Rania, dua puluh tahun memiliki paras yang cantik yang menurun dari Mama nya. kehidupan nya berubah sejak kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan yang membuat nya menjadi seorang yatim piatu disaat usianya menginjak empat belas tahun.
Dan lebih parah nya Rania dipaksa menikah oleh bibi nya dengan seorang pria lumpuh yang telah beristri.
Raka pria berusia tiga puluh tahun setelah selamat dari kecelakaan mengakibatkan kaki nya lumpuh sementara. setelah kaki nya lumpuh pria itu mendapat kenyataan pahit, istrinya berselingkuh dengan beberapa laki laki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pagi itu tampak begitu cerah, sinar matahari yang masuk melaui celah jendela kamar membentuk kehangatan.
Pagi itu Rania masih terlelap, Gadis cantik itu tetap tergulung di tengah selimut tebalnya.
Rania tampak begitu damai saat tidur memejamkan mata nya dengan lembut.
Sementara itu Raka yang tengah duduk di kursi roda nya dengan jarak begitu dekat dengan Rania, pria itu menatap wajah Rania dengan penuh perhatian.
Ia seakan tak ingin melewatkan momen ini, melihat Rania yang sedang tidur dengan begitu tenang.
Perlahan tangannya mulai terangkat dan membelai lembut wajah gadis itu dengan sangat hati hati, Wajah nya yang cantik sedikit terdapat lebam bekas luka kemarin. Namun tidak mengurangi kecantikan alami nya.
"Aku tidak tau apa yang sudah terjadi, nyatanya aku merasa sangat terikat dengan mu"
Lirih Raka dengan terus menelusuri wajah Rania dengan jari tangan nya.
Tak lama kemudian Rania mulai mengeliat, Sontak saja Raka mulai menarik tangan nya dan segera beranjak. tak ingin mengganggu keheningan pagi yang begitu sempurna.
Namun saat hendak pergi, Tiba-tiba Rania membuka mata nya dan tatapan keduanya bertemu.
"Apa yang sedang dilakukan nya disini? dengan jarak sebegitu dekat nya pula" batin Rania dengan wajah bingung nya.
Sementara Raka berusaha tetap tenang, meski pun kini dirinya sudah seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.
"Sial, jangan sampai gadis ini berfikiran yang tidak tidak mengenai aku"
Gumam Raka dengan perasaan was was, apa lagi dengan Rania yang tak henti henti menatap nya.
Rania pun perlahan bangkit dari tidurnya.
Bruukkk
Rania jatuh dipangkuan Raka, jantung nya berdetak dengan kencang, wajah nya memerah dan gugup.
"Maaf tuan"
Sementara Raka terus saja menatap ke arah Rania, membuat gadis itu semakin gugup dan takut.
Saat ini Rania benar-benar sangat takut, karena sudah membuat kesalahan dengan jatuh tepat dipangkuan nya.
Rania sudah sangat pasar dan siap menerima segala kemarahan Raka dalam bentuk apa pun.
Tapi tiba-tiba saja dia dibuat tercengang dengan apa yang terjadi.
"Bangun dan bersiaplah aku akan menunggu mu" ucapnya dingin.
Alih alih mendapat amukan, Rania justru di buat terkejut dengan apa yang didengar nya barusan.
Dia kira Raka akan marah karena kejadian itu.
"Ada apa dengan pria itu? kenapa sikap nya begitu aneh pagi ini" gumam Rania dengan menggeleng kan kepala nya.
Rania bergegas masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap.
Sementara itu Raka keluar dari kamar nya dengan mendorong kursi roda nya itu tengah menutup pintu, Tiba-tiba Johan sudah berada disana.
"Ikut ke ruangan ku"
"Baik tuan, sini biar saya bantu" Johan lalu mendorong kursi roda tuan nya masuk ke ruang pribadi milik Raka.
Sesampai di ruangan pribadi milik Raka, seketika ruangan itu menjadi hening.
Raka menatap Johan dengan expresi datar yang sulit di tebak. Sementara itu, Johan tetap berdiri tegak di depan Raka.
"Apa kau sudah mendapat data data soal gadis itu"? pertanyaan Raka memecah keheningan di ruangan itu.
"Ini tuan, semua data diri Nona muda sudah tercatat semua disini" ucap Johan dengan memberikan Map yang dibawa nya sedari tadi.
Raka pun langsung mengambil map itu dan membuka nya.
"Terima kasih Jo, kau memang selalu bisa diandalkan" ucap Raka dengan tulus.
"Sama sama tuan, itu sudah menjadi tugas saya untuk selalu menjalan kan perintah anda dengan sebaik mungkin" ujar Johan dengan sedikit membungkuk kan tubuh nya.
"Dan soal obat yang anda konsumsi selama ini, hasil lab nya akan keluar beberapa hari lagi" ujar nya kemudian.
Saat itu juga Raka memang lansung menghubungi Johan dan memerintahkan nya untuk mengecek obat nya tersebut.
Dia hanya ingin membuktikan kecurigaan Rania,
Meskipun dia sama sekali tidak mempercayai gadis itu.
Tetapi dia hanya mencoba untuk mencari bukti tentang kebenaran obat tersebut.
"Baiklah, sekarang kamu boleh keluar"
"Baik tuan"
Kini pria itu tengah meng fokus kan diri pada sebuah map yang berisi kan semua data data Rania.
"Apa ini?, jadi benar gadis itu bukan anak dari bu Widi?
Dia sedikit tersentil dengan fakta tersebut, meski dari awal ia sudah mencurigai akan hal itu.
Raka kembali melanjutkannya membaca data itu dengan sangat serius.
" Lalu Hesti Yolanda ini, nama itu seperti nya tidak asing bagiku"
"Oh Tuhan, teryata gadis yang selama ini aku sakiti adalah seorang yatim piatu. Tega sekali aku selama ini" gerutu nya menyesal.
Entah penyesalan nya itu karena dia seorang yatim piatu atau sebaliknya, karena pria itu sudah mulai jatuh cinta pada nya.
"Jadi dia kuliah di salah satu Universitas milik Bimantara"? gumam nya lagi ketika mengetahui satu fakta lagi mengenai Rania.
" Jurusan apa yang gadis itu ambil, kenapa disini tidak jelas" ucap nya lagi dengan binggung.
"Tunggu tunggu, kenapa juga aku harus penasaran dengan gadis itu" rutuk nya dengan menutup map itu begitu saja dan berhenti membaca.
Raka langsung saja mendorong kursi rodanya keluar dari ruangannya.
Bertepatan itu Rania juga baru keluar dari kamarnya. keduanya berpapasan di depan kamar itu.
Seketika Raka terpaku dengan penampilan istri muda nya itu.
Hari ini Rania memakai dress dengan panjang selutut dengan blazer coklat yang lengan panjang nya dilipat hinga siku, rambut panjang nya dibiarkan terurai lembut membuat Raka semakin terpesona.
"Tuan, kenapa tuan tidak turun duluan"? ucap Rania dengan sedikit senyuman.
" Kau sangat cantik " ucap nya dengan penuh kekaguman.
"Apa tuan"? tanya Rania dengan tidak percaya dengan apa yang baru saja pria itu ucapkan.
Raka yang menyadari kesalahannya sontak saja merasa malu.
" Lupakan saja" sahut nya tanpa expresi.
"Saya sudah siap tuan, ayo saya bantu turun" ajak Rania yang langsung mendorong kursi roda milik suaminya masuk ke lift untuk turun.
"Memalukan sekali, bisa bisa nya aku keceplosan mengagumi gadis ini" rutuk Raka dalam hati nya.
Sementara itu Rania justru dibuat bingung dan juga heran dengan sikap Raka pagi ini.
"*Apa benar yang aku dengar barusan itu, mana mungkin dia memujiku. biasanya juga merasa jijik dengan ku*"
"*Apa mungkin dia salah minum obat kali, sehingga dia bisa berbicara selembut itu" ujar nya lagi*.
Rania tak mau ambil pusing dengan semua itu, dia langsung membawa Raka ke meja makan untuk sarapan.
Sesampainya di ruang makan, ruangan itu terasa sepi. jika biasanya tanpa Gea, kini Bima dan Hilda yang sudah terlebih dulu disana kini keduanya pun juga tidak terlihat disana.
"Dimana Papa sama Mama" tanya Rania.
"Mareka ada urusan mendadak tidak sempat sarapan dirumah, sebaiknya kita segera makan agar kamu juga tidak telat ke kampus nya" ujar Raka.
"*Sepertinya pria ini memang salah obat. buktinya dia berbicara lembut sejak tadi" gumam nya*.
Keduanya kini tengah menikmati sarapan pagi nya hanya berdua saja.
lma2 gedek aku
emang sih bumbu cerita tpi gak suka