Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)
....
Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
"Bu?" panggil Aditya pada Bi Inah yang terbengong itu.
"Eh iya? Sini Zyan nya kasih sama bibi." kata Bi Inah mengambil alih Zyan dari gendongan Aditya.
Aditya memberikan anaknya itu. "Terimakasih, Bu." ujarnya sopan.
Bi Inah tersenyum kaku dan mengangguk. "Saya ke kamar non Amanda dulu, permisi," Bi Inah langsung melewati Aditya dan masuk ke dalam kamar Amanda.
Aditya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung karena pembantu itu terlihat kebingungan. "Mungkin dia canggung karena aku meminta secara langsung," gumamnya, mencoba berfikir positif.
Aditya menatap sekeliling lantai dua tersebut, melihat ada ruang santai di sana, ia memilih menunggu anaknya di ruangan tersebut.
*****
Didalam kamar, Bi Inah mencari keberadaan majikannya itu. la sebenarnya sudah tahu penyakit yang diderita Amanda, karena dulu ia bingung saat melihat majikannya itu membawa asi setelah keluar dari kamar. Dan Amanda pun bercerita tentang kelebihan hormonnya itu.
"Non..." panggil Bi Inah seraya menepuk-nepuk pelan punggung Zyan agar nangisnya berhenti.
"Dikamar mandi, Bi..." sahut Amanda dari dalam.
Amanda membuka pintu kamar mandi dan langsung mengambil alih Zyan. Sebenarnya ia ingin keluar kamar mandi saat mendengar anak itu menangis, tapi keburu Aditya membawanya keluar.
"Aditya nunggu dimana, Bi?" tanya Amanda seraya duduk di tepi ranjang. la langsung menyusui Zyan yang sebenarnya masih mengantuk itu.
"Diluar, Non," jawab Bi Inah yang ikut duduk disamping Amanda.
Amanda manggut-manggut dan menatap kearah Zyan yang menyusu sambil tidur itu. la tersenyum dan membelai lembut pipi Zyan.
"Non,"
"Iya, Bi?"
"Kenapa gak jujur aja kalau yang menyusui Zyan itu bukan bibi, tadi rasanya canggung sekali, Non." tutur Bi Inah tersenyum kaku.
Amanda menggeleng seraya nyengir kuda. "Entar Aditya ngiranya yang enggak-enggak, Bi. Aku kan belum menikah, masa sudah mengeluarkan asi? Orang yang mendengar itu pasti tidak percaya dan menganggap aku pernah hamil sebelumnya," pungkasnya.
Bi Inah mengangguk-anggukan kepalanya paham. "Kalau Non bilang bibi yang bisa mengeluarkan asi, itu akan lebih aneh, Non. Masa iya orang seumur bibi masih bisa mengeluarkan asi, ya 'kan?"
Amanda terdiam guna memikirkan perkataan pembantunya itu. la tahu akan hal itu, tapi ia sudah terlanjur beralasan seperti itu, mau bagaimana lagi?
Jdarrr.....
Byurr....
Petir dan hujan tiba-tiba turun dan mengagetkan Zyan, sehingga bayi itu menangis kencang dan melepaskan mulutnya dari nipple Amanda.
"Astaga, Sayang." Amanda menepuk-nepuk pantat Zyan.
"Paaapaa," celoteh Zyan mencari ayahnya.
Amanda yang sedikit mengerti lantas menyuruh pembantunya itu memanggil Aditya.
Bi Inah bergegas keluar kamar dan mencari keberadaan Aditya.
"Ssstttt, nen lagi, Zyan..." Amanda berusaha untuk memasukkan nipple-nya ke mulut Zyan agar berhenti menangis. Tapi, Zyan menolaknya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Zyan hanya terkejut sehingga ia tidak membutuhkan asi lagi dan mencari keberadaan sang ayah, karena memang ayahnya yang selalu mendekap nya disaat ia terkejut.
Tak lama Aditya masuk dengan tergesa sehingga tidak meminta izin lagi.
"Zyan,,," adityy mendekati Amanda dan mengambil alih Zyan. la mendekap anaknya dengan sayang guna menenangkan sang anak.
"Paaapaaa,"
"Iya, Sayang, ini ayah." kata Aditya sambil mengusap punggung anaknya lembut.
Beberapa menit menenangkan Zyan, anak itu sudah tidak menangis dan tertidur dalam dekapan ayahnya.
"Eumm, apa Zyan memang takut dengan bunyi petir?" tanya Amanda menatap wajah lelap anak itu.
Aditya tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, Nona. Apa saat kalian diperjalanan tadi Zyan tidak menangis saat mendengar suara petir?" ia balik bertanya.
Amanda menggeleng pelan. "Tidak, mungkin karena dia tidur nyenyak?"
Aditya menganggukkan kepalanya. "Kemungkinan,"
Amanda membenarkan tempat tidurnya. "Tidurkan Zyan disini." titahnya.
Aditya menurut, ia meletakkan anaknya secara perlahan di kasur. la menarik napas dalam karena tiba-tiba turun hujan.
"Sepertinya hujannya akan awet, bagaimana kami bisa pulang?" gumam Aditya seraya berjalan menuju balkon dan menatap cuaca di sana lewat dinding kaca itu.
"Tidak perlu khawatir, kalian menginap saja disini. Aku pun ingin tidur bersama Zyan," Amanda tersenyum memandangi wajah tenang Zyan.
Aditya membalik badannya menghadap Amanda. la memperhatikan Amanda yang tengah menatap anaknya itu.
Dan tiba-tiba ia teringat dengan pembicaraan mereka tadi. "Oh iya, Nona. Apakah Nona mengiyakan ajakan Tuan Zenaraga untuk bertemu denganku?" tanyanya sambil mendekati ranjang kembali.
Amanda menggeleng pelan. "Aku tidak mungkin mengiyakan ajakan Tuan Zenaraga tanpa persetujuan darimu. Walaupun kita dekat karena Zyan, tetap saja aku tidak berhak menentukan atas hidupmu, bukan?" Amanda tersenyum.
Aditya tidak langsung menjawab, dalam hatinya bertanya-tanya kenapa Tuan Zenaraga hendak menemuinya.
"Kamu tidak pernah buat masalah dengan Tuan Zenaraga, 'kan?" tanya Amanda bercanda.
Aditya menggeleng kuat. "Jangankan buat masalah, Nona, bertemu dengan beliau saja aku tidak pernah." ungkapnya kenyataan.
"Kamu tau, wajah Tuan Zenaraga sangat serius saat pertama kali melihat Zyan dan saat bertanya tentangmu." ucap Amanda memang begitu faktanya.
"Atau jangan-jangan mantan istrimu buat masalah dengan beliau dan akhirnya kamu sebagai suaminya yang bertanggung jawab?" lanjutnya bercanda, namun membuat ekspresi Aditya berubah seketika.
Melihat perubahan raut wajah Aditya, ia reflek memukul mulutnya yang asal bicara itu.
"E-eum, maaf," kata Amanda tidak enak.
Aditya menatap Amanda dan tersenyum tipis. "Tidak masalah, Nona. Mungkin yang dikatakan Nona benar, mantan istri saya memang suka buat masalah," ujarnya.
Amanda tertawa canggung. la memikirkan cara agar berhenti membahas tentang mantan istri Aditya.
"Sebagai permintaan maafku, bagaimana saya belikan kamu baju?" tawarnya yang sudah memikirkan cara agar mengusir rasa canggung itu.
"Tidak perlu, Nona."
"Udah gak apa-apa. Kamu kan nginap, jadi harus mandi sebelum tidur," celetuk Amanda dengan entengnya.
"Zyan aja, kamu nya enggak? Gak adil dong," kekeh Amanda tertawa kecil.
Aditya salah tingkah, ia sekarang pasrah dan mengikuti langkah Amanda.
"Nona!" Aditya menarik Amanda yang hampir jatuh karena menginjak tangga di bagian ujung.
Bruk..
"Ssshh, A-ADITAAHH...." desah Amanda kesakitan karena tubuhnya menubruk tubuh Aditya yang otomatis payudaranya yang masih ngilu itu terkena tubuh kekar Aditya.
Aditya refleks melepaskan tangannya pada Amanda karena kaget mendengar desahan gadis itu. Dan membuat Amanda terduduk di lantai.
Bruk!
"Aduh!!" pekik Amanda kesakitan.
"Nona! Maaf." Aditya melotot sempurna dan membantu Amanda bangun kembali.
Aditya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. la menatap Amanda dan tidak sengaja matanya menatap kedua gunung milik Amanda, lalu ia beralih menatap tubuhnya sendiri.
"Nona, maaf. Kenapa milikmu basah?" dengan polosnya Aditya bertanya dan menunjuk gunung kembar itu.
Amanda menatap miliknya dan matanya terbuka lebar. Ingin rasanya ia menghilang dari bumi karena malu.
"Kamu duluan aja kebawah. Aku mau ganti baju dulu. Milikku suka berkeringat kalau sedang kelaparan." jawab Amanda asal, ia berlari menuju kamarnya kembali.
Aditya melongo mendengar alasan dari Amanda. "Aku kalau lapar perut bunyi, bukan berkeringat." gumamnya seraya menuruni anak tangga.
*****
Aditya Nanda, dia berasal dari panti asuhan dan saat dia berusia 3 tahun, dia diadopsi oleh pasangan yang tidak bisa memiliki anak. Pasangan itu merawat dan mengajarkan tentang kehidupan pada Aditya. Namun, orang tua angkat Aditya meninggal karena sakit-sakitan saat Aditya berusia 20 tahun. Aditya mulai bekerja setelah lulus SMA dan berpacaran. Lama berpacaran dan saat umur Aditya baru 24 tahun, dia malah menghamili pacarnya dan terpaksa menikah tanpa acara karena Aditya tidak memiliki uang juga saat itu. 1,5 tahun pernikahan Aditya dan istrinya, dan ternyata istrinya malah berselingkuh dengan teman laki-lakinya. Dan baru-baru ini mereka bercerai karena Aditya sudah mengetahui semuanya. Zyan, anak dari Aditya dan Naura itu tidak pernah diberi asi asli semenjak Naura berselingkuh. Aditya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan istri dan membelikan susu anaknya." jelas Tobi dengan informasi yang ia terima. "Hanya itu informasi tentang Aditya dan tidak ada informasi tentang penculikan anak anda,"
"Jika kamu yakin kalau kurir paket itu anak kita, besok datanglah ke restoran kecil yang ada di seberang butikku ini. Aku dan kurir itu sudah berjanji ketemu, dan dia baru saja menghubungi ku kalau besok bisa bertemu." kata Dina pada mantan suaminya itu.
Sebastian terus melamun memikirkan pembicaraan mereka di butik mantan istrinya tadi siang. Informasi yang asistennya jelaskan itu memang tidak membuktikan bahwa Aditya adalah anaknya yang hilang.
"Siapa yang membuang Aditya ke panti asuhan?" bingungnya bertanya-tanya.
"Arghhh! Dimana kamu Nak?!!" Sebastian mengacak rambutnya frustasi.
🌸🌸🌸🌸🌸