Dewasa🌶🌶🌶
"Temukan wanita yang semalam tidur denganku, dia harus bertanggungjawab karena telah mengambil keperjakaanku!"
—Bhaskara Wijatmoko—
"Gawat! Aku harus menyembunyikan semuanya. Kalau tidak, aku bisa dipecat!"
—Alicia Stefi Darmawan—
----
Bhaskara Wijatmoko dikenal sebagai CEO dingin yang tak pernah peduli pada wanita. Alasan dia memilih Alicia Stefi Darmawan sebagai salah satu sekretarisnya adalah karena sikap profesionalismenya yang luar biasa.
Namun, segalanya kacau setelah sebuah pesta topeng. Alicia tanpa sengaja menghabiskan malam dengan pria misterius yang ternyata adalah Bhaskara! Panik dan takut dipecat, Alicia pun kabur sebelum Bhaskara bangun.
Sialnya saat di kantor, Bhaskara malah memerintahkan semua sekretarisnya untuk menemukan wanita yang sudah bermalam dengannya. Alicia harus menyembunyikan rahasianya, tapi apa yang terjadi jika Bhaskara akhirnya tahu kebenarannya? Akankah karier Alicia hancur, atau sesuatu yang tak terduga akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Peringatan
Saat Karin kembali ke restoran, ia dibuat terkejut karena di sana Alicia sudah bersama pria tampan yang bukan Andreas. Karin awalnya tak mengenali pria itu. Tapi saat langkahnya semakin dekat, ia menyadari itu adalah Bhaskara. Alicia pernah memberitahu fotonya saat sedang curhat betapa galaknya pria ini.
Apa? Kenapa mereka bisa bersama? Karin terheran-heran.
Melihat kedatangan Karin, Alicia langsung melambaikan tangannya, meminta sahabatnya untuk mendekat.
"Ada apa ini?" Karin mengerutkan kening. "Mana Andreas, Al?"
"Silahkan duduk dulu," perintah Bhaskara dengan wajah datar. Karin menoleh ke arah Alicia, seolah bertanya.
"Turuti saja," Alicia menjawab dengan memberi kode anggukan. Meskipun heran, Karin akhirnya menurut dan duduk di depan mereka.
"Jadi kamu yang namanya Karin?" Bhaskara menatap Karin dengan tatapan tajam yang langsung membuat gadis itu merasakan tekanan yang luar biasa. Suasana tiba-tiba menjadi tegang, dan Karin hanya bisa menelan ludah gugup sebelum mengangguk pelan.
"Iya, saya Karin," jawabnya dengan suara yang sedikit bergetar. "Ada apa ya, Mas? Eh, Pak?"
Bhaskara menyilangkan kedua tangannya di depan dada, memandang Karin tanpa ekspresi. "Jadi, kamu yang mengatur blind date ini?"
Karin terdiam, matanya langsung melirik ke arah Alicia. "I-iya,"
"Tanpa sepengetahuan pacar saya?"
"Iya soalnya...apa? Pacar?!" Karin langsung melotot ke arah Alicia. Sementara Alicia berusaha untuk menghindari tatapan Karin. "Hei, apa maksudnya ini? Siapa pacar Anda? Alicia?"
"Tentu saja," Bhaskara mengangguk. "Siapa lagi?"
"Tunggu, tunggu, sejak kapan?!" Karin menatap Alicia penuh selidik.
"Nanti," jawab Alicia lirih. "Nanti gue jelasin,"
Karin masih berusaha untuk protes, tapi Bhaskara sudah mengetuk meja, meminta perhatian Karin.
"Anyways, bukankah tidak etis kalau kamu menjadwalkan blind date tanpa sepengetahuan orangnya? Kamu tau tidak, cowok yang kamu kenalkan ke Alicia tadi sudah bersikap tidak sopan. Bisa-bisanya kamu menyodorkan cowok nggak bermutu itu pada sahabat kamu sendiri,"
"Oh ya?" Karin terbelalak. "Emang ngapain si Andreas?!"
Bhaskara menoleh ke arah Alicia untuk mempersilahkan gadis itu menjelaskannya.
"Si brengsek itu tiba-tiba nanya berapa body count gue. Gue nggak ngerti maksudnya apa, jadi gue tanya balik apa arti body count. Eh, dia malah ngatain gue kampungan. Terus ternyata maksudnya itu adalah sudah berapa banyak cowok yang tidur sama gue. Ya jelas gue kesel lah! Apa coba maksudnya dia nanya-nanya begitu?" Nada bicara Alicia terdengar kesal saat menceritakan hal itu. "Gue marah, dan dia malah ngata-ngatain gue murahan segala macem. Kurang ajar memang,"
"Wah, b4ngsat si Andreas," Karin mengumpat kesal. "Padahal awalnya dia yang mohon-mohon sama gue buat ditemuin sama Lo,"
"Karin," suara rendah Bhaskara menghentikan percakapan dua gadis itu. "Saya sebenarnya nggak ada masalah kalau kamu mau ketemu sama cowok mana pun. Tapi saya beri peringatan. Mulai sekarang, jangan pernah melibatkan Alicia. Karena sekarang dia sudah punya pacar, yaitu saya."
Wajah Alicia sontak memerah mendengar ucapan Bhaskara.
"Ya saya kan juga awalnya nggak tau Pak kalau si Alicia punya pacar," Karin melirik Alicia kesal. "Saya nggak dikasih tau soalnya. Entah sahabat macam apa saya ini,"
"Gue niatnya mau kasih tau hari ini," Alicia berusaha membela diri. "Tapi Lo nggak memberikan kesempatan dan malah ngajak gue ketemu cowok-cowok nggak jelas itu,"
Karin mencibir, tatapannya masih mengancam. Sepertinya ia sudah siap memarahi Alicia.
"Bagaimana Karin? Apa kamu bisa berjanji pada saya?" Bhaskara masih mempertahankan wajah datar dan suara rendahnya, membuat Karin merasa terintimidasi.
"Iya Pak," Karin menelan ludah, menjawab dengan gugup. "Saya janji,"
"Bagus," Bhaskara tersenyum puas. "Karena kamu sahabatnya Alicia, saya anggap kamu bisa dipercaya,"
Glek! Sekali lagi Karin menelan ludah. Pria ini sepertinya tidak main-main dengan ucapannya.
Lalu, setelah percakapan yang lebih seperti ancaman sepihak itu selesai, Bhaskara pun pergi. Awalnya ia bersikeras untuk mengantar Alicia. Tapi Alicia bilang dia akan pulang bersama Karin. Tentu saja membujuk Bhaskara tidak semudah itu. Alicia sampai harus membuat perjanjian yang tidak masuk akal.
"Kalau gitu, kamu harus janji untuk memberikan saya ciuman kapanpun saya mau," ancam Bhaskara.
"Oke, oke, saya janji," desah Alicia sambil mengangguk. Bagaimanapun, dia tidak akan bisa menang melawan Bhaskara.
Setelah Bhaskara pergi, masih tersisa satu masalah lagi yang harus dihadapi Alicia. Yaitu bagaimana caranya untuk menjelaskan ke Karin. Sedari tadi tatapan sahabatnya itu sudah setajam silet, membuat Alicia bergidik ngeri.
"Sejak kapan?" Karin menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Nada bicaranya seperti polisi sedang menginterogasi maling motor.
"Kemarin," Alicia menjawab sambil menundukkan kepala.
"Jadi, kemarin saat Lo bilang lagi nginep di rumah temen kantor itu sama Bhaskara?!" Karin ternganga tak percaya. Alicia mengangguk pelan.
"Iya,"
"Kenapa Lo nggak langsung cerita ke gue?"
"Waktu itu Pak Bhaskara bener-bener nggak mau ngelepasin gue. Bahkan hape gue pun nggak keluar dari tas. Besok paginya juga gue udah sibuk kerja. Jadi nggak ada kesempatan, Karin, bukannya gue nggak mau cerita," Alicia menampilkan wajah paling memelas yang ia punya.
"Waktu di kantor Lo sempet nelepon gue pas kita janjian mau makan bareng! Kenapa Lo nggak sekalian cerita?!" Karin masih tidak menerima alasan Alicia.
"Posisinya gue masih di dalem kantor, Karin. Ada Mas Rendy, ada Mas Niko. Bayangin aja kalau gue cerita kaya gitu di depan mereka! Bisa hancur masa depan gue!"
"Halah, alasan," Karin masih bersungut-sungut. "Memangnya, gimana ceritanya kalian bisa pacaran? Lo ketauan sama Bhaskara kalau Lo adalah cewek yang tidur sama dia malam itu?"
Alicia menghela napas panjang. "Tenyata Pak Bhaskara udah tau sejak di klub, kalau itu adalah gue. Alasan dia pura-pura nggak tau adalah buat ngehukum gue yang udah ninggalin dia, supaya gue merasa tertekan dan ngaku sendiri,"
"Terus, akhirnya Lo ngaku?"
"Enggak," Alicia menggeleng. "Tapi dia langsung bawa gue ke hotel untuk rekonstruksi ulang kejadian malam itu,"
"Buset, bahasa Lo! Rekonstruksi! Kaya pelaku kriminal aja!"
"Ya pokoknya begitu lah," Alicia menggaruk tengkuknya, bingung sekaligus malu untuk menjelaskan. "Di sana dia bilang yang sebenarnya, kalau dia udah tau siapa gue sejak awal."
"Dan kalian pacaran," Karin menebak endingnya.
"Iya,"
"Kok Lo mau, sih?" Karin merasa tak habis pikir. "Emangnya Lo cinta sama dia?"
Alicia lagi-lagi menghela napas panjang. "Karena dia cuma kasih gue dua pilihan, pacaran atau nikah,"
"What?!" Suara Karin sudah naik setengah oktaf, membuat para pengunjung restoran otomatis menoleh ke arah mereka. "Nikah?! Gila! Kenapa Lo nggak milih nikah aja! Kan lumayan tuh, bisa dapet suami bos! Makmur deh hidup Lo selamanya!"
"Lo pikir menikah semudah itu?" Alicia menopang dagunya dengan telapak tangan. "Lo kan tau sendiri gimana kisah hidup gue. Masih ada adek yang harus gue biayain sekolahnya, masih ada ibu gue yang perlu biaya pengobatan, belum lagi sisa hutang almarhum bapak yang masih banyak banget. Gue nggak mau suami gue nanti harus menanggung hal-hal itu. Makanya, nikah itu masih terlalu jauh buat gue. Gue pengen semuanya selesai dulu, baru gue nikah dan membuka lembaran baru,"
Karin manggut-manggut. Sebagai sahabat, dia jelas tau kesulitan Alicia. "Tapi sebenarnya, kalau Lo mau ngomong sama Pak Bhaskara, dia pasti bakal bantuin Lo, toh dia kaya raya. Duit segitu mungkin receh buat dia,"
Alicia menggeleng. "Nggak bisa, Karin. Gue nggak mau hidup dengan berhutang budi ke orang, meskipun ke suami gue sendiri. Gue udah belajar dari pernikahan orang tua gue dulu. Bapak sering ngungkit-ngungkit uang yang pernah dia kasih ke Ibu. Gue nggak mau hal seperti itu terjadi di hidup gue."
"Oke deh, yang penting Lo bahagia," Karin menghela napas panjang. "Tapi, kalau dipikir-pikir nyebelin juga ya pacar Lo itu. Coba kalau dia ngomong dari awal, kan gue nggak perlu susah-susah nyamar jadi istri yang tersakiti buat hapus rekaman CCTV hotel!"
Alicia tertawa terbahak-bahak. "Itu kan ide Lo sendiri!"
"Yeee! Gue kan mau bantuin Lo!"
"Ya udah deh, sebagai permintaan maaf, gimana kalau nanti gue traktir makan lagi? Tapi inget, nggak ada cowok-cowok di antara kita," Alicia memberi peringatan.
"Iya, paham. Lagian gue juga udah ngeri sama pacar Lo. Bisa-bisa langsung mati muda gue kalau berhadapan sama dia lagi,"
kebelet baget pengen jadi bapak. kalau tau Alice gk hamil gymana reaksinya bhas ya/Facepalm//Facepalm/.
ini nih malu bertanya salah paham jadinya/Grin/