Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Pak Dirga Menguntit Saya?
Setelah pembicaraan di ruang keluarga berakhir, Dirga dan kedua orang tuanya pun makan malam bersama.
Kegiatan rutin dan wajib yang mereka lakukan, semenjak mama Shopia di vonis terkena kanker tulang beberapa tahun lalu.
Apalagi semenjak menikah, Dirga memilih untuk tinggal di apartemen. Jadi, saat akhir pekan menjadi hari wajib untuk berkumpul bersama keluarga.
“Kapan mama bisa bertemu dengan istrinya Richard?” Tanya mama Shopia yang tertuju pada sang putra.
Dirga yang tengah menikmati makanannya pun menoleh sejenak. “Mungkin minggu depan, ma. Besok mereka pergi berbulan madu.”
Mama Shopia mengangguk paham. “Nanti setelah makan, kamu hubungi Dianna. Minta dia datang besok untuk sarapan bersama.” Ucap wanita paruh baya itu.
Dirga mengunyah makanannya dengan pelan. Tak langsung menjawab perintah sang mama.
“Daripada Ellena, mama rasa Dianna lebih baik—
“Ma. Kita sedang makan. Jangan membahas hal yang tidak penting.” Papa Jordan memotong ucapan sang istri.
Pria paruh baya itu tidak suka jika ada orang yang membahas mantan menantu mereka di hadapannya. Papa Jordan sangat membenci pengkhianat.
Mama Shopia mendengus pelan. Ia menatap ke arah sang putra. Pria itu mengacuhkan dan sibuk dengan makanannya.
“Pikirkan saja tentang kesehatan mama. Tidak perlu ikut campur urusan Dirga. Dia sudah dewasa, dan cukup tua untuk bisa menentukan jalan hidup kedepannya.” Imbuh papa Jordan lagi.
Pria paruh baya itu kemudian meneguk sisa air minum di dalam gelas kaca. Kemudian pergi meninggalkan meja makan.
Melihat sang papa pergi, Dirga hanya mampu menghela nafas kasar. Padahal sudah sering terjadi seperti ini. Tetapi sang mama masih saja suka membahas Ellena di depan papa Jordan.
“Mama sudah tau ‘kan papa tidak suka mendengar nama dia lagi? Jadi, demi ketenangan dan kenyamanan keluarga kita, cukup membahas tentang Ellena, ma.” Ucap Dirga kemudian.
“Mama hanya ingin yang terbaik untuk kamu, Ga.” Ucap mama Shopia lirih.
Semua ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk buah hati mereka. Tentu saja. Hanya caranya saja yang berbeda.
“Aku tau. Mama sangat menyayangi aku. Tetapi, untuk saat ini aku masih ingin menikmati hidup dalam kesendirian ma. Aku tidak mau salah pilih dan gagal lagi di kemudian hari.” Ucap pria itu.
Dirga sedikit menggeser kursi yang ia tempati, memutar tubuh menghadap sang mama.
“Mau aku antar ke kamar?” Tanya pada wanita paruh baya itu.
Mama Shopia menggeleng pelan. “Mama masih mau disini.”
Dirga mengangguk. Ia paham mama Shopia belum mau bertemu dengan sang papa.
“Kalau begitu, aku ke kamar dulu. Mau mandi, kemudian istirahat.” Ucap Dirga sembari bangkit lalu mengecup pipi sang mama.
Mama Shopia membalas dengan mengusap lengan sang putra.
Seperti malam - malam akhir pekan sebelumnya, Dirga pun menginap di rumah orang tuanya.
Ia pergi ke lantai dua. Tempat dimana kamar tidurnya berada.
Rumah orang tua Dirga cukup mewah dan luas, meski hanya berlantai dua. Mungkin karena mereka hanya memiliki seorang putra, menjadi alasan papa Jordan memilih rumah itu.
Pria berstatus duda itu masuk ke dalam kamarnya. Kemudian pergi ke ruang ganti, melepaskan pakaiannya. Setelah itu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setengah jam kemudian tubuh Dirga sudah lebih segar dari sebelumnya. Seperti biasa, saat akan tidur pria itu hanya mengenakan sebuah celana pendek tanpa memakai baju.
Ia kemudian duduk bersandar di atas ranjang. Memeriksa beberapa e-Mail dari ponselnya.
Namun, tiba - tiba pria itu teringat dengan Gista. Gadis itu sepertinya lupa akan ucapan Dirga tempo hari.
Nyatanya ia masih saja dekat dengan Bobby, bahkan pemuda itu sampai mengantarnya pergi ke kafe.
“Saya akan lihat, sampai dimana kamu berani bertindak, Anggista. Awas saja jika kamu berani berbuat curang di belakang saya.”
Perpisahannya dengan Ellena begitu menorehkan luka teramat dalam di hati Dirga. Ia tidak mau di khianati untuk yang kedua kalinya. Meski hubungan pria itu dan Anggista hanya sebatas saling menguntungkan.
Pria itu kemudian menyimpan ponselnya. Namun ia teringat dengan perintah sang mama tadi. Dirga pun mengirim pesan pada Dianna.
“Mama mengundang kamu untuk sarapan bersama besok pagi.”
Setelah mengirim pesan itu, Dirga pun merebahkan diri. Ia harus beristirahat lebih awal untuk menyambut hari esok yang akan lebih sibuk karena di tinggal pergi berbulan madu oleh Richard.
\~\~\~
“Kamu tinggal disini?” Tanya Bobby saat Gista mengembalikan helm pada pemuda itu.
Mereka berhenti di pintu masuk menuju basemen, gedung apartemen tempat tinggal Dirga.
Seperti yang mereka bicarakan tadi siang, malam ini Bobby mangkal di dekat kafe Dirga, agar saat Gista pulang ia yang mendapatkan orderannya.
“Aku kerja sebagai asisten rumah di salah satu unit, Bob.” Jelas Gista. Tidak berbohong, pun tidak berkata yang sebenarnya.
“Wah.. hebat ya, Ta. Masih kuliah, tetapi kamu banyak mengambil pekerjaan. Tidak banyak gadis yang mau bekerja keras seperti kamu.” Puji Bobby dengan tulus.
“Terpaksa, Bob. Demi bisa tetap hidup.” Jawab Gista kemudian.
Obrolan mereka pun berakhir karena Bobby yang kembali mendapatkan penumpang.
Gista berjalan gontai memasuki basemen. Gadis itu memang lebih suka masuk lewat parkir bawah tanah, daripada melewati lobby apartemen.
Ia tidak ingin tiba-tiba tanpa sengaja bertemu dengan orang yang di kenalnya. Dan menimbulkan kecurigaan.
Gista mengedikan bahu pelan ketika tidak melihat mobil Dirga di tempat parkir.
“Mungkin malam ini dia tidak pulang.” Gumam Gista kemudian menekan tombol lift menuju lantai unit apartemen pria itu.
Sampai di apartemen, Gista pergi ke dapur terlebih dulu untuk mengambil air minum. Kemudian membawanya ke kamar. Berjaga - jaga mana tau tenggorokannya tiba - tiba kering di tengah malam seperti sebelumnya.
Setelah itu, ia pun membersihkan diri. Selesai membersihkan diri, Gista pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Baru hendak memejamkan mata, ponselnya di atas nakas tiba - tiba bergetar berulang kali. Menandakan ada panggilan masuk.
“Pak Dirga.” Gumamnya saat melihat nama orang yang menghubunginya.
Dengan segera ia menjawab panggilan itu.
“Apa yang sedang kamu lakukan, Anggista?”
Tanya Dirga meluncur begitu saja sebelum Gista sempat berucap salam.
“Saya mau tidur, pak.” Jawab Gista dengan jujur. Dan di seberang sana, Sepertinya Dirga berdecak kesal.
“Senang kamu, bisa pulang dan pergi di antar Bobby?”
Gista mengerutkan dahi mendengar ucapan pria itu.
Darimana Dirga tau jika dirinya pulang di antar Bobby? Bukannya pria itu tidak datang ke kafe malam ini?
Apa jangan - jangan Dirga mengirim penguntit?
“Pak Dirga menguntit saya?” Setelah mengucapkan pertanyaan itu, Gista mengatupkan bibirnya.
Memang Gista sepenting apa? Hingga Dirga dengan repotnya menyewa penguntit?
Di seberang sana Dirga terkekeh.
“Kamu pikir saya tidak punya pekerjaan, mengirim orang untuk menguntit kamu?”
Untung saja Gista belum tersanjung. Jawaban Dirga sungguh mencubit hati gadis itu.
“Ya. Pak Dirga ‘kan orang sibuk.” Jawab Gista pelan.
Sementara itu, dirumah papa Jordan.
Dirga hampir tergelak mendengar pertanyaan dari gadis simpanannya. Ia memang tidak mengirim penguntit untuk memantau gerak Gista.
Namun, pria itu memeriksa rekaman kamera pengawas di kafenya.
Dirga yang tidak berniat menghubungi Gista, seketika memanggil nomor ponsel gadis itu setelah melihatnya pulang bersama Bobby lagi.
Apa Dirga cemburu? Jawabannya tidak sama sekali.
Ia belajar dari pengalaman di masalalu.
Pria itu tidak mau berbagi apa yang telah menjadi miliknya. Karena, sampai ia merasa puas, Gista hanya akan menjadi simpanan Dirga seorang.
...****************...
semoga kamu bisa cepet bayar utang ke Dirga
pergi dan carilah kebahagiaan kamu sendiri
syukur2 Dirga merana di tinggal kamu
tetap semangat ya gistaaaa💪😊