Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.
Hendrik membawa kembali Jane ke kamarnya, yang di sulap menjadi kamar pengantin baru milik mereka berdua.
"Ambil surat KK dan surat lainnya!" kata Hendrik begitu mereka masuk ke dalam kamar.
"Baik!" jawab Jane tanpa bertanya lagi, karena ia tahu untuk apa mengambil surat-surat yang di sebutkan Hendrik.
Setelah Jane mengambil surat-surat yang di perlukan, dan mengganti gaun pengantin dengan pakaian biasa, ia mendekat pada Hendrik.
"Bagaimana dengan lukamu, apakah kita tidak perlu ke rumah sakit?" tanya Jane dengan lembut, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh perut suaminya itu.
"Setelah kita mengurus surat nikah, kita akan langsung ke rumah sakit" kata Hendrik pelan, sedari tadi ia berusaha terus menahan sakit.
Tangan Jane yang terulur ingin menyentuh perutnya, ia raih dan kemudian ia genggam.
"Ayo!" ujarnya, lalu menarik Jane keluar dari dalam kamar.
Di depan pintu utama Mansion, sebuah mobil mewah anti peluru sudah menunggu mereka, dan seorang pria berpakaian formal, tengah berdiri di samping mobil menunggu mereka berdua.
Pria itu membuka pintu mobil untuk Hendrik dan Jane, lalu menutup pintu mobil dengan pelan, begitu Hendrik dan Jane masuk ke dalam mobil.
Tidak berapa lama, mobil berhenti di depan sebuah gedung catatan sipil, dan mereka masuk ke dalam gedung untuk mengurus akta nikah mereka.
Dalam waktu sepuluh menit, mereka sudah memegang akta nikah.
Bukk!
Baru saja mereka keluar dari gedung catatan sipil, tiba-tiba seseorang sudah melayangkan tinjunya pada Hendrik.
Takkk!
Dengan reflek, Hendrik menangkap tangan seseorang yang akan meninju wajahnya tersebut.
Lalu memutar tangan orang itu, sampai berputar ke balik punggung pria tersebut.
"Ini di depan umum, kalian sudah tidak sabaran ingin berurusan lagi denganku!" Hendrik dengan kuat mendorong pria tersebut, hingga terjerembab jatuh ke tanah.
Lalu kakinya dengan kuat menendang pria itu, hingga terlempar ke jalan.
Orang-orang yang ada di sekitar, menjerit terkejut melihat tubuh pria yang terlempar ke jalan.
"Ayo!" ujar Hendrik menarik tangan Jane untuk masuk ke dalam mobil.
Luka pada perut Hendrik semakin terasa sakit, ia merasakan darah kembali keluar dari luka pada perutnya.
Luka yang memanjang, karena pengeroyokan yang di lakukan beberapa teman adik sepupunya, putra dari Paman kandungnya, karena kematian teman mereka.
Hendrik memegang perutnya, dan satu tangannya memegang erat tangan Jane.
Mengingat lukanya, Hendrik merasa sangat berterima kasih pada Jane, karena telah menolongnya malam itu, kalau tidak! mungkin sekarang ia sudah mati.
Malam itu, saat tersadar dari pingsannya, ia begitu terkejut melihat dirinya berada di atas tempat tidur asing.
Dan, lebih terkejutnya lagi, ia di tolong seorang gadis, yang tanpa rasa takut membawa dirinya masuk ke dalam apartemen gadis itu.
Karena kesalahan yang tidak ia sengaja, membuat beberapa teman adik sepupunya, putra dari Paman kandungnya, mengeroyok dirinya.
Ternyata keluarga Pamannya sudah lama mengincar dirinya, untuk jatuh ke dalam suatu masalah, dan mengambil alih harta warisan yang di wariskan Kakeknya untuknya.
Dan, yang lebih membuat ia jadi marah lagi, ternyata Pamannya mengetahui surat wasiat lain, yang selama ini tersimpan rapi.
Wasiat perjanjian pernikahan, yang di buat Kakeknya untuk dirinya.
Awalnya Hendrik tidak memperdulikan surat itu, telah diambil Pamannya.
Tetapi saat ia menyelidiki siapa calon mempelai wanitanya, ia tidak bisa untuk tidak memperdulikannya begitu saja.
Calon mempelai wanitanya, ternyata gadis yang menyelamatkan dirinya dari kematian.
Seperti orang hilang akal, ia berlari dari rumah sakit, sembari menahan rasa sakit, untuk segera sampai di Mansion.
Saat ia sampai di Mansion, terjadi pertengkaran, yang membuat ia hampir saja, meninju sampai pingsan sepupunya.
Hendrik berteriak, mengatakan Pamannya sungguh lancang, mengambil hak yang bukan milik sepupunya.
Tapi, mereka malah menekan dirinya, tidak layak menikahi gadis, yang sudah di atur oleh Kakeknya.
Pamannya mengatakan kalau dirinya, monster dan psychopath, yang telah membunuh sahabat sepupunya, Wilson.
Itu akan membuat mempelai yang sudah diatur Kakeknya, nantinya akan ketakutan dan menderita, hidup dengan dirinya.
Hendrik pria yang tertutup, dan tipe pria yang tidak suka banyak bicara, membiarkan saja keluarga Pamannya itu menghina dirinya.
Untung saja Kepala Pelayan sebelumnya, menyebutkan nama dirinya, pada mempelai wanitanya, kalau dirinya lah calon suami gadis itu.
Hendrik memejamkan matanya, untuk memenangkan dirinya, yang masih terbawa emosi.
Bersambung......