Andrea, seorang gadis yang memiliki profesi sampingan sebagai joki balap liar itu tidak pernah merasa tidur dengan pria mana pun bahkan dengan kekasihnya sendiri. Namun gadis muda itu sangat terkejut karena tiba-tiba saja hamil, sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Atau justru ada konspirasi jahat di balik ini semua?
Gerrard pria kaya raya yang sangat menginginkan seorang anak, namun Lucy yang telah ia nikahi selama 5 tahun itu tak menginginkannya karena wanita itu sudah sangat bahagia meskipun tanpa adanya anak lagipula hamil hanya akan merusak bentuk tubuhnya yang ideal. Oleh karena itu Lucy rela mencari seorang wanita pengganti yang mau melakukan inseminasi dari benih suaminya agar mereka tetap memiliki keturunan.
"Dasar gadis brandalan awas saja jika terjadi sesuatu pada bayiku," ancam Gerard ketika mengetahui wanita yang telah mengandung anaknya sedang mengikuti sebuah balap liar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~31
Lucy nampak tak sengaja melihat keberadaan asisten sang suami yang baru masuk ke dalam cafe hingga membuat wanita itu langsung beranjak dari duduknya, mengambil tasnya dan kembali memakai kacamata hitamnya.
"Ada suamiku di sekitar sini, kita bicarakan lain waktu saja dan jangan lakukan apapun tanpa seijinku !!" Ucapnya lirih pada Tom yang nampak masih duduk di kursinya.
Tanpa menunggu jawaban pria itu Lucy pun langsung pergi dari sana dan mendatangi asisten suaminya tersebut. "Di mana suamiku?" Tanyanya kemudian.
Henry yang sebelumnya ingin masuk diam-diam ke dalam cafe tersebut akhirnya urung ia lakukan ketika nyonyanya tersebut lebih dahulu menyadari keberadaannya.
"Tuan sedang makan siang di cafe sebelah nyonya," sahut pria itu.
Mendengar itu pun Lucy segera berlalu dari hadapan pria itu, namun baru beberapa langkah wanita itu langsung berhenti lantas berbalik badan.
"Pria itu adalah salah satu fotografer yang sedang bekerja denganku, jadi jangan berpikiran macam-macam apalagi mengatakan yang tidak-tidak pada suamiku." Ucapnya pada Henry namun terdengar seperti sebuah intimidasi.
"Anda jangan khawatir nyonya, saya percaya anda sangat setia pada tuan Gerard." Tukas Henry dengan tegas menatap wanita itu.
Entah kenapa Lucy tiba-tiba merasa tertampar dengan ucapan pria itu, karena nyatanya ia mulai tergoda dengan pesona pria lain.
"Tentu, tentu saja." Tegasnya lantas segera pergi dari sana.
Sementara Henry nampak menatap Tom yang kebetulan juga sedang menatapnya, lantas pria itu pun segera menyusul sang nyonya muda yang sudah terlebih dahulu pergi.
Saat melihat suaminya sedang menikmati makan siangnya di cafe sebelah, Lucy segera menghampirinya. "Sayang, kamu di sini?" Ucapnya seraya melangkah mendekat.
Gerard yang melihat kedatangan istrinya yang tiba-tiba itu pun nampak terkejut namun selanjutnya senyum tipis langsung tersungging di bibirnya. "Kamu di sini juga sayang?" Ucapnya sembari menerima kecupan di pipinya dari wanita itu, namun pria itu langsung menghindar sebelum sang istri berhasil menciumnya.
"Sudah ku bilang ganti parfummu sayang," ucapnya dengan menggelengkan kepalanya menatap wanita itu.
"Ini hanya parfum sayang jangan berlebihan deh, lagipula aku tidak mungkin memakai parfum aroma kopi sangat tidak menarik," Lucy pun terlihat kesal dengan sikap kenakan-kanakan suaminya itu.
"Terserah padamu saja," Gerard yang malas berdebat pun akhirnya memilih fokus dengan makanannya meskipun perutnya terasa di aduk karena mulai mual lagi.
"Ngomong-ngomong apa yang kamu lakukan di sini?" Tanyanya setelah istrinya itu duduk di hadapannya.
"Kebetulan aku baru saja selesai meeting dengan rekan kerjaku di cafe sebelah dan juga sekalian makan siang," terang wanita itu seraya melirik ke arah Henry yang sedang berdiri tak jauh darinya itu.
"Pria?" Ucap Gerard ingin tahu.
Lucy pun mengangguk kecil. "Salah satu fotograferku sayang, kami sedang membicarakan pemotretan untuk minggu depan." Terangnya berdusta.
"Oh," Gerard hanya menanggapi datar.
Kini tak ada lagi pembicaraan di antara mereka karena Gerard lebih fokus dengan makannya, seperti biasa pria itu lebih memilih diam daripada berdebat dengan wanita itu. Hubungan yang semakin hambar pun kini jadi terbiasa bagi pria itu karena nyatanya istrinya juga menganggap enteng hubungan mereka.
Setelah menghabiskan makannya pun Gerard memutuskan kembali ke kantornya sedangnya sang istri juga kembali sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
"Tuan, anda baik-baik saja?" Ucap Henry ketika melihat wajah murung pria itu dari kaca spion depannya.
"Hm," Gerard hanya menjawab singkat.
Meskipun bosnya tak mengatakan apapun, Henry tahu hubungan pria itu dengan istrinya sedang tidak baik-baik saja hingga saat ini. Apa ada hubungannya dengan inseminasi buatan itu?
"Tuan, bukankah ini sudah hampir satu bulan inseminasi itu di lakukan? Apa anda sudah mengetahui hasilnya?" Tanya Henry ingin tahu, karena jika berhasil pasti wanita yang menyewakan rahimnya itu telah hamil saat ini.
"Entahlah, aku tidak ingin tahu." Sahut Gerard datar, bahkan hingga saat ini pria itu masih belum rela jika akan memiliki anak dari rahim wanita lain.
"Tapi bagaimana pun juga itu darah daging anda tuan," Henry kembali mengingatkan. Meskipun terkesan lancang tapi ia sudah menganggap pria itu sebagai adiknya sendiri, mereka saling mengenal sejak kecil karena mendiang ayahnya juga mantan orang kepercayaan keluarga Adrian jadi sudah menjadi kebiasaan mereka untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan.
"Lucy sudah menyiapkan semuanya dengan matang jadi aku yakin dia akan mengurus segalanya sampai anak itu lahir dan di serahkan padaku," sahut Gerard menanggapi.
Henry nampak mengangguk kecil, ia tak bisa ikut campur lebih jauh karena sejak awal ia tak di libatkan, bahkan makin kesini istri dari tuannya itu menunjukkan rasa ketidak sukaannya pada dirinya. Setelahnya tak ada lagi pembicaraan di antara mereka sampai tiba di kantor dan kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Menjelang petang pun Gerard belum berkeinginan untuk kembali ke rumah, kini pria itu nampak termenung di kursi kerjanya. Semakin hari ia merasa rumahnya bukan lagi menjadi tempat ternyaman untuk pulang, istrinya begitu tak peduli padanya bahkan hanya sekedar menanyakan kabar atau keadaannya pun tidak pernah akhir-akhir ini. Apapun yang ia katakan lebih banyak di sanggah dan di bantahnya seakan rasa menghargai di antara mereka sudah tidak ada lagi.
Rasanya pria itu mulai lelah dengan keadaan rumah tangganya, ia jadi berpikir apa sebenarnya tujuan ia menikah. Jika fungsi istri hanya untuk mengurus rumah tentu ia memiliki beberapa pelayan yang bisa melakukannya, jika untuk melayani kebutuhan biologisnya mungkin ia bisa melakukannya sendiri atau membeli di luar. Sungguh bukan itu semua yang ia inginkan, ia ingin istrinya lah yang menjadi rumah yang sesungguhnya, jika rumah sudah tak terasa nyaman lagi lalu untuk apa adanya pernikahan?
"Tuan, sudah pukul 11 malam." Henry yang baru masuk ke dalam ruangan pria itu pun langsung mengingatkan.
"Hm," Gerard hanya mengangguk kecil lantas segera beranjak dari duduknya.
"Pulanglah, aku pulang sendiri saja !!" Perintahnya kemudian.
"Baik tuan," Henry langsung mempersilakan pria itu untuk keluar lebih dahulu.
Kini Gerard nampak mengendarai mobilnya membelah jalanan malam itu dengan santai, tak ada alasan untuknya pulang lebih cepat bahkan sisi buruknya pun mulai mempengaruhi pikirannya untuk berhenti di salah satu club yang kebetulan ia lewati. Mencari hiburan di sana barangkali kegundahannya bisa terobati, namun Gerard tetaplah Gerard pria itu memiliki prinsip yang teguh. Dunia malam baginya adalah musuh terbesar dalam hidupnya, ia adalah harapan orang tuanya dan ia tak ingin satu kelalaiannya akan menghancurkan segalanya.
Ketika melihat balapan liar sedang berlangsung pria itu pun tanpa sadar nampak menepikan mobilnya dan memperhatikan satu persatu beberapa anak muda yang sedang berkumpul di sana. Tak ada sosok office girl dan kekasihnya itu di sana, mungkin saja mereka sedang bersama dan tak ikut berpartisipasi. Akhirnya pria itu pun kembali mengemudikan mobilnya setelah beberapa saat termenung di sana.
Sementara itu di tempat lain Andrea yang tak bisa tidur malam ini nampak berselancar di situs pencarian untuk mencari kenapa ia belum mendapatkan tamu bulanan hingga saat ini.
berarti besok lagi makan disitu lagi ya ..traktir Andrea lagi...biar dia makan enak terus. itung-itung buat ngasih makan anak kamu lah Gerald . kamu kan udah tau kalau ibu surogasi itu adalah Andrea...
lagian juga biar kamu bisa makan lahap. biar nggak sakit..
kehadiran debay yang akan menyatukan kalian berdua, selain itu bukan salah kalian juga jika pada akhirnya bersama karena yang salah, orang2 yang sudah mempermainkan hidup kalian...kalian sama2 terluka dan akhirnya akan saling mengobati dan memberikan cinta pada orang yang tepat.
Debay baik2 di sana...seneng kan kalau lihat ortu akur 🤭