Seorang Gadis Yatim Piatu, yang memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuan.
Namun memiliki banyak rahasia, yang hanya si ketahui oleh kakak dan adiknya. Bahkan ia juga menyembunyikan identitas dirinya, dengan berpenampilan culun. Menyembunyikan kemampuannya, yang ternyata membuat seorang pria takjub.
Dwi panggilannya, ia juga menyembunyikan warna berbeda di kedua matanya.
Bagaimana kisahnya?? Suka-suka kalian ajaaaa.... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Depresot Gegara Putus?????
"Good morning, my sistah." sapa Aca, yang baru saja keluar dari kamar. Hatinya kini benar-benar merasa lebih ringan, setelah kemarin ia sudah berserah diri pada sang Khaliq. Aca mencium kedua pipi sang kakak, seperti biasa.
"Morning sayang, Cieeeeee... pagi-pagi semangat banget, mau ketemu gebetan di sekolah ya." goda Dwi, wajah penuh senyum Aca hilang seketika.
"Gebetan dari Macau, di sana mah brondong semua kak. Ogah... " tiba-tiba ia jadi mengingat wajah si guru killer, Narendra.
'Ishhh... apa sih? Kok jadi dia muncul? Suh... suh... pegi sana.' ucap Aca dalam hati, seraya mengibas-ngibas kan tangannya.
"Kamu kenapa?" tanya Dwi
"Hah? Nggak ada apa-apa, ada lalat. Iya lalat..." jawab Aca
"Jangan ngaco ya kamu, rumah ini selalu bersih. Mana ada lalat, ehh... oya bentar" Dwi mengingat paket yang di berikan Rinjani kemarin, ia pun kembali dengan membawa 2 kotak.
"Kemarin ada paket dari kak Rinjani, dia bilang kedua set ini. Di desain olehnya sendiri, khusus untuk kita. Kamu pilih yang mana?" ucap Dwi seraya menaruh 2 kotak tersebut di atas meja, samping makanan yang ada di sana.
"Wiiihh... kotaknya, mirip kotak perhiasan nih." Aca langsung membuka
"MasyaAllah... beneran perhiasan dong, ya Allah cantik banget kak. Ini beneran di kasih cuma-cuma? Apa ga rugi kak Rinjani? Ini pasti mahal banget." ucap Aca
"Iya, kak Rinjani emang bikin khusus buat kita. Kamu mau yang mana?" tanya Dwi, ia memang selalu mendahulukan mau sang adik.
"Ping dong, ya Allah cantik banget. AAAAA... Aca sukaaaaaa." jawab Aca seraya berteriak kegirangan, Dwi tersenyum
"Ya udah kamu taro dulu di kamar sana, beres sarapan langsung berangkat." ucap Dwi
"Ay ay kapten" jawab Aca, seraya memberi hormat pada sang kakak.
.
.
"Van, kamu ga ada niatan buat nyari pengganti Sofia apa? Ibu takut kamu malah jadi belok, gegara putus sama Sofia." tanya sang ibu pada putra sulungnya.
"Ibu ini ngomomg apa sih? Mana mungkin Evan jadi belok cuma gara-gara putus sama cewek? Kaya ga ada cewe lain lagi aja, Evan lagi menikmati waktu sendiri aja." jawab Evan tidak terima di katai belok oleh sang ibu, sedangkan Risma sudah menahan tawanya.
"Ya kan biasanya banyak yang depresot, gegara putus sama tambatan hati. Apalagi kamu hubungan sama dia bukan serebo, dua rebo. Lama loh, takutnya liat batang kaya liat si Sofia." celetuk Nurma
"BUAHAHAHAHAHA" tawa Risma sudah tak tertahan lagi, bahkan nasi yang ada di dalam mulutnya ikut menyembur.
"RISMA" bentak sang kakak
"Sori ka, sori" ucap Risma yang belum berhenti tertawa, ia membantu Evan membersihkan tubuh Eva yang terkena semburan nasi.
"Dari kemarin kamu makan, ga beres ya." ucap Evan kesal. ini sudah kedua kalinya ia di sembur oleh adiknya.
"Bukan salah Risma lah, lagian kalian tanya jawab,, udah kaya main lenong aja. Nggak kebayang kalo liat ka Fadil pake wig, baju seksoy, dandan, jalan lenggak lenggok. Terus di seret masuk ke kamar, gegara kakak depresot. BUAHAHAHAHA" Nurma pun akhirnya ikut tertawa, mendengar ucapan anak bungsunya.
Evan mendengus, ia pun menyudahi sarapannya dan memilih berangkat kerja. Meski kesal, ia tetap mencium pipi sang ibu dan mencium punggung tangannya.
"Assalamu'alaikum" pamit Evan
"Wa'alaikum salam" jawab Nurma dan Risma
"Kamu ga kuliah?" tanya sang ibu
"Nggak, lagi nggak ada mata kuliah juga.." jawab Risma
"Ya udah, kita ke mall yuk. Ibu mau nyari bahan buat bikin kue kering, sama mau beli sembako. Untuk di bawa ke panti, nanti kita pulangnya mampir ke sana ." ajak sang ibu
"Okelah kalau begitu, jam 10 an ya bu" jawab Risma yang di angguki oleh Nurma
.
.
"ACAAAAA" teriak Senja yang baru saja tiba di parkiran, ia menaruh sepedanya dan segera berlari mendekati Aca. Meski Senja terlahir kaya, namun ia tidak suka memperlihatkan kekayaannya. Ia lebih senang seperti ini, justru lebih tenang hidup seperti ini. Tidak perlu melihat orang-orang yang bermuka dua, hanya demi dekat dengannya.
Aca yang mendengar namanya dipanggil pun berbalik dan tersenyum, ia menunggu Senja mendekatinya.
"Apa aku juga beli sepeda ya, sepertinya menyenangkan." ucap Aca, saat Senja sudah berada di sampingnya.
"Itu terserah kamu Ca, kalo aku memang lebih senang menggunakan sepeda. Selain pemanasan sebelum belajar, aku juga bisa menikmati udara pagi. Aku kan tidak lewat jalan raya, jadi udaranya masih bersih." jawab Senja
Aca terdiam, ia berpikir apa ada jalan pintas dari rumahnya menuju sekolah? Nantilah ia tanyakan pada sang kakak, kalo ada. Ia akan membeli sepeda. Mereka berbincang, sembari berjalan menuju kelas.
Saat ia melewati lapangan sepak bola, mereka di kejutkan dengan teriakan para pria di lapangan. Saat Aca dan Senja melihat, ternyata bola menuju menuju mereka dengan kencangnya.
Aca menarik tangan Senja, lalu ia melakukan gerakan berputar dan menendang bola dengan kerasnya.
DUAGH
"GOOOOOLLLLL" sorak semua orang, yang menyaksikan hal tersebut.
"KEREEEEENNNN.... Aca kamu hebat banget, gerakan kamu luwes. Pasti kamu jago bela diri ya, ajarin aku dong. Ya ya ya..." ucap Senja memohon
"Mana ada, udah yu ah masuk kelas. Bentar lagi bel, kita jangan sampe telat." ajak Aca, tanpa menjawab permintaan Senja.
"Ishhh... Aca, jawab dulu ihhh." ucap Senja merengek
"Nggak Sen, gue bisa bela diri." jawab Aca
"Kamu mah kalo bohong, jangan keliatan banget kenapa. Orang-orang juga udah liat semua tadi, kamu bisa nangkis bola sesempurna itu." gerutu Senja, Aca hanya menggelengkan kepalanya.
Dan benar saja, bel berbunyi saat mereka sampai di depan kelas masing-masing. Ya... ternyata kelas Aca dan Senja bersebelahan
"Kamu mah ga asyik ah" ucap Senja, ia pun masuk ke dalam kelas, Aca terkekeh dan lanjut masuk ke kelasnya.
Sedangkan di luar sana, ada dua pria yang terpana dengan apa yang di lakukan oleh Aca tadi. Bukan... bukan.. tapi memang semua murid terpana pada aksi Aca barusan.
Hanya saja, dua pria ini adalah pria-pria yang ingin mendapatkan hati Aca. Narendra dan Raka, cieeeeeeee
.
.
'Gimana? Kamu mau kan kerja di perusahaan cabang keluarga kita yang ada di sana?' tanya Putra, Dwi mencebik
"Tunggulah satu minggu, kalo satu minggu ini ga ada panggilan kerja juga. Baru Dwi akan masuk ke perusahaan keluarga kita, lagian lagi menikmati berleha-leha di rumah juga." jawab Dwi, ini sudah ke sekian kalinya ia diminta untuk bekerja di perusahaan milik keluarga mereka
'Benar ya, 1 minggu. Kalo tidak ada, kakak ga mau tau. Kamu harus segera masuk ke perusahaan'
"Iya bawel, iyaaaaaaaa" jawab Dwi kesal
"Tapi aku mau di mulai dari bawah ya, aku ga mau langsung dari atas." pinta Dwi
Terdengar hembusan nafas, dari sebrang sana.
'Kenapa?'
"Biar aku bisa tau, mana yang benar-benar bekerja atau hanya mencari muka?"
'Baiklah, jaga diri si sana. Assalamu'alaikum'
"Wa'alaikum salam"
...****************...
Seperti biasa, jangan lupa buat jadiin Favorit!!! Tinggalkan jejak💓
...Happy Reading all🥰🥰🥰...