Riska tak pernah menyangka hidupnya yang sederhana akan terbalik begitu saja setelah pertemuannya dengan Aldo Pratama, CEO muda yang tampan dan penuh ambisi. Sebuah malam yang tak terduga mengubah takdirnya—ia hamil di luar nikah dari pria yang hampir tak dikenalnya. Dalam sekejap, Riska terjebak dalam lingkaran kehidupan Aldo yang penuh kemewahan, ketenaran, dan rahasia gelap.
Namun, Aldo bukanlah pria biasa. Di balik pesonanya, ada dendam yang membara terhadap keluarga dan masa lalu yang membuat hatinya dingin. Baginya, Riska adalah bagian dari rencana besar untuk membalas luka lama. Ia menawarkan pernikahan, tetapi bukan untuk cinta—melainkan untuk balas dendam. Riska terpaksa menerima, demi masa depan anaknya.
Dalam perjalanan mereka, Riska mulai menyadari bahwa hidup bersama Aldo adalah perang tanpa akhir antara cinta dan kebencian. Ia harus menghadapi manipulasi, kesalahpahaman, dan keputusan-keputusan sulit yang menguji kekuatannya sebagai seorang ibu dan wanita. Namun, di bal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Jeratan Rahasia yang Mencekam
Riska tidak pernah merasa sewaspada ini sebelumnya. Hatinya penuh kekhawatiran, seolah setiap langkah yang ia ambil berada di atas kaca tipis. Namun, ia tahu satu hal: ia harus bertindak lebih berani dan cermat. Terlalu banyak yang dipertaruhkan kali ini.
---
Malam itu, setelah memastikan Aldo tertidur, Riska turun ke ruang kerjanya, di mana dia menyimpan dokumen penting yang bisa menjadi kunci bagi kebebasannya. Ia tahu Aldo tidak akan membiarkan dokumen itu tersentuh oleh siapa pun, terutama dirinya.
Perlahan, ia membuka laci meja, mencari dokumen yang tersembunyi di dalam brankas kecil. Saat ia menemukannya, hatinya berdetak kencang. Bukti yang dia temukan bisa menjadi senjata utama untuk melawan Aldo.
Suara langkah kaki di belakangnya membuat Riska menoleh. Wajahnya berubah pucat ketika melihat Aldo berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan tatapan dingin penuh amarah.
“Apa yang kau lakukan di sini, Riska?” Aldo bertanya dengan nada rendah tapi mengancam.
Riska mencoba tenang, meski jantungnya berdebar tak karuan. “Aku hanya... hanya mencari sesuatu yang ketinggalan.”
Aldo tersenyum sinis. “Kau pikir aku akan percaya begitu saja? Kau tidak bisa menipuku, Riska.”
“Aku tidak mencoba menipumu, Aldo,” jawab Riska, suaranya mulai bergetar, namun ia tetap berusaha menatap Aldo dengan tegar. “Aku hanya... mencari dokumen penting. Itu saja.”
Aldo berjalan mendekat, menatapnya tajam. “Kau tahu, Riska, semakin kau melawan, semakin sulit hidupmu nanti. Aku hanya ingin mengingatkanmu, ini bukan permainan yang bisa kau menangkan.”
---
Setelah kejadian itu, Aldo semakin waspada terhadap setiap gerak-gerik Riska. Ia memasang lebih banyak kamera pengintai di sudut-sudut yang tak terduga. Bagi Riska, ini semakin terasa seperti hidup dalam penjara. Tapi di sisi lain, tekadnya untuk melawan juga semakin kuat. Ia sadar bahwa kebebasannya kini berada di ujung tanduk, dan ia harus menemukan cara untuk melepaskan diri dari bayang-bayang Aldo.
Malam itu, ketika Aldo keluar untuk sebuah pertemuan bisnis, Riska memanfaatkan waktu untuk menyusun rencananya bersama Reza. Mereka bertemu di sebuah kafe terpencil, mengatur strategi untuk menghancurkan Aldo tanpa membuatnya curiga.
“Kita harus hati-hati, Riska,” kata Reza sambil menatapnya serius. “Aldo bukan orang yang mudah dikalahkan. Dia punya banyak koneksi, dan sekali dia tahu apa rencana kita, semua bisa berakhir buruk.”
“Aku tahu, Reza,” jawab Riska, matanya menunjukkan tekad yang kuat. “Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi. Jika kita gagal... setidaknya aku sudah mencoba.”
Reza menggenggam tangannya, memberikan dukungan yang tulus. “Aku akan ada di sisimu, Riska. Apa pun yang terjadi.”
---
Di tengah rencana mereka, Aldo mulai mencurigai pergerakan Riska yang semakin berani. Suatu malam, ketika Riska sedang memeriksa dokumen yang disimpan Aldo di ruang kerjanya, Aldo muncul di belakangnya tanpa ia sadari.
“Apa yang kau lakukan kali ini, Riska?” Aldo bertanya dengan suara yang sangat rendah namun tajam, membuat Riska terkejut dan merasa terjebak.
Riska berusaha untuk tetap tenang, meskipun seluruh tubuhnya bergetar. “Aku hanya sedang merapikan beberapa dokumen.”
Aldo mendekat, menyandarkan dirinya di meja, menatap Riska dengan tajam. “Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu dariku. Dan percayalah, Riska, aku akan menemukan semua rahasiamu.”
Riska hanya terdiam, berusaha menahan ketakutan yang melingkupinya. Aldo semakin mendekat, memberikan tekanan psikologis yang luar biasa. Riska tahu bahwa satu kesalahan lagi bisa menghancurkan semuanya.
---
momen tegang ketika Aldo, dalam permainan kucing dan tikus, menunjukkan bahwa ia memegang bukti pertemuan Riska dengan Reza. Aldo menatap Riska dengan senyuman sinis dan berkata, “Aku harap kau siap menerima konsekuensi atas apa yang kau lakukan, Riska. Karena setelah malam ini, tidak akan ada lagi jalan keluar untukmu.”
Riska terperangkap dalam jerat yang semakin ketat. Ia merasa ketakutan dan panik, tetapi ia tahu satu hal: ia tidak akan menyerah begitu saja. Namun, dengan bukti di tangan Aldo, bagaimana ia akan membalikkan keadaan?
Setelah percakapan dingin dengan Aldo, Riska kembali ke kamarnya dengan pikiran yang kacau. Ia tahu Aldo sudah mengetahui pertemuannya dengan Reza, dan kemungkinan besar, rencana balas dendamnya pun sudah tercium. Namun, tidak ada lagi jalan untuk mundur. Di saat seperti ini, Riska hanya memiliki satu pilihan: maju terus dan mencari celah untuk mengalahkan Aldo.
---
Pagi harinya, saat mereka duduk bersama di meja sarapan, Aldo tiba-tiba berbicara dengan suara lembut namun penuh sindiran.
“Riska, aku mendengar kabar bahwa kau sering keluar akhir-akhir ini,” ucap Aldo, memandangnya dengan senyum dingin.
Riska mencoba menenangkan dirinya, berpura-pura tidak terganggu. “Apakah itu masalah? Aku juga punya kehidupan, Aldo.”
Aldo mengangguk, lalu menyelipkan foto pertemuannya dengan Reza ke atas meja. “Ini bukan soal keluar, sayang. Ini soal pilihan teman yang... mencurigakan.”
Riska menelan ludah. Ia tahu tidak ada gunanya berbohong. “Aku bertemu Reza untuk membicarakan bisnis. Tidak ada yang perlu kau cemaskan.”
Aldo tertawa kecil, memandangnya dengan tatapan penuh tipu daya. “Bisnis, ya? Bisnis apa yang begitu rahasia hingga aku tidak boleh tahu?”
Riska tahu permainan ini semakin berbahaya, tetapi ia tetap tenang. “Aku tidak berpikir kau tertarik dengan bisnis kecilku, Aldo.”
Aldo mendekat, menatapnya dalam-dalam. “Aku tertarik dengan semua yang berhubungan denganmu, Riska. Jadi, jangan pernah berpikir kau bisa menyembunyikan sesuatu dariku.”
---
Setelah sarapan, Riska kembali ke kamarnya, tubuhnya gemetar. Aldo semakin mengontrol hidupnya, dan kali ini, ia merasa hampir tidak memiliki jalan keluar. Namun, di saat genting ini, semangatnya untuk melawan tetap menyala. Ia tahu jika ia menyerah, Aldo akan memenangkan segalanya.
Di saat yang sama, Aldo memutuskan untuk memanggil Reza ke kantornya. Aldo menyusun rencana untuk memanipulasi Reza agar membocorkan rencana Riska tanpa disadari. Ketika Reza datang, Aldo berpura-pura ramah dan langsung membuka percakapan tentang proyek kerja sama yang pernah mereka bicarakan.
“Aku dengar kau cukup dekat dengan istriku, Reza. Apakah ada rencana yang belum aku tahu?” tanya Aldo dengan senyuman yang membuat Reza gelisah.
Reza, berusaha menguasai dirinya, menjawab, “Riska dan aku hanya berbicara soal pekerjaan, tidak lebih. Dia ingin menjalankan bisnis kecilnya sendiri, dan aku hanya membantu.”
“Ah, istri yang mandiri, ya?” Aldo tertawa sinis. “Semoga kau tidak merencanakan sesuatu yang bisa menyulitkannya.”
Reza tersenyum tegang, berusaha menyembunyikan ketakutan di balik wajahnya. Tetapi Aldo memperhatikan setiap gerakannya, dan ia tahu, Reza menyembunyikan sesuatu.
---
Saat Aldo memperketat pengawasannya, Riska harus semakin cerdik dalam merencanakan langkah selanjutnya. Ia dan Reza harus bertemu lebih rahasia, dan kini, setiap langkah harus diperhitungkan dengan baik.
Suatu malam, Riska berhasil mengajak Reza bertemu di sebuah gedung kosong di pinggir kota. Mereka berbicara dengan tenang, berusaha menyusun strategi baru untuk menghadapi Aldo.
“Dia sudah tahu tentang kita, Reza,” kata Riska dengan wajah tegang. “Aku takut jika kita tidak segera bertindak, dia akan menghancurkan semua yang kita rencanakan.”
Reza mengangguk. “Kita perlu bukti yang kuat untuk menjatuhkannya, sesuatu yang benar-benar bisa membuatnya kehilangan kekuatan.”
Riska menatap Reza, menyadari bahwa ini mungkin kesempatan terakhir mereka. “Apa pun risikonya, aku akan maju. Aku sudah terlalu lama terjebak dalam permainan ini.”
---
Suspense dan Cliffhanger
Namun, saat mereka hendak berpisah, mereka mendengar langkah kaki dari kejauhan. Riska dan Reza terdiam, memandang ke arah bayangan di ujung lorong. Siapa pun itu, jelas ia mengawasi mereka.
“Cepat, kita harus pergi dari sini!” bisik Reza dengan nada panik.
Mereka berlari meninggalkan gedung, tetapi bayangan itu terus mengikuti mereka. Riska merasa jantungnya berdegup kencang, mengetahui bahwa kini mereka berada dalam bahaya besar.
Di akhir bab, terdengar suara telepon Riska berdering. Saat ia mengangkatnya, terdengar suara Aldo di seberang sana.
“Aku sudah memperingatkanmu, Riska. Sekarang kau akan merasakan akibatnya.”
Suara Aldo yang penuh ancaman itu mengakhiri percakapan dengan nada yang membuat Riska membeku ketakutan.
Bab ini ditutup dengan cliffhanger yang menegangkan, membawa pembaca bertanya-tanya: Apa yang akan dilakukan Aldo selanjutnya, dan apakah Riska bisa menemukan jalan keluar sebelum semuanya terlambat?