Dewasa 🌶
Hasha, putri bungsu keluarga Drake dijebak oleh temannya sendiri. Ia hampir diperkosa oleh laki-laki hidung belang. Namun malam itu, seorang pria dari masa lalunya tiba-tiba muncul menyelamatkannya dari laki-laki hidung belang tersebut.
Namun seperti kata pepatah, lolos dari lubang buaya, masuk ke lubang singa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 21
"Hasha."
Seorang laki-laki jangkung berusia dua puluh lima tahun menghampiri Hasha yang baru saja kembali dari toilet. Wajahnya tampan, dan memiliki sifat hangat dan bersahabat. Ia selalu tersenyum ke siapa saja.
Namanya Gian. Semua pekerja wanita di toko ini menyukainya, bahkan tak sedikit yang berusaha keras mencari perhatian agar di lirik sama pria tampan dan murah senyum itu.
Hanya saja walau Gian adalah tipe laki-laki hangat, murah senyum dan tidak membeda-bedakan orang, tetap saja hubungannya dengan mereka rasanya begitu jauh. Gian tidak dingin memang seperti kebanyakan laki-laki tampan lainnya, hanya saja ada semacam benteng yang membuat mereka tidak dapat mendekati lelaki itu.
Anehnya, terhadap Hasha sikap Gian berbeda. Pria itu selalu mendatangi Hasha kalau datang ke toko ini, bahkan mereka terlihat sering berbincang-bincang asyik. Itu sebabnya kenapa banyak yang iri pada Hasha. Gadis itu hanya bekerja dua hari dalam seminggu, tapi berhasil menarik anak dari pemilik toko mereka menjadi akrab dengannya. Sementara yang sudah lebih dari dua tahun bekerja di sini, ngobrol saja jarang. Hanya sampai sebatas memberi salam.
"Kak Gian!" Hasha tersenyum senang melihat Gian.
"Dua hari lalu di telpon aku dengar kamu kayak enak badan, kenapa masih masuk kerja?" Gian mengamati wajah Hasha, kalau pucat berarti gadis itu sakit. Tapi wajah Hasha keliatan sangat segar dan cerah. Artinya dia baik-baik saja.
Pandangan Gian berpindah ke wanita yang berdiri di dekat Hasha, kalau tidak salah ingat namanya Nita. Teman dekat Hasha di toko ini, Hasha rajin cerita. Nita membungkuk hormat padanya di balas dengan senyuman tipis pria itu. Lalu Gian kembali fokus ke Hasha.
"Aku sebenarnya nggak sakit kak Gian." jawab Hasha.
"Terus? Aku dengar kamu kayak mengerang kesakitan malam itu."
Hasha terdiam lalu mengingat kejadian dua hari yang lalu. Waktu laki-laki ini menelponnya, Zayn yang mesum itu menyerang dia. Itu bukan erangan kesakitan, tapi ...
Nggak mungkin juga kan dia bilang kalau malam itu miliknya sedang di emut tanpa ampun sama Zayn. Itu kan hal yang sangat privat antar keduanya, bahkan diceritakan ke keluarganya saja tidak mungkin.
"Ah, waktu itu aku emang lagi kurang enak badan, tapi sekarang udah nggak apa-apa kok." seru Hasha. Gian terkekeh.
Yang laki-laki itu suka dari Hasha adalah keceriaannya. Gian tidak menyukai Hasha sebagai wanita, ia lebih menganggap Hasha sebagai seorang adik. Dan dia juga tahu Hasha ini bukan dari keluarga sembarangan.
Karena Gian sudah kenal Hasha dari masa gadis itu masih Sekolah. Pertama kali dia bertemu dengan Hasha tujuh tahun yang lalu. Waktu itu Hasha di bawa sama adiknya main ke rumah mereka. Nama adiknya adalah Prisa.
Prisa dan Hasha adalah dua sahabat yang sangat dekat, sayangnya mereka harus berpisah waktu lulus SMA. Prisa mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Sudah mau empat tahun mereka tidak bertemu secara langsung dan lebih dari setahun ini Prisa tidak pernah menghubunginya lagi. Padahal biasanya gadis itu selalu menghubunginya lewat sosial media.
Karena penasaran Hasha bertanya ke Gian, anehnya kata Gian Prisa juga tidak pernah lagi menghubungi keluarganya. Hal itu membuat Gian harus pergi ke luar negeri untuk mencari tahu keberadaan Prisa. Pria baru kembali dari luar negeri satu minggu yang lalu.
"Kamu masih kerja?" tanya Gian.
Hasha mengangguk.
"Aku masih harus anterin bunga itu ke rumah sakit." Hasha menunjuk bunga matahari
yang sudah tertata rapi di atas meja.
"Bagaimana kalau aku antar?" tawar Gian lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Hasha dan berbisik pelan.
"Setelah itu aku ingin bawa kamu menemui Prisa."
"Prisa udah pulang?!" Seru Hasha kencang. Beberapa pekerja sampai menatap mereka dan Hasha yang sadar langsung merasa tidak enak.
"Ayo, kita bicara tentang Prisa di jalan saja." Hasha pun mengangguk.
"Nit, aku pergi dulu ya anterin bunga. Kalo aku nggak balik sampai jam makan siang, kamu gak usah nunggu aku." ucap Hasha ke Nita kemudian menyusul Gian, tak lupa mengambil bunga matahari yang akan dia antarkan pada pelanggannya.
Nita cepat-cepat mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memotret Hasha dan Gian diam-diam. Dia akan mengumpulkan bukti-bukti kalau Hasha memiliki kedekatan bukan hanya dengan satu laki-laki. Dia akan gencar mencari kekurangan Hasha sekarang, demi mendekati Zayn. Toh menurutnya Hasha tidak terlalu menyukai Zayn. Seorang pria idaman seperti Zayn lebih pantas dengan wanita yang menyukainya dengan tulus. Dan Nita yakin dia adalah orangnya.
Hasha masih kekanakan, tidak pantas dengan Zayn yang dewasa. Mereka tidak cocok, Zayn pasti tidak akan bahagia bersama Hasha.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Habis mengantar bunga, Gian dan Hasha langsung ke rumah Gian. Sudah empat tahun lebih Hasha tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di rumah ini. Rumah ini sudah di renovasi jadi jadi lebih besar dibanding dulu.
"Hasha," Gian menatap Hasha serius saat mereka mencapai ruang tengah. Hasha menatap pria itu,
"Ada yang ingin aku katakan tentang Prisa." alis Hasha terangkat.
"Prisa sekarang berbeda dengan yang dulu. Ada yang terjadi setahun lalu hingga membuatnya tidak suka ditemui orang dan jadi lebih murung. Aku akan menjelaskan nanti padamu. Sekarang kita coba temuin dia dulu ya. Aku berharap dia nggak menolak bertemu sama kamu." kata Gian panjang lebar. Tentu Hasha kaget dan penasaran.
Pantas saja Prisa tidak pernah menghubunginya lagi. Nomornya pun sudah tidak aktif. Hasha menganggukkan kepalanya setuju dengan Gian, mereka lalu naik ke lantai atas, berhenti di kamar Prisa. Kamar yang sama yang dulu sering Hasha masuk.
Tok tok tok
Gian mengetuk pintu kamar Prisa dari luar.
Tok tok tok.
"Prisa, ini kakak." panggil Gian.
Tak lama kemudian pintu terbuka. Seorang gadis seumuran Hasha berdiri di depan pintu dengan penampilan acak-acakan. Wajahnya tetap cantik namun terlihat sekali ada tekanan besar yang dia pikul. Tak ada senyuman ceria seperti dulu lagi.
Prisa, sahabat terbaik Hasha. Prisa dan Hasha sama-sama kaget.
"Lihat siapa yang kakak bawa." ucap Gian. Dia tahu Prisa menolak menemui banyak orang bahkan sepupu-sepupu mereka, tapi Gian yakin Prisa tidak akan menolak Hasha. Mereka adalah sahabat terbaik.
Itu sebabnya Gian berani membawa Hasha ke sini.
Prisa terdiam lama. Hasha juga.
Mereka hanya saling menatap.
"Ha- Hashaa ..." sesaat kemudian Prisa menyebut nama Hasha dengan suara bergetar lalu memeluknya dan menangis kencang. Hasha ikut menangis memeluk Prisa, dan Gian terharu melihat kedua sahabat itu bertemu kembali. Gian berharap Hasha bisa membantu adiknya ceria kembali.