Kutukan Cinta Istri Tak Dianggap

Kutukan Cinta Istri Tak Dianggap

Tugas Seorang Istri

“Aku mencintaimu, Lily, sangat mencintaimu.”

Bisikan lembut di sela-sela cumbuan panas membuat wanita yang berada di bawah kukungan Edward hanya bisa meneteskan air mata.

Seharusnya Elsa bahagia karena pria yang menjadi suaminya sejak setahun yang lalu akhirnya memberikan nafkah batin, tapi betapa miris hati Elsa karena bukan namanya yang disebut melainkan perempuan lain.

Lily, adik kelas yang menjadi kekasih Edward sejak ia menjalani koas dan menjadi satu-satunya wanita yang ingin dinikahi Edward tapi semua mimpinya berantakan sejak Elsa masuk dalam kehidupan keluarganya.

“Kamu wangi Lily, seharum namamu.” Edward kembali membisikkan rayuan sambil menciumi leher mulus Elsa bahkan meninggalkan jejak di sana.

Suasana kamar yang temaram dan romantis membuat adrenalin Edward yang sedang berada di bawah pengaruh obat semakin terpacu.

Ciuman dan gigitan nakal yang semakin ganas dan liar menjadi sebilah pedang yang menggoreskan luka di sekujur tubuh Elsa.

Wanita itu tidak menolak, hanya mendesis saat milik Edward menghujam intinya dengan paksa dan sedikit kasar, mengoyak kehormatan yang dijaganya selama 20 tahun.

“Milikmu sempit sekali, Lily…. dan nikmat,” Edward kembali meracau sambil mencium bibir Elsa dengan gairah yang tidak terkendali.

Elsa pun berusaha mengimbangi permainan Edward meskipun air mata tidak berhenti mengalir dari kedua sudut matanya.

Pria yang sedang dalam gairah yang meledak-ledak tidak sadar kalau wanita yang berada di bawah kukungannya bukanlah perempuan yang terus dipanggilnya melainkan istri yang tidak pernah diharapkan bahkan sangat dibencinya.

Elsa tidak akan pernah menyesali keputusannya malam ini karena sebagai istri sudah menjadi tanggungjawabnya memenuhi kebutuhan biologis suaminya.

Bagi Elsa, malah suatu kehormatan bisa memberikan keperawanannya untuk laki-laki yang sudah menjadi suami sah sekaligus pria yang dicintainya sejak lama. Lebih baik dirinya yang berkorban, daripada Edward menuntaskan efek obat perangsang itu pada wanita yang menjebaknya.

“Aku sudah hampir sampai Li…”

Belum juga kalimatnya selesai diucapkan, Edward mengerang, menumpahkan miliknya lalu tumbang di atas tubuh Elsa

Seandainya Edward mengucapkan namanya sebelum mencapai pelepasan, air mata Elsa akan menjadi bentuk kebahagiaan bukan kekecewaan dan sakit hati.

Ternyata efek obat itu tidak berakhir hanya dengan satu pelepasan. Edward mengulanginya kembali sampai beberapa kali hingga akhirnya tumbang dan berbaring di samping Elsa dengan nafas terengah.

Tidak membutuhkan waktu lama, suara dengkuran halus terdengar bagaikan nada indah di telinga Elsa karena untuk pertama kalinya juga mereka tidur di ranjang yang sama.

“Aku mencintaimu, Mas. Aku sangat mencintaimu.”

Elsa memberanikan diri mengusap rambut Edward sambil tersenyum getir. Dihapusnya peluh yang membasahi kening suaminya dengan penuh cinta.

“Jangan biarkan dia menjebakmu lagi atau kamu akan menyesalinya seumur hidup karena dia bukan lagi perempuan yang kamu kenal saat kuliah dulu. Aku tidak menyesali memberikan milikku hanya untukmu dan semoga kamu bahagia setelah ini.”

Elsa menghapus air mata yang kembali mengalir dan berusaha bangun dari tempat tidur untuk membersihkan diri lalu pergi meninggalkan kamar hotel tapi bagian intinya terlalu sakit dan perih, seluruh tubuhnya terasa linu bahkan kepalanya berdenyut.

Tidak sanggup beranjak dari tempat tidur akhirnya Elsa menarik selimut, membungkus tubuh polosnya yang lelah dan terasa sakit.

Perlahan matanya terpejam hingga akhirnya ia ikut terlelap dengan posisi memunggungi Edward yang tidur pulas dalam keadaan terlentang.

***

Elsa buru-buru bangun dan mematikan alarm dari handphonenya. Jam 4.30 pagi, sepertinya baru beberapa jam saja ia tertidur.

Meski masih terasa sakit dan linu, Elsa memaksakan diri untuk bangun dan turun dari tempat tidur. Ia tidak mau Edward melihat dirinya tidur di samping pria itu.

Sambil meringis, Elsa memunguti pakaiannya yang sudah tidak berbentuk dan mengambil tas tangan miliknya yang berisi pakaian ganti lalu pergi ke kamar mandi dengan langkah tertatih.

Elsa sudah mengantisipasi semuanya begitu menerima kabar dari Fahmi soal keadaan Edward bahkan ia yang menyuruh asisten suaminya itu membawa bossnya ke hotel supaya tidak ada penyesalan dalam hidup Edward saat bangun keesokan paginya.

“Maaf aku membuatmu menunggu lama,” ujar Elsa saat menemui Fahmi di dekat pintu lift sambil menyerahkan kartu pada pria itu.

“Nona akan pulang sekarang ? Apa sebaiknya…”

“Tidak !” Elsa memotong ucapan Fami sambil menggeleng dan tersenyum.

“Ia pasti akan semakin membenciku bahkan mungkin menganggap semua ini adalah hasil perbuatanku. Aku tidak mau Edward menyesali kejadian tadi malam dan hidup bersamaku hanya sekedar sebagai tanggungjawab.”

Fahmi menghela nafas menatap istri bossnya yang terlihat sendu dan tersenyum miris.

“Apa masalah CCTV di hotel ini sudah kamu bereskan ?”

“Sudah Nona.”

“Terima kasih banyak atas bantuanmu, Fahmi. Seandainya aku masih boleh meminta, tolong jaga Edward, jangan sampai perempuan itu berhasil mengikatnya dengan cara-cara gila seperti semalam.”

“Tanpa Nona minta, saya pasti akan menjaga dokter Ed.”

Elsa mengangguk dan tersenyum tulus pada pria yang selalu mendukungnya menjadi istri Edward meskipun berarti harus bertentangan dengan bossnya.

“Aku pulang dulu dan kamu segeralah naik ke atas. Buatlah cerita sesukamu tentang wanita yang menemaninya semalam, aku akan berpura-pura tidak tahu. Maaf aku sudah membuatmu berhohong. Biarlah kejadian ini hanya menjadi rahasia kita berdua.” Fahmi mengangguk dengan berat hati.

Elsa pun berlalu sementara Fahmi masih berdiri dan menatapnya dari depan lift. Hatinya iba melihat Elsa tidak pernah mengeluh atau pun memberontak meskipun Edward menyakiti dan mempermalukannya berkali-kali.

Keduanya bekerja di rumah sakit yang sama dan semua karyawan tahu kalau Elsa, perawat magang itu, adalah istri sah Edwad, dokter spesialis jantung sekaligus anak sulung pemilik rumah sakit.

Entah bagaimana, Edward berhasil membuat Lily yang berstatus sebagai dokter umum bekerja di rumah sakit milik keluarganya hingga tanpa sadar terlalu sering Edward menempatkan Elsa justru sebagai pelakor.

Fahmi menghela nafas sambil masuk ke dalam lift begitu melihat Elsa sudah naik taksi di depan lobi.

Sampai di depan kamar, Fahmi menggesek kartu yang diberikan Elsa. Dilihatnya Edward sudah duduk di atas ranjang sedang merengangkan otot-ototnya.

“Selamat pagi, dokter,” sapa Fahmi sambil menganggukan kepala.

Mata Edward langsung membola mendengar dan melihat asistennya.

“Darimana kamu tahu aku ada di sini ?”

“Dokter mengirimkan pesan dan minta saya datang kemari membawakan pakaian ganti.”

Edward yang agak bingung dan merasa pusing mengintip tubuhnya yang masih tertutup selimut dan matanya kembali membola.

“Bagaimana aku bisa sampai di sini dan tidur dalam keadaan te-lan-jang begini ?”

“Saya kurang tahu juga, dokter. Semalam anda hanya bilang akan keluar makan tanpa memberitahu dengan siapa dan pagi ini dokter minta saya datang kemari sambil membawakan pakaian ganti.”

Edward meringis, memegang kepalanya yang terasa berdenyut saat bergerak mengambil handphone di atas nakas. Hatinya penasaran ingin memastikan ucapan Fahmi dan ternyata semuanya terbukti benar.

“Saya sudah memastikan kalau kamar ini dibayar menggunakan kartu kredit dokter dan check-in sekitar jam 10 malam,” ujar Fahmi sebelum Edward bertanya lebih jauh lagi.

“Apa Lily bersamaku semalam ?”

“Saya tidak tahu dokter, resepsionis bilang anda hanya datang sendiri,” sahut Fahmi sambil menggeleng.

Edward mengintip selimut di sisi sebelahnya dan terkejut saat melihat ada bercak darah di sana. Ia pun mengambil bantal dan mulai menciumi bau yang tertinggal di kain pembungkusnya.

“Bukan parfum Lily. Apa kamu tahu dengan siapa aku kemari semalam ?”

“Saya tidak tahu, dokter.” Fahmi kembali memberikan jawaban yang sama.

“Cari tahu siapa yang tidur bersamaku semalam ! Jangan sampai perempuan itu tiba-tiba datang dan meminta pertanggungjawabanku karena hamil !”

“Baik dokter. Saya akan mencari tahu sekarang, ini pakaian ganti yang dokter minta.”

Edward hanya menggangguk dengan dahi berkerut. Jantungnya berdebar dan dipenuhi rasa khawatir karena ia tidak bisa mengingat apa-apa tentang semalam.

Jangankan wanita yang sudah direnggut keperawanannya, Edward tidak tahu bagaimana ia bisa berakhir di kamar hotel ini.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

k

2024-09-13

1

Murni Dewita

Murni Dewita

👣

2024-08-25

1

Murni Dewita

Murni Dewita

👣

2024-08-20

1

lihat semua
Episodes
1 Tugas Seorang Istri
2 Teman Selingkuh
3 Tindakan Nekad Si Pelakor
4 Selembar Surat Cerai
5 Rencana Gila
6 Jejak yang Hilang
7 Gejala Menakutkan
8 Uji Coba
9 Pelakor Diselingkuhi
10 Di Balik Permintaan Maaf
11 Kedatangan Penjaga Hartawan
12 Siap Menerima Tantangan
13 Perjanjian yang Terlewatkan
14 Saputangan dan Wanita Penuntut
15 Pertanggungjawaban
16 Berandai-andai
17 Pengakuan Lily
18 Kedatangan yang Tiba-tiba
19 Sentuhan Maut
20 Awal Pencarian
21 Bocah yang Sudah Dewasa
22 Pria Sombong dan Menyebalkan
23 Marah, Kecewa dan Sakit
24 Pengakuan dan Kebohongan
25 Usaha Awal
26 Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27 Setengah Hari Bersama Gilang
28 Perbincangan dari Hati ke Hati
29 Pelajaran Tentang Kecewa
30 Percakapan Kakak Adik
31 Melepas dengan Ikhlas
32 Harus Bagaimana ?
33 Arti Sebuah Nama
34 Tamu yang Tiba-tiba
35 Skenario Baru
36 Permohonan dan Penyesalan
37 Cerita Lama dari Kinan
38 Kebodohan Edward
39 Ijin Tinggal
40 Meluruskan Kesalahpahaman
41 Pelajaran Pertama
42 Pelajaran Kedua
43 Kejujuran yang Beresiko
44 Kamar yang Terkunci
45 Pria Paling Beruntung
46 Pembelaan Elsa
47 Kebahagiaan dan Kebimbangan
48 Pesan Sponsor ?
49 Keruwetan Kinan
50 Kegalauan Edward
51 Kedatangan Kinan
52 Pertimbangan Erwin
53 Pertengkaran Sahabat
54 Kelulusan Elsa
55 Erwin yang Berbeda
56 Keputusan Erwin
57 De javu
58 Kembali ke Rumah Sakit
59 Menghalau Pelakor
60 Berita Mengejutkan
61 Obrolan Siang
62 Penyesalan dan Penyesalan
63 Ketegasan Elsa
64 Pria Bertanggungjawab
65 Cinta dan Pengorbanan
66 Cinta yang Belum Habis
67 Pertemuan Kinan dan Erwin
68 Pertanyaan Bodoh
69 Pengakuan
70 Permintaan Gilang
71 Menerima Takdir
72 Tidak Bisa dan Tidak Mau
73 Alasannya : Aku Takut
74 Aku Tahu dan Cemburu
75 Keresahan Gilang
76 Kegalauan Erwin
77 Pria Terbodoh
78 Kecemasan Elsa
79 Dinginnya Elsa
80 Protes Hilda
81 Teguran Keras
82 I love you Elsa
83 Kejutan
84 Penjelasan Gilang
85 Wani Piro, Mas ?
86 Dan Elsa pun…..
87 Cinta dan Keikhlasan
88 Kepergian Lily
89 Cintamu Selamanya
90 Terima Kasih
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Tugas Seorang Istri
2
Teman Selingkuh
3
Tindakan Nekad Si Pelakor
4
Selembar Surat Cerai
5
Rencana Gila
6
Jejak yang Hilang
7
Gejala Menakutkan
8
Uji Coba
9
Pelakor Diselingkuhi
10
Di Balik Permintaan Maaf
11
Kedatangan Penjaga Hartawan
12
Siap Menerima Tantangan
13
Perjanjian yang Terlewatkan
14
Saputangan dan Wanita Penuntut
15
Pertanggungjawaban
16
Berandai-andai
17
Pengakuan Lily
18
Kedatangan yang Tiba-tiba
19
Sentuhan Maut
20
Awal Pencarian
21
Bocah yang Sudah Dewasa
22
Pria Sombong dan Menyebalkan
23
Marah, Kecewa dan Sakit
24
Pengakuan dan Kebohongan
25
Usaha Awal
26
Kemarahan Elsa dan Pendukungnya
27
Setengah Hari Bersama Gilang
28
Perbincangan dari Hati ke Hati
29
Pelajaran Tentang Kecewa
30
Percakapan Kakak Adik
31
Melepas dengan Ikhlas
32
Harus Bagaimana ?
33
Arti Sebuah Nama
34
Tamu yang Tiba-tiba
35
Skenario Baru
36
Permohonan dan Penyesalan
37
Cerita Lama dari Kinan
38
Kebodohan Edward
39
Ijin Tinggal
40
Meluruskan Kesalahpahaman
41
Pelajaran Pertama
42
Pelajaran Kedua
43
Kejujuran yang Beresiko
44
Kamar yang Terkunci
45
Pria Paling Beruntung
46
Pembelaan Elsa
47
Kebahagiaan dan Kebimbangan
48
Pesan Sponsor ?
49
Keruwetan Kinan
50
Kegalauan Edward
51
Kedatangan Kinan
52
Pertimbangan Erwin
53
Pertengkaran Sahabat
54
Kelulusan Elsa
55
Erwin yang Berbeda
56
Keputusan Erwin
57
De javu
58
Kembali ke Rumah Sakit
59
Menghalau Pelakor
60
Berita Mengejutkan
61
Obrolan Siang
62
Penyesalan dan Penyesalan
63
Ketegasan Elsa
64
Pria Bertanggungjawab
65
Cinta dan Pengorbanan
66
Cinta yang Belum Habis
67
Pertemuan Kinan dan Erwin
68
Pertanyaan Bodoh
69
Pengakuan
70
Permintaan Gilang
71
Menerima Takdir
72
Tidak Bisa dan Tidak Mau
73
Alasannya : Aku Takut
74
Aku Tahu dan Cemburu
75
Keresahan Gilang
76
Kegalauan Erwin
77
Pria Terbodoh
78
Kecemasan Elsa
79
Dinginnya Elsa
80
Protes Hilda
81
Teguran Keras
82
I love you Elsa
83
Kejutan
84
Penjelasan Gilang
85
Wani Piro, Mas ?
86
Dan Elsa pun…..
87
Cinta dan Keikhlasan
88
Kepergian Lily
89
Cintamu Selamanya
90
Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!