Niat hati memberikan kejutan kepada sang kembaran atas kepulangannya ke Jakarta, Aqilla justru dibuat sangat terkejut dengan fakta menghilangnya sang kembaran.
“Jalang kecentilan ini masih hidup? Memangnya kamu punya berapa nyawa?” ucap seorang perempuan muda yang dipanggil Liara, dan tak segan meludahi wajah cantik Aqilla yang ia cengkeram rahangnya. Ucapan yang sukses membuat perempuan sebaya bersamanya, tertawa.
Selanjutnya, yang terjadi ialah perudungan. Aqilla yang dikira sebagai Asyilla kembarannya, diperlakukan layaknya binatang oleh mereka. Namun karena fakta tersebut pula, Aqilla akan membalaskan dendam kembarannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Gebrakan Tambahan
“Ini benar-benar di kantor polisi. Semuanya diproses, tapi papa mama, enggak ada yang datang,” batin Liara.
Bukan hanya orang tua Liara yang tidak datang. Karena orang tua Rumi juga. Padahal, orang tua keduanya orang penting dan diharapkan mampu menciptakan keajaiban layaknya yang sudah-sudah. Terlebih, orang tua Keysa dan Vanya yang notabene dari kalangan biasa saja juga datang.
Orang tua Keysa dan Vanya kompak melakukan pembelaan. Bahwa Vanya dan Keysa, diperalat oleh Liara. Pihak Keysa dan Vanya kompak menyalahkan Liara. Mereka mengumpulkan dukungan simpati masyarakat luas melalui wawancara sekaligus video.
Akan tetapi, publik telanjur dibuat geram. Bagi mereka, Vanya dan Keysa tetap bersalah. Masyarakat luas menyebut Keysa, Liara, Vanya, Rumi, dan juga Sasy, sebagai perempuan setan, atau malah asistennya dajal.
Pesan-pesan Aqilla yang meminta pelaku perundungan kepada Asyilla mengamankan mental, pada akhirnya terasa juga. Bahkan seorang Liara akhirnya merasakan itu. Bahwa apa yang menimpanya, mulai membuat kewarasannya tidak baik-baik saja.
Akan tetapi, berkat tindakan pihak dari Liara, kepolisian malah memberikan para terduga pelaku, ke komnas perlindungan perempuan dan anak. Seperti yang dikhawatirkan, lagi-lagi hukum kembali tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.
Angkasa tampak menjadi bagian orang yang mendukung Liara. Cowok itu terekam di beberapa video ketika Liara diboyong ke komnas perlindungan anak dan perempuan. Aqilla menyaksikan semua itu melalui ponselnya. Maraknya kasus sang kembaran membuat video mereka bisa diakses dengan mudah. Karena hampir semuanya berlomba-lomba mengabarkannya.
“Angkasa, ... sepertinya kita harus ngopi atau langsung saling banting! Dasar cowok memble!” batin Aqilla yang bergegas meninggalkan tempat tidurnya.
“Mereka melindungi bibit-bibit dajal di komnas perlindungan anak dan perempuan, Sayang! Mereka lupa sedang berhadapan dengan siapa! SATU DUNIAAA! YANG MEREKA HADAPI BUKAN HANYA KITA APALAGI CHILLAAAAA!” tegas ibu Alina dan merupakan kakak sekaligus kembaran ibu Akina.
Aqilla menyaksikan obrolan penuh emosi tersebut dari lantai atas sambil berpegangan pada terali tangga. Tampaknya, keputusan polisi tak hanya menyulut emosi Aqilla maupun keluarganya. Namun juga dunia!
“Mama Alina!” seru Aqilla.
Di tengah kesunyian rumah karena kini sudah tengah malam. Sedangkan anak-anak sang tante maupun adik Aqilla sudah kompak tidur. Adanya Aqilla yang masih melek dan bahkan tampak sehat bugar, memang langsung mencuri perhatian. Pak Dharen dan ibu Alina yang juga sudah dianggap sebagai orang tua kedua oleh anak-anak ibu Akina, langsung menjadikannya sebagai pusat perhatian.
“Kakak, kamu belum tidur? Kenapa, kepalamu masih sakit?” sergah ibu Alina yang langsung menyambut kedatangan Aqilla penuh kepedulian. Ia mendekap Aqilla kemudian sigap menatap kedua matanya. Sebab dari kenyataan Aqilla yang menengadah berusaha menatap kedua matanya. Ibu Alina yakin, ada yang akan disampaikan oleh anak genius itu.
“Belum genap dua puluh dua empat jam dari penangkapan saja, mereka sudah menggalang banyak simpati. Mereka juga sudah menggunakan kekuasaan untuk lepas dari hukuman yang seharusnya mereka dapatkan,” ucap Aqilla.
Seperti yang ibu Alina yakini, Aqilla memang cerdas. Meski anaknya tipikal yang sangat tenang karena sangat irit bicara, semua yang ada dalam hidup Aqilla, sangat tersusun. Boleh dibilang, Aqilla ini calon intel atau malah mafia andal.
“Tak munculnya orang-orang Liara dan Rumi secara gamblang karena mereka sengaja mempertahankan martabat sekaligus kedudukan mereka. Namun, mereka tetap berhasil lolos dari hukuman bahkan sekadar tuduhan, berkat uang dan kedudukan mereka.”
“Yang akan terjadi jika kita hanya diam tak melakukan gebrakan, ... kasus ini akan menguap begitu saja. Karena jejak-jejaknya akan kembali mereka bersihkan.”
“Anak-anak dajal ini akan tetap dilindungi. Atau, Liara dan Rumi aman karena orang tua mereka punya kuasa. Hanya Vanya dan Keysa saja yang dihukum apalagi, keduanya sempat memisahkan diri.”
“Paling fatalnya, hanya satpam sekolah saja yang dihukum. Satpam sekolah akan menjadi satu-satunya yang menjadi penutup. Karena sekolah pun akan turut menjadi ‘boneka’ pihak Liara dan Rumi.”
“Kekuatan viral memang akan mengalahkan segalanya, bahkan itu kekuasaan yang sangat besar! Namun, tanpa bukti yang memberatkan, mereka juga tidak bisa dihukum berat!”
Aqilla berbicara panjang lebar, dan disimak serius oleh sepasang paruh baya di hadapannya.
“Kamu sudah punya rencana? Papa sudah mengutus uncle Rain untuk terus memberitakan apa yang terjadi. Kami juga sudah mengusut mafia uncle Syukur, untuk mengobrak-abrik mereka!” ucap pak Dharen.
“Itu kenapa, kita enggak boleh diam. Kita harus membuat ‘materi’ baru! Tolong kirim aku ke Chilla, agar aku bisa membuat materi itu. Aku akan dengan tegas mengabarkan kedatanganku. Bahwa alasanku datang, untuk membalas dendam kembaranku. Aku, akan memperjuangkan keadilan untuk Chilla dan meminta dukungan semuanya!”
“Karena sudah telanjur, kita beneran enggak perlu menutup-nutupi keadaan Chilla lagi. Walau setiap unggahan di sosial media bahkan kisah, selalu meninggalkan jejak masa lalu dan kita khawatirkan membuat Chilla trauma ketika melihatnya. Itu urusan nanti. Yang terpenting sekarang ini sungguh memberantas kekuasaan seperti Liara dan orang-orangnya!”
Lagi dan lagi, Aqilla berbicara sangat tegas. Kedua mata agak sipitnya, menatap serius kedua pasang mata di hadapannya silih berganti.
“Bisa ... kita pakai helikopter saja biar enggak harus antre sekaligus tertib menjalani peraturan penerbangan. Nanti kamu sama Papa, biar Mama Alina jaga adik-adik di rumah!” tegas pak Dharen makin emosional. Sebab apa yang Aqilla katakan, sangat masuk akal.
“Kok, ... aku agak takut, ya? Takut mereka kirim teror biar kita berhenti dan enggak lanjut kasus ini?” lirih ibu Alina dan langsung menyita emosi di sana.
“Pyaaaarrrrr!”
“Pyaaaarrrr!!!”
Terdengar keramaian di luar. Di rumah mereka yang besar sekaligus megah, jika keributan di luar sampai terdengar ke dalam. Berarti kejadiannya terbilang parah.
“Kan!” lirih ibu Alina yang tak mengizinkan sang suami maupun Aqilla keluar memastikan.
“Hubungi bantuan saja. Telepon asistennya Syukur karena Syukur baru sampai Indo, lusa!” tegas ibu Alina sambil mendekap erat Aqilla.
“Oke, ... bentar!” sanggup pak Dharen yang langsung bergegas meninggalkan kebersamaan. Ia mengambil ponselnya yang ada di tengah meja depan televisi ruang keluarga kebersamaan mereka.
“Ngeri ... persaingan ini beneran sudah enggak sehat, Ma. Setelah ini, orang tua para pelaku khususnya yang punya kekuasaan, wajib diusut. Penyerangan yang kita dapatkan juga wajib diviralkan. Kita enggak boleh takut. Cukup waspada saja!” yakin Aqilla sambil menatap saksama kedua mata ibu Alina yang langsung membalasnya dengan anggukan.
Di lain sisi, di tempat berbeda dan itu di ruangan yang disertai tempat tidur bagus. Di sana, Liara dan orang-orangnya yang tertawa-tawa. Di meja kebersamaan mereka dipenuhi makanan dan gawai. Selain itu, di sana juga ada papa mama Liara dan sampai dikawal khusus oleh polisi.
😏😏😏
iya juga yaa,, kalo sdh singgung k Mbah Kakung,, memoriq tiba2 jadi blank🤭😅
ini angkatan siapa ya... 🤣🤣🤣
kayaknya aq harus bikin silsilah keluarga mereka deh... 🤣🤣🤣
beri saja Liara hukuman yg lebih kejam Mb...
Angkasa ....,, tunggu tanggal mainnya khusus utkmu dari Aqilla
Jangan smpe orang tua nya liara berkelit lagi ...