Sahira Gadis cantik ramah dan murah senyum, namun tak banyak yang tahu di balik senyum manisnya, dia banyak menyimpan luka.
Terlahir dari keluarga kaya raya tidak membuat Sahira hidup bahagia, dia di abaikan oleh ke dua orang tuanya.
Sahira selalu di suruh mengalah dari adik perempuannya.
Kekasih yang sangat dia cintai ternyata sudah berselingkuh dangan adik kandungnya sendiri, dan itu di dukung oleh orang tuanya, tanpa melihat perasaan Sahira yang hancur
Dan lebih sakit lagi, Sahira di paksa menikah dengan laki laki yang tidak di ketahui asal usulnya.
Bagaimana kelanjutan kisah sahira, yuk.... Ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"Alina, sudah di bilang sama Bima, suruh Sahira pulang, capek mama lama lama beres beres rumah sebesar ini sendirian." keluh bi Hana.
"Sudah ma, tapi mas Bima bilang, mas Bima belum ketemu sama kak Sahira, justru mas Bima manggil kak Sahira, kak Sahira ngak mau menemui mas Bima." adu Alina.
"Dasar tidak tau diri sekali anak itu." marah sang mama.
"Iya ma, katanya dia juga ngak mau membantu pekerjaan mas Bima sekarang, sombong banget dia, semenjak menikah sama anak begajulan itu." Alina pun ikut menjelek jelekan sang kakak kepada sang mama.
"Dasar anak si alan, apa sih maunya, kita lihat saja nanti berapa lama dia bisa bertahan hidup di luar sana." kesal bu Hana, padahal yang butuh itu dirinya bukan Sahira.
"Oh, iya. Apakah nanti kak Sahira akan memberikan gajinya sama kita ma? " tanya Alina, dia hampir saja lupa, hari ini kan Sahira gajian, namun kakaknya itu belum mengirim uang kepadanya.
"Harus itu, enak saja dia bersenang senang dengan gajinya itu." jawab bu Hana lansung mengambil hpnya, dan menghubungi nomor Sahira.
"Sial, kenapa tidak aktif." marah bu Hana, beberapa kali menghubungi nomor Sahira, namun selalu di luar jangkauan.
"Gimana ma? apakah nomor kakak masih tidak bisa di hubungi? " tanya Alina ikutan panik, gimana tidak panik, klau kakaknya tidak memberikan gajinya kepada mereka, lalu bagaimana mereka mencukupi kebutuhan sehari hari, karena uang yang di hasilkan oleh pak Bram, Rega dan Alina hanya untuk foya foya mereka.
"Huu... Dasar anak si alan itu, besok mama mau menemui dia ke perusahaannya, klau dia tidak mau memberikan gajinya sama mama, mama akan mempermalukannya di depan teman teman kantornya itu, biar tau rasa anak itu." sungut bu Hana berapi api.
"Aku setuju dengan ide mama, klau begitu biar besok aku menemani mama, sekalian mau bertemu dengan mas Bima." senang Alina.
"Baiklah, setelah itu kita pakai jasa pembantu saja di rumah ini, mama capek mengerjakan semuanya sendirian." keluh bu Hana.
"Baiklah, terserah mama saja, aku mah ngikut apa kata mama." sahut Alina.
Sementara Sahira yang mereka bicarakan, sedang duduk santai dengan menikmati jus dan cemilan sambil menonton drama kesukaannya, di taman belakang rumah Galang.
Karena Galang belum juga pulang ke rumah, karena banyak pekerjaan.
Cup...
Satu kecupan mendarat di pipi Sahira, tentu saja membuat Sahira kaget, siapa yang berani menciumnya.
"Mas, kirain siapa." rengek Sahira manja.
"Emang siapa yang kamu pikir, emang ada orang lain yang berani mencium kamu, selain mas." kekeh Galang duduk di samping sang istri.
"Lagi ngapain sih, sayang? mas datang sampai ngak tau." Galang mengintip laptop sang istri yang masih menyala.
"Lagi nonton drama korea." jujur Sahira memperlihatkannya kepada sang suami.
"Ngak usah liatin cowok itu, mas lebih tampan dari dia, dan mas juga bisa lebih romantis dari dia." oceh Galang mode cemburu melihat artis Korea yang menjadi favorit sang istri.
"Hahaha... Iya iya suami aku emang tampan dan baik hati, ngak ada yang menyainginya, beruntungnya aku menjadi istrinya." ujar Sahira tanpa beban.
Tentu saja ungkapan hati Sahira itu membuat Galang salah tingkah dan juga bahagia, karena istrinya sudah bisa menerima dirinya.
"Cie... Salting," goda Sahira melihat pipi Galang yang bersemu merah.
"Kamu meledek mas." ujar Galang pura pura galak.
"Huuu... Takut..." sahut Sahira pura pura takut dan berlari menjauh dari Galang.
Galang yang tidak ingin diam saja dia pun ikut berlari untuk mengejar sang istri.
Dan terjadi lah kejar kejaran di sore hari itu di taman belakang rumah Galang itu.
Pekikan dan tawa Sahira terdengar nyaring sampai ke dalam rumah, membuat para pekerja di rumah itu pun ikut senang, Nona muda dan tuan muda mereka sangat bahagia.
"Aku bahagian melihat mereka bahagia, semoga aja kebahagian mereka tidak ada yang mengusik, aku ngak rela." ujar bi Asnah.
"Iyo bi, aku juga ngak rela mereka bersedih, sudah cukup Den Galang kesepian selama ini, sekarang sudah punya istri yang cantik dan baik hati, yang menemani hari harinya, dan Den Galang jadi betah pulang kerumah semenjak ada Non Sahira, Non Sahira juga kelihatan sangat bahagia bersama dengan Den Galang." tutur bi Siti.
"Awas aja ada ular keket dan kadal buntung yang menganggu kebahagian mereka, aku orang terdepan yang jadi tameng mereka." sungut bi Asnah menyingsingkan bajunya sebatas bahu dan ber kacak pingang seolah-olah ada musuh di hadapannya.
Bi Siti mengangguk dan terlihat wajah seriusnya menyetujui ucapan bi Asnah.
"Hos hos hos... Sudah mas, capek." keluh Sahira dengan nafas menderu dan sedang tiduran di atas rumput Jepang yang terawat itu.
Galang tersenyum dan ikut tiduran di samping sang istri.
"Mas senang mendengar kamu sudah bisa membuka hati kepada mas, sayang." ucap Galang tulus.
Sahira memiringkan badannya dan memeluk tubuh Galang yang sedang terlentang itu dan menjadikan lengan Galang sebagai bantal, memeluk tubuh sang suami seperti giling.
"Aku sudah jatuh cinta kepada mas, entah dari kapan aku ngak tau, aku selalu rindu klau mas ngak ada di sisi ku." jujur Sahira.
"Mas juga mencintai istri mas ini dengan segenap jiwa mas, Sayang. Terima kasih telah mau menjadi istri mas, walau pernikahan kita yang sangat terpaksa saat itu, dan tanpa ada pesta, mas janji dalam waktu dekat akan mengadakan pesta pernikahan kita, sayang. Kamu pilih pesta seperti apa yang kamu mau, mas akan membuatkannya untuk mu." tutur Galang menatap istrinya penuh cinta.
"Tidak usah ada pesta, mas. Aku ngak pa apa kok, hidup bersama mas saja aku sudah bahagia." tutur Sahira.
"No... Kita akan mengadakan pesta, sayang. Biar orang orang jahat yang telah membuang kamu itu tau klau kamu bisa hidup bahagia tanpa mereka." tegas Galang tanpa mau di bantah.
"Baiklah, aku nurut apa kata mas saja." pasrah Sahira.
"Ini baru istri mas." puji Galang memeluk sang istri dengan gemes dan mencium puncak kepala Sahira bertubi tubi.
Sahira hanya terkekeh mendapat perlakuan itu dari sang suami.
"Masuk yuk, sayang. Sudah mau magrib." ajak Galang.
Sahira mengangguk dan bangun dari tidurnya dan berjalan mengambil laptop nya.
Tanpa ba bi bu Galang lansung menggendong sang istri ala bridal.
"Mas." pekik Sahira memeluk leher Galang sebelah tangan dan sebelahnya lagi memegang laptop.
Galang mengecup bibir sang istri yang sudah menjadi candu baginya itu sepanjang jalan, sesekali matanya melirik jalan yang akan dia tuju, kan klau jatuh ngak lucu.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘