Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Malam hari setelah makan malam, Arsy pun pamit pulang. Ia sudah terbiasa jalan sendiri, jadi tidak ada yang perlu ia takutkan.
"Kenapa tidak menginap saja?" tanya Cahaya.
"Tidak usah Nek, lagipula aku juga sudah terbiasa pulang sendiri jika ada tugas dadakan," jawab Arsy.
Cahaya bisa apa? Sifat Arsy meskipun lembut, tapi sebenarnya keras kepala.
"Kamu persis seperti mamamu, keras kepala," ucap Cahaya. Arsy hanya diam saja sambil tersenyum.
"Ar, nginap saja, besok kita berangkat bareng ke kampus," timpal Naura.
"Tidak Nau, aku pulang saja," ujar Arsy.
"Sudahlah, jangan terlalu dipaksakan. Jika dia ingin menginap, tidak perlu disuruh." Ram ikut menimpali.
Arsy kemudian pamit, ia mencium tangan kakek dan neneknya. Lalu memeluk keduanya. Kemudian Arsy berpindah ke Naura.
"Ketemu di kampus besok," ucap Arsy. Naura pun mengangguk sebagai jawaban.
Arsy pun naik keatas motornya. Kemudian menjalankan motornya secara perlahan hingga keluar dari pintu gerbang barulah ia melaju.
"Anak itu sangat keras kepala," ucap Cahaya mengomel.
"Sudahlah, ada waktunya nanti dia menginap," sahut Ram. Kemudian mereka masuk kedalam rumah. Karena mereka mengantar Arsy hingga depan pintu.
Sementara Arsy terus melajukan motornya tanpa menghiraukan apapun. Namun tiba-tiba ada sebuah mobil melaju dengan ugal-ugalan seperti tidak terkendali.
Kemudian ada lagi beberapa buah mobil mengejar mobil tersebut. Arsy yang melihat hal itupun segera melajukan motornya ikut mengejar mobil tersebut.
Arsy menduga, ada sesuatu yang tidak beres terjadi. Itu sebabnya ia ikut mengejar mobil tersebut.
Dan benar saja, mobil tadi sudah menabrak pembatas jalan. Dan mobil yang mengejar mobil itu juga berhenti.
Beberapa orang pria berpakaian serba hitam pun keluar dari mobil. Arsy pun juga ikut turun dari motornya.
"Siapa kalian? Kenapa mengejar mobil itu?" tanya Arsy tegas.
"Bukan urusanmu!" jawab salah satu dari mereka.
"Karena kalian mau membunuhnya, sekarang menjadi urusanku," kata Arsy.
"Bereskan perempuan itu dulu!" perintah pria itu.
"Baik Tuan!" Mereka maju hendak melawan Arsy.
Arsy pun tidak tinggal diam, ia terlihat tenang, tapi sebenarnya sudah siap bertarung melawan mereka.
"Nona, sebaiknya jangan ikut campur sebelum kamu kami jadikan pelampiasan," ucap salah satu dari mereka.
Arsy tidak menjawab, ia hanya tersenyum miring. Kemudian Arsy maju untuk menyerang duluan.
Arsy menendang perut salah satu dari mereka. Pria itu mundur beberapa langkah kebelakang lalu terpental.
Kemudian pria lain menyerang Arsy, namun Arsy dengan gesit menghindar. Merasa kesulitan mengalahkan Arsy, merekapun menyerang secara bersamaan.
Arsy yang memang terlatih sejak kecil pun tidak sulit baginya mengalahkan enam orang tersebut.
Sementara pria yang didalam mobil yang dikejar tadi pun keluar. Ia berjalan dengan sempoyongan karena di jebak dengan diberi obat.
"Siapa dia? Hebat juga bisa melawan pria-pria itu," gumam Zio. Zio Ramero adalah ketua mafia dari klan naga hitam.
Zio memperhatikan cara Arsy bertarung melawan mereka, seketika Zio tersenyum. Tidak berapa lama Zio pun kehilangan kesadarannya dan tertidur disamping mobil miliknya.
Sementara Arsy sudah membereskan mereka semua, lalu ia pergi tanpa menghiraukan Zio yang sudah terkapar di tanah.
Arsy melanjutkan perjalanan nya untuk kembali ke mansion. Tiba di mansion terlihat Ars dan Aleta sedang menunggu dirinya.
Arsy masuk setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh kedua orang tuanya.
"Kenapa lama baru pulang?" tegas Ars.
Ars dan Aleta dalam mendidik anak-anaknya memang sedikit tegas. Karena itu juga demi kebaikan mereka.
Arsy melihat jam tangannya. "Maaf Pa tadi dijalan ada sedikit kendala."
Arsy duduk disamping Ars, meskipun papanya tegas, tetapi Arsy lebih manja kepada papanya.
Aleta melihat kalung liontin yang dipakai oleh putri. Ia memicingkan matanya karena sang putri tidak memakai kalung seperti itu.
"Darimana kamu dapat liontin itu sayang?" tanya Aleta menyelidik.
"Dari seorang kakek Ma, tadi kakek itu kecelakaan lalu memberikan liontin ini," jawab Arsy menjelaskan.
"Boleh mama lihat?" pinta Aleta. Arsy pun menyerahkan liontin tersebut.
Aleta memperhatikan dengan seksama kalung tersebut. Liontin giok berukir naga berwarna hitam.
"Kenapa sayang? Apa ada yang mencurigakan?" tanya Ars penasaran.
"Pa, tolong ambilkan laptop mama," pinta Aleta.
"Pakai laptopku saja Ma," jawab Arsy. Arsy pun membuka tas ransel miliknya dan mengeluarkan laptopnya.
Arsa yang baru turun pun ikut bergabung dengan mereka. Ia juga penasaran sehingga ia juga ikut mendekat.
Aleta mengetik keyboard laptop tersebut dan mencari tahu tentang informasi liontin giok itu.
"Liontin ini milik klan mafia naga hitam," ucap Aleta setelah mendapatkan informasinya.
Ars dan kedua anaknya saling pandang. "Klan mafia naga hitam?" tanyanya serentak.
"Ya, dan hanya tetua klan itu yang memiliki liontin ini. Kamu harus berhati-hati mulai sekarang, bisa saja banyak musuh yang mengincar kamu nantinya," pesan Aleta pada putrinya.
"Dek, sebaiknya jangan terlalu di perlihatkan pada orang lain. Simpan atau jika ingin memakainya simpan didalam baju," pesan Arsa pula.
Kemudian Aleta mencaritahu lagi tentang siapa ketua klan tersebut. Dan terpampang lah foto pria tua tadi dan cucunya, tapi menggunakan topeng.
"Sepertinya pemuda ini menyembunyikan identitasnya. Tapi melihat dari matanya aku bisa menggambarkan wajahnya seperti apa?" gumam Aleta.
Aleta kemudian mengedit dan menghapus topeng wajah pemuda itu. Dan akhirnya merekapun bisa melihat wajah asli pemuda itu.
"Tampan juga," puji Aleta. Ars mendelik ke istrinya.
"Sayang, masih tampan aku loh," kata Ars tidak terima istrinya memuji pria lain.
Aleta tersenyum, tidak mungkin lah dia menyukai brondong. Sementara ia lebih menyayangi keluarganya.
Kemudian Aleta pun mengajak suaminya masuk kedalam kamar, lalu meminta kedua anaknya untuk tidur awal.
"Oma buyut belum pulang Ma?" tanya Arsy.
"Oma dan Opa buyut menginap di mansion Oma Lita, karena Tante Gavesha kalian sedang ngidam dan tidak mau makan," jawab Aleta.
Arsy mengangguk, kemudian ia juga ingin istirahat di kamarnya. Saat tiba dikamarnya, Arsy langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Arsa masuk kedalam kamar adiknya dan duduk disisi ranjang. Melihat hal itu Arsy pun bangun.
"Katakan saja," pinta Arsy, ia tahu kakaknya ada sesuatu yang ingin dibicarakan.
"Tadi di cafe kamu bertemu siapa?" tanya Arsa. Karena saat Arsy keluar dari cafe, Arsa baru mampir disana.
"Mamanya David," jawab Arsy singkat. Arsy pun menceritakan tentang mamanya David yang ingin memberikan cek kepadanya.
Arsa malah tertawa mendengar Arsy dengan jahil nya menulis 10 T di cek tersebut. Arsa juga membayangkan bagaimana marahnya wanita itu karena merasa dipermainkan.
"Orang sombong memang perlu diberi sedikit pelajaran," ucap Arsy. Kemudian ia mengusir Arsa karena ia mau tidur.
"Besok aku masuk siang," ucap Arsa sebelum keluar dari kamar adiknya.
"Emang gue pikirin, kita beda jurusan kale," ujar Arsy.
Ya, begitulah mereka, selalu adu mulut jika berbeda pendapat. Tapi tetap akur sebagai saudara. Seperti halnya dengan yang lainnya.
lanjut Thor jngan dengar kan yg engga suka