yang membara di dalam hati.
"Aku mengerti, Arya, tapi aku perlu waktu untuk mencerna semua ini," jawabku lirih, mencoba menahan air mata.
***
Setelah percakapan itu, hubungan kami terasa canggung. Aku tidak bisa sepenuhnya menghilangkan bayangan Sinta dari pikiran, dan kehadirannya yang terus ada di sekitar kami hanya memperburuk situasi. Meski Arya berusaha meyakinkanku bahwa masa lalunya dengan Sinta sudah berakhir, aku tetap merasa ada yang tidak beres.
Aku merasa lelah, lelah mempertanyakan hubungan kami, lelah merasa tidak aman. Aku mulai mempertanyakan apakah Arya benar-benar jujur padaku, ataukah dia masih memiliki perasaan yang terpendam untuk Sinta.
Di tengah kekacauan ini, aku sadar bahwa aku harus mengambil keputusan untuk diriku sendiri. Jika terus-menerus hidup dalam bayangan masa lalu Arya, maka aku hanya akan membuat diriku semakin tersiksa. Aku mencintai Arya, tapi aku juga perlu menjaga diriku sendiri.
***
Akhirnya, pada suatu malam, aku memutuskan untuk berbicara dengan Arya tentang perasaanku yang sesungguhnya.
"Arya, aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa terus hidup dengan bayang-bayang masa lalumu. Aku butuh kejelasan, aku butuh kepastian bahwa kamu sepenuhnya bersamaku, tanpa ada keraguan sedikit pun."
Arya memandangku dengan tatapan penuh penyesalan. "Maafkan aku, Sayang. Aku tidak pernah berniat membuatmu merasa seperti ini. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa kamu adalah satu-satunya yang aku inginkan."
Malam itu, kami berbicara lebih dalam, mengungkapkan semua perasaan yang selama ini terpendam. Aku merasa lega setelah membuka semua unek-unek di hati, namun aku tahu bahwa butuh waktu untuk benar-benar mempercayai Arya kembali sepenuhnya.
Kami berdua sepakat untuk memberikan waktu bagi hubungan ini, untuk memastikan bahwa tidak ada lagi bayang-bayang masa lalu yang mengganggu masa depan kami.
Aku tahu bahwa cinta kami akan diuji lagi dan lagi, tapi aku juga yakin bahwa dengan komunikasi dan kejujuran, kami bisa menghadapinya bersama. Aku memilih untuk percaya pada Arya dan memberi kesempatan bagi hubungan kami, dengan harapan bahwa kami bisa melangkah maju tanpa keraguan lagi.
Babak baru ini akan menjadi ujian terbesar bagi cinta kami, namun aku yakin bahwa selama kami memiliki komitmen yang kuat, tidak ada yang tidak bisa kami lewati bersama.