NovelToon NovelToon
Dan Akhirnya Aku Pergi

Dan Akhirnya Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Identitas Tersembunyi / Penyesalan Suami / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:9.4M
Nilai: 4.7
Nama Author: Yulianti Azis

Sofia Amara, wanita dewasa berusia 48 tahun yang hanya dipandang sebelah mata oleh suami dan anak-anaknya hanya karena dirinya seorang ibu rumah tangga.

Tepat di hari pernikahan dirinya dan Robin sang suami yang ke-22 tahun. Sofia menemukan fakta jika sang suami telah mendua selama puluhan tahun, bahkan anak-anaknya juga lebih memilih wanita selingkuhan sang ayah.

Tanpa berbalik lagi, Sofia akhirnya pergi dan membuktikan jika dirinya bisa sukses di usianya yang sudah senja.

Di saat Sofia mencoba bangkit, dirinya bertemu Riven Vex, CEO terkemuka. Seorang pria paruh baya yang merupakan masa lalu Sofia dan pertemuan itu membuka sebuah rahasia masa lalu.

Yuk silahkan baca! Yang tidak suka, tidak perlu memberikan rating buruk

INGAT! DOSA DITANGGUNG MASING-MASING JIKA MEMBERIKAN RATING BURUK TANPA ALASAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DAAP 17

Malam itu, Sofia duduk di ruang kerjanya yang mulai terasa seperti studio kecil. Mesin jahit berdengung pelan, jarum bergerak menembus kain, dan lampu meja menerangi setiap detail jahitannya. Ia tengah menyelesaikan pesanan dari teman-teman Rena, tenggelam dalam pekerjaannya, hingga tiba-tiba ponselnya berdering.

Sofia menghela napas dan meletakkan jarumnya. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di meja, melihat layar, lalu sedikit terkejut.

"Ayah?" gumamnya pelan.

Tanpa ragu, ia segera mengangkat panggilan itu. "Halo, Yah?"

Suara berat dan tenang dari seberang terdengar, "Sofia, bagaimana kabarmu?"

Sofia tersenyum tipis. "Baik, Yah. Ada apa menelfon malam-malam begini?"

"Kita perlu bicara. Bisa bertemu besok?" suara Doni terdengar serius.

Sofia terdiam sejenak. Ia tahu apa yang akan dibicarakan oleh ayahnya. "Tentang perceraianku dengan Robin, kan?"

"Besok kita bicarakan lebih lanjut," jawab Doni tanpa menyangkal.

Sofia menarik napas panjang. Ia sudah menduga ini akan terjadi. "Baiklah, kita bisa bertemu besok. Di mana?"

"Di restoran biasa. Jam makan siang."

"Baik, Ayah. Sampai besok," ucap Sofia sebelum menutup telepon.

Setelah panggilan berakhir, Sofia meletakkan ponselnya di meja dan menatap mesin jahit di depannya.

"Pasti Ayah ingin membujukku agar kembali ke Robin," gumamnya pelan.

Dulu, Sofia selalu menurut. Dulu, ia selalu diam. Tapi kali ini? Tidak.

"Aku tidak akan tinggal diam lagi."

Sofia merapikan kain yang sudah dijahit dan menutup mesin jahitnya. Malam ini, ia akan beristirahat dengan baik, karena besok ia harus menghadapi ayahnya—dan mempertahankan keputusannya.

****

Pagi itu, setelah menyelesaikan beberapa potong dress, Sofia melirik jam di dinding. Waktu menunjukkan hampir tengah hari. Ia menghela napas dan bangkit dari kursi, merapikan dress yang baru saja ia buat dan memutuskan untuk mengenakannya.

Dress tersebut berpotongan simpel namun elegan, menonjolkan keanggunannya tanpa kesan berlebihan.

Dress ini adalah hasil desainnya sendiri, dan ini adalah kesempatan untuk mempromosikannya secara tidak langsung.

Setelah memastikan penampilannya di depan cermin, Sofia mengambil tasnya dan segera bergegas keluar apartemen.

Dengan mengendarai mobil Honda Jazz miliknya, mobil itu melaju menuju restoran langganan keluarganya. Perasaan campur aduk memenuhi pikirannya. Ia tahu pembicaraan nanti tidak akan mudah, tapi ia sudah siap.

Setibanya di restoran, Sofia memarkirkan mobilnya lalu melangkah masuk. Pandangannya segera menangkap sosok Doni—sang ayah—yang duduk di sudut ruangan. Namun, yang membuatnya sedikit terkejut adalah kehadiran ibunya, Leta, yang juga ikut serta dalam pertemuan ini.

Sofia menarik napas dalam, lalu dengan langkah percaya diri, ia berjalan menuju meja tempat kedua orang tuanya menunggu. Saat ia melangkah, beberapa pasang mata melirik ke arahnya, entah karena penampilannya atau dress yang ia kenakan.

"Sofia," suara Leta terdengar begitu lembut, meski di baliknya tersirat ketegasan seorang ibu.

Sofia tersenyum tipis, lalu duduk dengan anggun di kursi yang telah disiapkan. Seorang pelayan datang membawakan menu, tetapi tidak ada yang langsung memesan. Hening menyelimuti meja selama beberapa detik, hingga akhirnya Doni membuka suara.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya dengan nada berat.

"Baik, Yah," jawab Sofia singkat.

Leta menatapnya dengan penuh perhatian. "Sofia, kau benar-benar ingin bercerai dari Robin?"

Sofia mengangkat wajahnya, menatap langsung ke arah ibunya. "Ya, Bu. Aku sudah memutuskannya."

Doni menatap putrinya dengan serius. "Sofia, apa kau benar-benar sudah yakin dengan keputusan ini?" tanyanya sekali lagi.

Tanpa ragu, Sofia mengangguk. "Ya, Ayah. Aku sudah mempertimbangkannya matang-matang. Aku ingin bercerai dari Robin."

Leta yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. "Sofia … kau dan Robin sudah bersama selama lebih dari dua puluh tahun. Perceraian bukan hal yang mudah. Apakah tidak ada cara lain?"

Sofia tersenyum tipis, tapi di balik senyumnya, ada luka yang telah mengering. "Ibu, aku sudah bertahan selama dua puluh tahun. Aku pikir Robin hanya bersikap dingin karena perjodohan kami, tapi ternyata sejak awal dia memang tidak pernah mencintaiku. Aku hanya dijadikan alat untuk melahirkan anak-anaknya."

Doni dan Leta terdiam. Mereka mungkin sudah menebak hal ini sejak lama, tapi mendengar Sofia mengatakannya dengan gamblang tetap saja menyakitkan.

"Aku juga baru saja menemukan bukti perselingkuhan Robin," lanjut Sofia. "Itu baru satu. Aku masih menyimpan lebih banyak."

"Apa?!"

Kemudian Sofia memperlihatkan di mana video Robin dan Vanessa di sebuah kamar hotel.

Mata kedua orang tua Sofia melebar, mereka sungguh terkejut. Mereka pikir Vanessa hanyalah sahabat dari Robin.

"Ja—jadi mereka ...."

"Ya, Bu!" Sofia memotong cepat ucapan sang ibu.

Leta menghela napas panjang. "Kenapa kau tidak memberitahu kami lebih awal, Sofia? Kalau sikap Robin seperti itu padamu."

Sofia menatap ibunya. "Karena dulu aku terlalu takut. Takut dianggap gagal sebagai istri. Takut mengecewakan Ayah dan Ibu. Tapi sekarang, aku sudah selesai menjadi wanita yang hanya diam dan menerima semuanya."

Doni menatap putrinya dengan ekspresi sulit diartikan. Namun, kali ini ia tidak lagi mencoba membujuk Sofia untuk berubah pikiran. Ia tahu putrinya sudah membuat keputusan.

"Sofia," kata Doni dengan suara tegas. "Jika kau sudah yakin, maka kami tidak akan menahanmu lagi. Tapi bagaimana dengan anak-anakmu? Mikaila dan Reno?"

Sofia tersenyum tipis. "Aku sudah memikirkan itu, Ayah. Aku ingin meminta satu hal dari kalian. Tolong, jangan membahas perselingkuhan Robin dan Vanessa di depan mereka. Biar aku sendiri yang memberitahu mereka, pada waktu yang tepat."

Leta tampak ragu. "Tapi Sofia, mereka harus tahu siapa ayah mereka yang sebenarnya."

Sofia mengangguk. "Aku tahu, Bu. Tapi aku ingin melakukannya dengan caraku. Aku ingin mereka mendengar langsung dariku, bukan dari orang lain. Dan saat ini, mereka lebih memihak Vanessa, jadi mungkin mereka tidak akan percaya padaku."

Doni mengangguk pelan. "Baiklah. Kami akan menghormati keinginanmu."

Leta masih terlihat khawatir, tapi ia tidak berkata apa-apa lagi. Sofia bisa merasakan ketegangan di antara mereka, tapi setidaknya kali ini ia tahu bahwa orang tuanya mendukungnya.

Tak lama kemudian, pelayan datang membawa pesanan mereka. Percakapan mulai mengarah ke hal-hal lain.

Setelah berbincang panjang dengan kedua orang tuanya, Sofia akhirnya berpamitan. Ia melihat raut kekhawatiran di wajah Doni dan Leta, tapi juga ada kepercayaan bahwa putri mereka bisa menghadapi semuanya.

"Sofia, kau yakin tidak mau tinggal di rumah? Rumah ini selalu terbuka untukmu," ujar Leta dengan lembut.

Doni menambahkan, "Kami hanya ingin memastikan kau tidak kesepian, Nak. Setelah dua puluh tahun menjalani pernikahan, tiba-tiba hidup sendiri bukan hal yang mudah."

Sofia tersenyum tipis, ada kehangatan di hatinya karena perhatian mereka. Tapi ia menggeleng pelan. "Terima kasih, Ayah, Ibu. Aku menghargai tawaran kalian, tapi aku ingin menjalani hidupku sendiri. Aku ingin belajar mandiri dan fokus membangun bisnisku."

Leta masih terlihat ragu. "Tapi, Sofia—"

"Bu, aku baik-baik saja," potong Sofia dengan lembut. "Aku sudah memiliki apartemen sendiri, bisnis kecil yang mulai berkembang, dan Rena yang selalu mendukungku. Aku tidak akan kesepian."

Doni menghela napas, lalu mengangguk. "Baiklah. Jika itu keputusanmu, kami tidak akan memaksamu. Tapi berjanjilah satu hal."

Sofia menatap ayahnya. "Apa itu, Ayah?"

"Jika kau mengalami kesulitan, jangan sungkan untuk datang pada kami. Kau tidak perlu menghadapi semuanya sendirian."

Sofia tersenyum hangat. "Aku janji, Ayah."

Setelah berbagi pelukan dengan kedua orang tuanya, Sofia akhirnya melangkah keluar dari restoran. Angin sore menerpa wajahnya, membawa perasaan lega dan tekad baru.

1
khaira_dewi
menarik dan tdk bertele2 ceritanya
Waty Zega
bagus ceritanya
Widia Ningsih
istri yang tidak dianggap, kasihan Sofia 🥺
Yuyun
ceritanya sangat bagus
Mom dillalva
Kasian..anak nya kok bisa segitu nya menyakiti ibu sampai makanan kesukaan aja dilarang kan mereka bisa pesan yg lain
Muna Junaidi
🧡🧡🧡🧡
Yhanie
Luar biasa
Wulan Basril
nggak ada season 2 nya thor
ᴛᴜᴋɪɴᴇᴍՇɧeeՐՏ🍻
ada kah kelanjutan Elleanor??? sama adik kecil'y yang lucu.. mulai ketagihan sama karya mu thor🥰🥰🤗🤗🤗
ᴛᴜᴋɪɴᴇᴍՇɧeeՐՏ🍻
gimana g populer thor ini bagus banget sueeeer...buat karya g mudah, dan Q yang bisa mikir ke sana ( saat Sofia hamil tanpa penyatuan ) , kadang mikir wow amazing😍🤩sukses terus dan semangat thor sehat" selalu yaaaaaa
ᴛᴜᴋɪɴᴇᴍՇɧeeՐՏ🍻
Alhamdulillah happy ending🥰🥰🥰....
karya yang luar biasa dengan waktu yang singkat namun isi cerita banyak pelajaran yang bisa di petik, karna tidak mudah menjadi seorang Sofia yang hidup'y penuh dengan kebohongan dan penghianatan dari suami'y sendiri, coba'n datang tak ada henti'y namun dengan tenang dan lapang dada bisa menjadlani semua, dan berkah dari kesabaran'y kini hidup bahagia bersama anak kandung'y dan masyah allah di saat usia yang tidak lagi muda allah kembali memberikan kepercayaan untuk memiliki anak kembar lagi bersama Riven...

semangat thor buat karya" baru dengan imajainasi yang luar biasa tetap semangat 😍😍😍
Santi Rizal
rahasia besar apakah itu?
Santi Rizal
rasakan tuh menanti kesayangan nya belagu
Marini Idris
seruuu
Wandi Fajar Ekoprasetyo
Ach jd pusing begini ya.....sama aja semuanya
Wandi Fajar Ekoprasetyo
jd selama kehamilan kembar Sofia nih tetap pingsan gitu ya
Wandi Fajar Ekoprasetyo
knp ga d bawa aja dan d nikahin riven.....knp harus ada kesepakatan yg ga masuk akal
Wandi Fajar Ekoprasetyo
ngaku dosen org kaya....nyatanya otak nya ga guna
Wandi Fajar Ekoprasetyo
mantab riven.....meskipun duduk santai pasti ada org kepercayaan nya yg selalu menjaga sofia
Wandi Fajar Ekoprasetyo
menciptakan kehancuran buat dirinya sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!