Gadis Tomboy Vs Tuan Impoten

Rasya menepuk keningnya mendengar tebakan Adel mengenai penyakit yang di derita Edgar, Kalau berani ingin sekali Edgar memasukkan kakak iparnya itu ke dalam karung.

"Bukan bisulan madam, impoten itu penyakit disfungsi ereksi dimana perkututnya gak bisa tegak." jelas Rasya.

"Yang jelas kalau ngomong Sya, otaknya gak nyampe nih." ucap Adel tidak mengerti.

"Makanya sekolah yang bener, keliatan kalau banyak bolosnya otaknya jadi setengah." cibir Rasya kesal.

"Hiih cepetan nih, tanpa mengurangi rasa kepo gue pengen tahu Edgar tuh kenapa?" desak Adel.

"Impoten itu perkututnya layu, gak bisa tegak jadi walaupun Edgar menikah dia gak bisa nunu-nana sama pasangannya soalnya pedangnya lepet." jawab Edgar.

"Ya Allah ya robb, kasihan banget Edgar udah gagah, mapan, ganteng eh terongnya layu." ucap Adel.

"Iya makanya dia jarang ke mansion kita, dia suka ngiri lihat kemesraan kak Al sama madam karena emang dia punya penyakit jadi gak bisa menikah untuk saat ini sampai dia dinyatakan sembuh." ucap Rasya.

"Kasihan banget Edgar, apalagi sekarang kembarannya si Satria mau punya anak gak bisa bayangin pasti sedih banget tuh Edgar." ucap Adel iba pada Edgar.

Adel sudah menganggap Edgar sebagai adiknya sendiri, meskipun Adel seingkali dibuat pusing oleh tingkah Edgar. Adel mengeluarkan ponselnya kemudian ia berselancar di media sosial, ia mencari tahu penyakit impoten yang Rasya maksud.

"Oom bobo." celoteh Sheza.

"Madam nih si kembar udah pada ngantuk." ucap Rasya.

Adel melihat anaknya sudah berulang kali menguap, matanya pun sudah mulai berair dan memerah. Adele meletakkan kembali hp nya diatas meja, dia bedjalan menghampiri Rasya hendak mengambil si kembar daei gendongan adik iparnya tapi si kembar menolaknya.

"Ayo anak mama kita bobo siang." ucap Adel.

"Nyonyo, bobo oom." ucap Delvan menepis tangan Adel.

"Oom bobo!" ucap Sheza ngegas.

"Sya kayaknya si kembar kangen sama loe, tolong tidurin mereka ya soalnya mas Al jemputnya masih lama." ucap Adel meminta tolong pada Rasya untuk menidurkan kedua anaknya.

"Baru kali ini CEO ngerangkap jadi baby sitter," keluh Rasya.

"Gak ikhlas lu?" sewot Adel.

"Ikhlas kok ikhlas, yaudah gue tidurin dulu ponakan gue." ucap Rasya ketakutan.

"Yaudah cepetan, ada yang mau gue omongin sama loe juga." ucap Adel.

Rasya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, kedua ponakannya memeluk leher Rasya dengan posesif seakan takut diambil oleh ibunya. Rasya masuk ke dalam kamar pribadinya yang berada dalam satu ruangan yang sama dengan ruangan kerjanya, Sheza lebih dulu masuk kedalam dekapan Rasya sedangkan Delvan dia paling susah menahan kantuknya, Rasya sudah seperti seorang ibu yang mengeloni anaknya sebelum tidur. Delvan sudah lebih dulu masuk kealam mimpinya, Sheza perlahan-lahan mulai menutup matanya.

"Kalo gak takut sama nyokapnya, mana mau gue sampe rela ngelonin nih bocil-bocil, lagian aneh banget kenapa nih dua bocil nempel bener sama gue? Tiap ketemu pasti aja langsung nemplok." gumam Rasya.

Edgar dan Leo sedang dalam perjalanan pulang, sepanjang perjalanan Edgar terus kepikiran dengan apa yang dijelaskan oleh dokter padanya. Leo melirik kearah Edgar yang sedang melamun, dia yakin kalau Edgar pastinya tengah memikirkan penyakitnya yang membingungkan.

"Masih kepikiran apa kata dokter?" tanya Leo.

"Gimana gak kepikiran coba Le? Tadi dokter jelas-jelas bilang kalau gue impoten, hasil tesnya juga sama perkutut gue masih imut." ucap Edgar bingung.

"Mungkin tadi cuman kebetulan kali boss." ucap Leo.

"Gue gak tahu begitu jelasnya sih, tapi tadi gue di tunjukkin video nunu-nana entah sama apalagi tadi gue lupa gak ngaruh sama sekali, padahal tadi cuman di kecup aja tegang njir." ucap Edgar.

"Coba deh bayangin kejadian tadi, kira-kira apa reaksinya?" ucap Leo.

Edgar menuruti ucapan Leo, dia membayangkan wajah Zalea dan juga bagaimana Zalea bergelayut manja sampai mengecup pipinya. Tanpa disangka perkutut Edgar tiba-tiba saja mulai menggeliat, Edgar menjadi panik sendiri pasalnya celananya langsung terasa sesak.

"Leo, Leo, Leo." panggil Edgar panik.

Leo ikut panik mendengar Edgar yang terus memanggil namanya sambil menepuk-nepuk pundaknya, Leo segera menepikan mobilnya khawatir terjadi sesuatu pada majikannya.

"Ada apa boss? Apa ada yang sakit?" cecar Leo panik.

"Le, perkutut gue ngembang Leo gimana ini?" tanya Edgar panik.

Leo menjatuhkan rahangnya kaget sekaget-kagetnya, pasalnya Edgar panik hanya karna perkututnya menggeliat, Leo sampai menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan Edgar.

"Ya terus gue harus ngapain boss? Mana mungkin gue belai perkutut loe, sorry ya gue masih normal." ucap Leo memundurkan tubuhnya.

"Anjir gue juga masih normal, cuman loe harus tanggung jawab gara-gara loe nyuruh gue bayangin cewek tadi jadinya nih perkutut gue ngembang." ucap Edgar mengerang.

"Yaudah kita pulang, jalan satu-satunya ya mandi air dingin." ucap Leo.

Edgar menganggukkan kepalanya, matanya sampai terpejam merasakan sensasi sesak didalam celananya, tidak mungkin ia mengeluarkan perkututnya di hadapan Leo mau ditaruh dimana mukanya kalau perkututnya menunjukkan wajah aslinya. Leo kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, dia tidak mau kalau sampai Edgar berbuat aneh-aneh di dalam mobil.

10 menit kemudian.

Leo memarkirkan mobilnya kesembarang arah, begitu mobilnya berhenti Edgar langsung saja berlari secepat kilat menuju lift. Leo menyusul Edgar kelantai atas, begitu lift terbuka Edgar langsung menekan kata sandi apartemennya lalu berlari ke kamar mandi.