(Revisi)
Merasa akhirnya bebas dari ikatan pernikahan dengan Elsa, wanita pilihan orangtuanya, Edward, berniat menata ulang hidupnya dan membangun rumah tangga bersama Lily, sang kekasih.
Namun tanpa disadari saat tangannya menggoreskan tandatangan di atas surat cerai, bukan sekedar perpisahan dengan Elsa yang harus dihadapi Edward tapi sederetan nasib sial yang tidak berhenti merudungnya.
Tidak hanya kehilangan pekerjaan sebagai dokter dan dicabut dari wasiat orangtuanya, Edward mendadak jadi pria impoten padahal hasil pemeriksaan dokter, dirinya baik-baik saja.
Ternyata hanya Elsa yang mampu mengembalikan Edward menjadi pria sejati tapi sayangnya wanita yang sudah terlanjur sakit hati dengan Edward, memutuskan untuk menikah kembali dengan Erwin, adik iparnya.
Apakah Edward akan memaksa Elsa kembali padanya atau memutuskan tetap menjadi pria mandul dan menikahi Lily ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tindakan Nekad Si Pelakor
Dengan wajah ditekuk Lily melempar handphonenya ke atas meja membuat Dian, rekan dokter yang sedang membuat laporan langsung menoleh.
“Kenapa ? Kena gap lagi sama dokter Robert ?” tanya Dian sambil terkekeh.
Meski baru kenal dengan Lily di rumah sakit ini sekitar 7 bulan yang lalu, keduanya sudah cukup dekat karena secara usia tidak beda jauh dan sama-sama berstatu dokter umum.
“Entah pelet apa yang digunakan gadis desa itu sampai bisa membuat orangtua Edward begitu peduli dan sangat menyayanginya bahkan sampai tega mengorbankan anak mereka sendiri untuk dinikahkan dengannya.”
Dian tertawa, ia kembali fokus ke layar laptopnya meski mulutnya melanjutkan pembicaraan dengan Lily.
“Bukan sembarang gadis desa.”
“Maksudmu ?”
“Aku sudah mencari tahu tentangnya dari para ners di sini dan Elsa ternyata lumayan terkenal di kampus baik di kalangan mahasiswa maupun para dosen sejak sebelum ia menjadi istri dokter Edward.”
“Tentu saja karena ia memakai pelet untuk membuat orang tertarik padanya !” sinis Lily sambil mencebik.
“Bukan karena itu, Ly, tapi Elsa memang anak yang cerdas selain itu ia terkenal ramah dan suka menolong tapi agak pendiam. Setiap tahun ia selalu mendapatkan nilai terbaik dalam satu angkatan.”
“Dan kamu percaya dengan cerita dongeng itu ?” Lily tersenyum sinis.
“Bukan dongeng Ly tapi fakta. Mungkin karena alasan itu dokter Robert dan istrinya memaksa dokter Ed menikah dengan Elsa karena kalau dipikir mereka bisa menjadi partner yang bagus untuk kemajuan rumah sakit ini.”
“Maksudmu aku bukan wanita yang pantas untuk Edward meskipun pekerjaanku sebagai dokter ?” Lily makin emosi merasa Dian memihak pada Elsa.
“Bukan begitu maksudku, Ly, aku hanya ingin membantumu mendapatkan jawaban tentang alasan orangtua dokter Ed mempertahankan Elsa mati-matian sebagai menantu. Semua ini hanya soal bisnis, Ly, itu sebabnya mereka tidak peduli apakah dokter Ed dan istrinya saling mencintai atau tidak.”
“Aku tidak sependapat denganmu, Di. Edward bilang awalnya tante Silvia ingin menjodohkan Elsa dengan Edwin tapi wanita kampung itu menolak mentah-mentah dan bersikukuh memilih Edward untuk menjadi suaminya.”
“Apa dokter Ed tahu kenapa Elsa bisa mendapatkan kesempatan istimewa untuk menikahi salah satu pewaris keluarga Hartawan ? Apakah Elsa pernah mengatakan alasannya memilih dokter Ed dan menolak adiknya ?”
“Aku pernah bertanya tapi Edward tidak tahu persis alasan orangtuanya membiarkan gadis kampung itu tinggal di rumah mereka lalu memberinya kesempatan untuk memilih siapa yang akan jadi calon suaminya dan aku yakin dia tidak akan mengatakan alasan yang sebenarnya.”
Dian tertawa pelan dan untuk beberapa saat ia kemBli fokus pada laporan yang harus diselesaikannya hari ini juga sebelum jam 7 malam.
Suasana sempat hening, hanya terdengar helaan nafas berat Lily sampai berkali-kali namun emosinya tidak juga reda.
“Di, apakah kamu punya ide bagaimana cara aku menyingkirkan wanita kampung itu ? Dokter Robert bukan hanya melindunginya tapi mengawasi Edward seperti seorang penjahat, seluruh gerak gerik Edward diawasi oleh orang-orang suruhan dokter Robert.”
“Maaf kalau aku menyinggung perasaanmu. Menurutku lebih baik kamu merelakan dokter Ed belajar mencintai dan menerima takdirnya bersama Elsa.”
“Tidak bisa !” Dian tertawa pelan karena sudah tahu jawaban itu yang akan keluar dari mulut Lily.
“Apa kamu tahu cerita yang sebenarnya, Di ?”
Dian mengangguk. “Kamu sudah pernah menceritakannya padaku.”
“Kenapa sekarang semua orang menganggap aku pelakor ? Gadis kampung itu baru ada 3 tahun yang lalu sementara aku sudah menjadi kekasih Edward sejak 7 tahun yang lalu. Aku yang selalu ada untuk Edward di dalam perjuangannya sejak koas hingga menjadi dokter spesialis seperti sekarang ini. Beberapa kali kami memang harus terpisah kota bahkan negara karena tuntutan pendidikan tapi hubungan kami tidak pernah putus meskipun hanya untuk beberapa jam !”
“Kamu gadis yang cantik, seorang dokter dan memiliki masa depan yang cerah jadi menurut pendapatku sudah waktunya kamu mencari laki-laki lain yang lebih dalam segala hal dari dokter Ed, termasuk kekayaannya.”
“Aku tidak berminat !” tegas Lily dengan suara tajam. Dian malah terkekeh.
“Kenapa ? Karena mereka bukan pewaris rumah sakit seperti dokter Ed ? Jangan sampai orang-orang menilaimu sebagai perempuan matere karena terlalu memaksakan diri merebut dokter Ed dari istrinya.”
“Peduli setan dengan pandangan orang lain ! Wanita manapun pasti mengharapkan punya suami yang mapan, tampan dan bucin padanya dan semua itu ada dalam diri Edward. “
Dian menghela nafas sambil tersenyum tipis, tidak tahu harus bicara apa lagi pada Lily yang keras kepala.
***
Sudah 3 hari ini Edward menghindari Lily dengan perasaan tersiksa karena harus menahan rindu dan hanya bisa melirik wanita kesayangannya itu diam-diam bahkan dari kejauhan.
Edward terpaksa menurut sampai suasana hati kedua orangtuanya kembali tenang karena ia tidak mau membuat Lily yang masih berstatus tenaga kontrak dipecat dari rumah sakit milik keluarganya
Elsa sendiri sudah kembali bekerja sejak kemarin meskipun wajahnya masih sedikit pucat . Sampai detik ini Edward tidak pernah bertanya tentang penyakit apa yang diderita istri sahnya itu.
Edward melirik jam tangannya saat keluar dari ruang operasi. Jam 22.10. Tubuhnya terasa sangat penat usai menjalani operasinya yang kedua sejak jam 7 malam.
Malas pulang ke apartemen yang ditempatinya bersama Elsa, Edward memilih naik ke ruang kerjanya di lantai 9 untuk berisitirahat.
Tidak ada seorang pun di lantai itu saat Edward keluar dari lift. Sambil merenggangkan otot-ototnya, Edward berjalan menuju ruangannya lalu membuka pintu dengan menggunakan kartu akses. Pria itu memilih tidur di sofa panjang meskipun ada tempat tidur di ruang istirahat dan kurang dari 5 menit, Edward sudah tertidur sambil mendengkur halus.
Bibirnya menyunggingkan senyum meski matanya tetap terpejam. Edward bermimpi Lily mendatanginya lalu tanpa basa-basi wanita itu langsung memberikan ciuman panas sebagai pengobat rasa rindu.
Mimpi indah itu makin lama makin terasa nyata hingga perlahan mata Edward terbuka dan membola saat melihat wajah yang terpampang di depannya.
“Sayang !” Edward sedikit mendorong tubuh Lily yang ternyata sudah berada di atasnya.
“Bagaimana kamu bisa masuk kemari ?” tanya Edward dengan alis menaut.
“Kamu lupa pernah memberikannya padaku ?” Lily mengeluarkan kartu akses yang sama persis seperti milik Edward dari kantong snellinya.
“Maaf aku melanggar perintahmu. Rasanya ada yang ingin meledak karena harus menahan rindu dan hanya bisa menatapmu jauh-jauh.”
Edward tertawa, tangannya mengusap wajah Lily yang cemberut seperti anak kecil.
“Sama, aku juga merasa seperti itu tapi terpaksa melakukannya untuk kebaikan kita berdua. Aku tidak mau daddy memecatmu dan membuatmu susah.”
“Biarkan semua itu jadi masalah besok. Sekarang aku hanya ingin menumpahkan rasa rinduku padamu.”
Tanpa ragu Lily melepas snellinya lalu membuka satu persatu kancing kemejanya hingga tersisa tanktop dengan tali spagetti.
“Sayang, aku tidak ingin melakukannya malam ini di sini, tolong bersabarlah. Aku yakin…”
Lily tidak membiarkan Edward menyelesaikan kalimatnya. Dengan penuh gairah, Lily yang masih berada di atas tubuh Edward kembali mencumbu bibir pria itu dan tidak memberikan kesempatan pada Edward untuk menghindar.
Sebagai laki-laki normal, gairah Edward terpancing untuk membalas ciuman panas Lily bahkan lidahnya mulai menerobos dan bermain di dalam rongga mulut kekasihnya. Tangan Edward memeluk pinggang ramping Lily dan tidak menolak saat jemari lentik Lily mulai membuka kancing kemejanya satu persatu.
“Dokter Edward !”
Panggilan yang cukup keras itu membuat Edward spontan mendorong tubuh Lily hingga wanita itu jatuh ke lantai. Edward buru-buru bangun sambil kembali mengancingkan kemejanya.
“Mau apa kamu kemari dan siapa yang mengijinkanmu masuk kemari tanpa permisi ?”
Edward beranjak bangun dan sambil bertolak pinggang, ia menegur Elsa yang sudah berdiri di dekat pintu.
“Saya sudah menghubungi handphone dokter berkali-kali dan mengetuk pintu sebelum menggunakan kartu akses yang diberikan dokter Robert. Tolong periksa handphone dokter karena mommy Silvia mencari dan minta dihubungi kembali sekarang juga.”
Elsa menatap Lily yang sudah berdiri di belakang Edward dan mengenakkan snellinya. Seakan tahu kalau posisinya tidak menguntungkan, Lily pun pamit pada Edward dan sengaja mencium pipi pria itu di hadapan Elsa.
“Jangan berpikir kamu sudah menang karena berhasil menikahi kekasihku,” desis Lily dengan tatapan dan senyuman sinis saat melewati Elsa lalu keluar tanpa menunggu tanggapan istri sah Edward itu.
dasar sundel bolong