NovelToon NovelToon
Dia Datang Dari Langit

Dia Datang Dari Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Duniahiburan / Romansa Fantasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Identitas Tersembunyi
Popularitas:368
Nilai: 5
Nama Author: MZI

Sinopsis "Alien Dari Langit"

Zack adalah makhluk luar angkasa yang telah hidup selama ratusan tahun. Ia telah berkali-kali mengganti identitasnya untuk beradaptasi dengan dunia manusia. Kini, ia menjalani kehidupan sebagai seorang dokter muda berbakat berusia 28 tahun di sebuah rumah sakit ternama.

Namun, kehidupannya yang tenang berubah ketika ia bertemu dengan seorang pasien—seorang gadis kelas 3 SMA yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Gadis itu, yang awalnya hanya pasien biasa, mulai tertarik pada Zack. Dengan caranya sendiri, ia berusaha mendekati dokter misterius itu, tanpa mengetahui rahasia besar yang tersembunyi di balik sosok pria tampan tersebut.

Sementara itu, Zack mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—ketertarikan yang berbeda terhadap manusia. Di antara batas identitasnya sebagai makhluk luar angkasa dan kehidupan fana di bumi, Zack dihadapkan pada pilihan sulit: tetap menjalani perannya sebagai manusia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Kehidupan yang Berkurang

Saat Zack melangkah keluar dari ruangan, langkahnya tetap tegap seperti biasa. Tapi begitu ia sudah cukup jauh, tubuhnya mulai melemah. Ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami selama ratusan tahun—rasa kehabisan energi yang begitu nyata.

Tangannya menyentuh dinding koridor rumah sakit, menopang tubuhnya yang mendadak kehilangan keseimbangan. Napasnya memburuk, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, ia merasakan dinginnya kematian yang perlahan mendekat.

"Jadi… ini akhirnya?"

Zack menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan tubuhnya yang mulai kehilangan tenaga. Ia tahu sejak awal bahwa memberikan separuh kehidupannya pada Elly bukanlah keputusan yang tanpa konsekuensi. Selama ini, ia telah menggunakan kekuatannya berkali-kali—menyembuhkan, memperbaiki, bahkan bertahan lebih lama dari yang seharusnya mungkin.

Tapi kali ini berbeda.

Ia tidak tahu berapa lama lagi ia bisa bertahan. Satu tahun? Beberapa bulan? Atau hanya beberapa hari?

Teringat kembali sosok gadis yang pernah ia kenal dalam ingatannya yang telah lama kabur. Seorang anak kecil yang dulu mengikutinya ke mana-mana, yang matanya selalu berbinar setiap kali melihatnya.

"Elly…"

Zack memejamkan mata sejenak. Kenangan itu menyeruak lebih jelas, jauh lebih tajam dari yang ia kira. Ia memang tidak mengingat segalanya, tetapi satu hal yang pasti—perasaannya terhadap Elly bukan hanya sekadar rasa kasihan atau tanggung jawab.

Ia telah mencintainya sejak lama.

Hanya saja, waktu berjalan begitu jauh hingga ia mengira perasaan itu telah menghilang.

Langkahnya semakin berat, tapi ia tetap berjalan. Ia tidak ingin jatuh di tempat ini. Jika ini benar-benar akhirnya, maka ia akan menghadapinya dengan tenang.

Mungkin, ia masih punya sedikit waktu.

Sedikit saja…

Tanpa menoleh ke belakang, Zack meninggalkan rumah sakit, tidak ada seorang pun yang tahu bahwa separuh kehidupannya kini telah berpindah pada gadis yang sedang beristirahat di ruangan itu.

---

Zack melangkah keluar dari area rumah sakit, tubuhnya terasa semakin berat seiring jarak yang bertambah. Udara pagi menyentuh kulitnya, namun tidak lagi terasa seperti biasanya. Ketenangan yang dulu menyelimuti dirinya kini tergantikan oleh kesadaran bahwa waktunya semakin terbatas.

Ia tidak ingin kembali. Tidak ingin melihat Elly menangis atau merasa bersalah karena apa yang telah ia lakukan. Ini adalah pilihannya sendiri. Jika ini memang akhirnya, maka ia ingin menghadapinya dengan cara yang layak.

Setelah berjalan cukup jauh, Zack akhirnya menemukan sebuah taman yang cukup sepi. Ia duduk di salah satu bangku kayu di tepi danau kecil, membiarkan sinar matahari pagi menyentuh wajahnya.

Tangannya gemetar saat ia mengangkatnya ke depan, menatapnya dengan mata yang mulai kehilangan fokus. Ia bisa merasakan perbedaannya—energinya perlahan menghilang, meninggalkan kekosongan yang tak bisa ia isi kembali.

"Jadi, ini rasanya…" gumamnya lirih.

Matanya menatap danau yang tenang di depannya. Bayangannya sendiri terlihat samar di permukaan air, seolah memberi isyarat bahwa keberadaannya di dunia ini semakin menipis.

Zack tersenyum kecil.

"Setidaknya aku masih bisa melihat dunia sekali lagi…"

Ia bersandar ke belakang, membiarkan kepalanya menengadah ke langit. Awan berarak pelan di antara cahaya matahari yang hangat. Ia tidak tahu berapa lama lagi yang ia miliki, tetapi setidaknya ia bisa menikmati pagi ini untuk terakhir kalinya.

Sementara itu, di rumah sakit…

Elly semakin membaik secara perlahan. Pemandangan langit-langit putih menyambutnya, diiringi suara alat medis yang masih terpasang di tubuhnya. Namun, yang pertama kali ia cari bukanlah kondisinya sendiri—melainkan sosok Zack.

Matanya bergerak cepat ke sekitar ruangan, berharap melihat pria itu masih berdiri di sana. Tapi yang ia temukan hanyalah kedua orang tuanya yang duduk di sampingnya dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Elly!" suara ibunya terdengar lega. "Syukurlah kau sudah terlihat lebih baik!"

Ayahnya menghela napas panjang. "Kau membuat kami sangat khawatir, Nak."

Namun, Elly tidak langsung menanggapi. Ada sesuatu yang mengganjal dalam dadanya.

Zack tidak ada di sini.

Tiba-tiba, firasat buruk menyergapnya. Tanpa sadar, tangannya mencengkeram selimut yang menutupi tubuhnya.

"Zack…" bisiknya.

Ibunya menatapnya dengan bingung. "Zack? Dia sudah pergi beberapa waktu lalu."

Jantung Elly berdetak lebih cepat. "Pergi? Ke mana?"

"Kami tidak tahu," jawab ayahnya dengan nada serius. "Dia pergi tanpa mengatakan apa-apa setelah memastikan kau baik-baik saja."

Tidak.

Elly merasakan ada sesuatu yang tidak benar. Kenapa Zack pergi begitu saja? Kenapa perasaannya mengatakan bahwa sesuatu telah terjadi padanya?

"Aku harus mencarinya," gumamnya sambil mencoba bangkit dari tempat tidur.

"Elly! Kau belum pulih!" seru ibunya, mencoba menahannya.

"Aku tidak peduli!" Elly menepis tangan ibunya dengan lemah. "Aku… aku harus menemukan Zack! Aku merasa dia dalam bahaya!"

Ayahnya berdiri, ekspresinya berubah serius. "Elly, kau baru saja mengalami kecelakaan. Kau tidak bisa begitu saja pergi mencarinya tanpa tahu dia ada di mana."

Elly menggigit bibirnya. Ia tahu ayahnya benar, tetapi hatinya tidak bisa diam.

Lalu, tiba-tiba sesuatu terlintas dalam pikirannya.

Danau.

Entah kenapa, pikirannya langsung mengarah ke sana. Itu adalah tempat yang dulu sering ia kunjungi saat kecil, tempat yang selalu terasa menenangkan baginya. Dan untuk alasan yang tak bisa ia jelaskan, ia merasa Zack ada di sana.

Elly menatap kedua orang tuanya dengan tekad bulat. "Aku harus pergi."

Ibunya hendak menahannya lagi, tetapi ayahnya mengangkat tangan, menghentikannya.

"Biarkan dia pergi," katanya pelan. "Jika firasatnya benar, kita tidak boleh membuang waktu."

Elly tidak menunggu lebih lama. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, ia bangkit dari ranjang dan melangkah keluar. Ia tidak tahu apakah ia akan menemukan Zack di sana atau tidak, tetapi satu hal yang pasti—ia tidak akan membiarkannya menghadapi semuanya sendirian.

---

Langkah Elly semakin cepat, meskipun tubuhnya masih terasa lemah. Setiap napas yang ia hirup terasa berat, tetapi ia tidak peduli. Perasaannya terus mendorongnya untuk bergerak maju, menuju danau kecil di taman tempat hatinya mengatakan Zack berada.

Saat ia sampai, matanya langsung menangkap sosok yang duduk di bangku kayu, menatap danau dengan tatapan kosong.

"Zack!"

Suara Elly memecah keheningan pagi itu. Zack sedikit terkejut, tetapi ia tidak langsung menoleh. Ia hanya tersenyum tipis, seolah sudah menduga bahwa Elly akan datang.

Elly berlari mendekatinya, lututnya hampir menyerah karena tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih. Tapi ia tetap memaksa dirinya untuk berdiri di hadapan Zack.

"Kenapa… kau pergi begitu saja?" Elly bertanya dengan napas tersengal. "Kenapa tidak menungguku bangun? Kau tahu betapa khawatirnya aku?!"

Zack akhirnya menatapnya. Mata abu-abu itu terlihat lebih redup dari biasanya, seolah kehilangan cahaya yang selama ini selalu bersinar.

"Aku hanya tidak ingin kau melihatku seperti ini," ucapnya pelan.

Elly menggeleng, air mata sudah menggenang di matanya. "Seperti ini bagaimana? Zack, apa yang terjadi padamu?!"

Zack menatap langit sejenak sebelum kembali menatapnya dengan lembut. "Aku telah melakukan sesuatu yang tidak bisa diubah, Elly."

Jantung Elly berdetak semakin cepat. Ia mulai merasakan ketakutan yang nyata. "Apa maksudmu…?"

Zack mengangkat tangannya, mencoba menyentuh wajah Elly, tetapi tangannya bergetar hebat. Bahkan sebelum jari-jarinya bisa menyentuh kulit gadis itu, tangannya mulai memudar—seperti asap yang diterpa angin.

Elly membelalakkan matanya. "Z-Zack?!"

Zack tersenyum, tetapi senyuman itu penuh kesedihan. "Aku memberikan separuh hidupku untuk menyelamatkanmu… dan sekarang, aku harus pergi."

Elly menggeleng dengan keras. "Tidak… tidak mungkin! Zack, jangan bercanda! Kau tidak akan pergi ke mana-mana!"

"Elly…" Zack mencoba berbicara, tetapi suaranya semakin pelan.

Tidak.

Elly melangkah maju, ingin menggenggam tangannya, ingin menahannya di sini. Tapi begitu tangannya menyentuh tubuh Zack, tubuh itu terasa ringan, seperti kabut yang tidak bisa digenggam.

Zack menatapnya penuh kasih. "Aku senang… aku bisa melihatmu tersenyum lagi sebelum aku pergi."

"Berhenti bicara seperti ini!" Elly menangis, suaranya pecah. "Aku tidak bisa tanpamu! Jangan pergi!"

Zack menatapnya lembut, lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke telinga Elly. Dengan suara nyaris berbisik, ia mengucapkan kata-kata terakhirnya.

"Maafkan aku… dan aku sangat mencintaimu."

Elly menahan napasnya, hatinya terasa hancur seketika.

Dan sebelum ia bisa mengatakan apa pun, tubuh Zack mulai berubah menjadi partikel cahaya kecil, melayang perlahan ke udara seperti bintang-bintang kecil yang terbang menuju langit.

"ZACK!!!"

Elly berusaha meraihnya, tetapi cahaya itu semakin tinggi, semakin jauh. Ia hanya bisa menatap dengan air mata yang jatuh deras, melihat sosok yang ia cintai menghilang dalam keabadian.

Langit pagi yang cerah menjadi saksi kepergian Zack, meninggalkan Elly sendirian dengan rasa sakit yang tak tertahankan.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!