Apa yang kamu lakukan jika kamu tahu bahwa kau sebenarnya hanya seonggok pena yang ditulis oleh seorang creator, apa yang kau lakukan jika duniamu hanya sebuah kertas dan pena.
inilah kisah Lu San seorang makhluk tertinggi yang menyadari bahwa dia hanyalah sebuah pena yang dikendalikan oleh sang creator.
Dari perjalananya yang awalnya karena bosan karena sendirian hingga dia bisa menembus domain reality bahkan true reality.
seseorang yang mendambakan kebebasan dan kekuatan, tapi apakah Lu San bisa mendapatkan kebebasan dan mencapai true reality yang bahkan sang creator sendiri tidak dapat menyentuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumah pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 - Benteng Narasi dan Serangan Pertama Para Pemberontak
Langit di Aetheryon kembali meretak, celah-celah gelap menyebar seperti luka pada daging semesta. Dari dalam retakan itu, muncul sosok-sosok asing. Mereka berjalan di atas udara, masing-masing memancarkan aura yang menentang hukum dunia yang telah ditulis Lu San, Shen Xi, dan Ling Yue.
Shen Xi mengerutkan kening. "Mereka tidak hanya mengintip. Mereka menyerbu."
Ling Yue mengayunkan penanya. Pilar cahaya melingkar di sekitar mereka, menciptakan kubah pelindung di atas benteng narasi yang baru mereka bangun.
Lu San berdiri di puncak benteng itu, matanya menatap tajam ke arah celah realitas yang semakin lebar.
"Datanglah kalian," ucapnya pelan, namun getaran suaranya menggema di seluruh dunia yang mereka ciptakan.
Dari celah itu, tiga sosok besar melangkah keluar. Mereka berbeda dari makhluk biasa—mereka adalah Kreator Pemberontak, entitas yang dulunya juga penulis, perancang semesta, namun memilih jalan yang berbeda. Mereka tak puas hanya mencipta, mereka ingin mengendalikan.
Yang pertama, sosok dengan jubah hitam robek dan mata tanpa bola, hanya kehampaan—namanya Veyron, sang Penulis Kekosongan.
Yang kedua, seorang wanita dengan rambut merah menyala seperti kobaran api, tangannya menjuntai pena bercabang yang terus meneteskan darah—dia adalah Erisya, sang Perusak Takdir.
Dan yang ketiga, seorang pria tua dengan mata penuh lingkaran simbol, masing-masing berputar dengan aturan hukum yang berbeda. Ia dikenal sebagai Tyrion, sang Penukar Hukum Realitas.
Veyron melangkah pertama kali, suaranya seperti bisikan yang bisa membuat makhluk yang mendengarnya kehilangan eksistensinya.
"Jadi, kalian pikir kalian bisa menciptakan dunia yang bebas tanpa kami?"
Shen Xi membalas dingin. "Kami tidak butuh kalian. Kami bukan kalian."
Erisya tertawa, tawanya seperti gema perang yang pernah meruntuhkan seribu dunia.
"Dunia yang tidak ada takdir? Tanpa penguasa? Tanpa arah? Dunia seperti itu akan runtuh dalam kekacauan."
Tyrion mengangguk pelan. "Semua hukum membutuhkan pengatur. Tanpa itu, mereka akan saling menghancurkan."
Lu San menarik napas. "Kita lihat saja."
---
Benteng narasi mulai bergetar ketika para Pemberontak mendekat. Pena di tangan Lu San berpendar kuat. Shen Xi dan Ling Yue bersiap di kedua sisinya.
"Kita kunci hukum dunia dulu," perintah Lu San.
"Aku jaga ruangnya, Xi jaga waktu, Yue jaga sebab-akibat," lanjutnya.
Mereka bertiga mulai menulis ulang hukum perlindungan pada dunia Aetheryon. Pilar-pilar cahaya menjulang dari inti dunia, menciptakan jaring-jaring hukum yang saling terkait. Setiap hukum diperkuat oleh niat mereka, bukan oleh peraturan kaku yang membelenggu.
Tapi Erisya melambaikan penanya.
"Aku cabut pilihan mereka."
Seketika, sebagian makhluk di Aetheryon terjatuh, tubuh mereka seperti boneka yang talinya diputus. Mereka kehilangan kehendak bebas, wajah mereka kosong, seperti boneka hidup.
Shen Xi menulis ulang dengan cepat.
"Kalian bebas memilih kembali!"
Dan makhluk-makhluk itu berdiri, namun beberapa dari mereka tampak ragu-ragu, seakan ketakutan untuk melangkah.
Veyron menciptakan jurang besar di bawah mereka. "Siapa yang tidak memilih, akan binasa."
Ling Yue menulis cabang waktu yang membuat pilihan mereka menjadi tidak linear.
"Semua pilihan mereka berujung pada kesempatan baru, bukan kehancuran."
Jurang itu tertutup, dan makhluk-makhluk Aetheryon kembali berani melangkah.
Tyrion tersenyum tipis. "Kalian cepat belajar... tapi tidak cukup cepat."
Ia mengangkat penanya dan menulis pada langit Aetheryon.
"Perubahan hukum: energi adalah kematian, bukan kehidupan."
Langit menjadi merah darah. Energi yang tadinya mengalir bebas menjadi racun yang membakar makhluk hidup.
Lu San beraksi cepat. Pena di tangannya bergerak, menulis kembali hukum dasar Aetheryon.
"Energi adalah pengalaman. Siapa yang mampu memahami, akan bertumbuh. Siapa yang menolak, akan hancur."
Seketika, energi merah itu berubah. Makhluk-makhluk yang mampu menerima pengalaman baru menjadi lebih kuat. Tubuh mereka berevolusi, menjadi entitas-entitas yang sebelumnya tidak terbayangkan.
Tyrion mendecak. "Menyebalkan."
---
Benteng narasi tetap berdiri, tapi para Pemberontak tidak berhenti.
Veyron melangkah ke depan.
"Kami tahu kalian mencoba menciptakan dunia bebas, tapi dunia seperti itu butuh harga. Aku akan ambil harga itu dari kalian!"
Ia mengayunkan penanya. Jurang hitam terbuka, mencoba menyerap semua konsep kehendak bebas di dalam Aetheryon.
Lu San mengerutkan kening. "Kita gunakan Domain Realitas kita!"
Mereka bertiga menggabungkan pena masing-masing. Tinta mereka menyatu, menjadi warna baru yang belum pernah ada sebelumnya: Tinta Realitas Murni.
Dengan tinta itu, mereka menulis Hukum Baru.
"Kehendak bebas adalah sumber realitas, bukan efek. Ia ada karena kami memilih untuk ada!"
Jurang hitam itu berhenti. Veyron terdiam.
"Kalian... menciptakan hukum baru?"
Lu San tersenyum. "Kita bukan hanya penulis. Kita adalah Kreator Sejati."
---
Pertempuran pun berubah.
Para makhluk Aetheryon, yang tadinya hanya hasil ciptaan, mulai menulis hukum mereka sendiri. Mereka mulai menciptakan realitas dalam realitas. Sebuah dunia yang tidak lagi dikendalikan Lu San dan kawan-kawan, melainkan oleh makhluk-makhluk itu sendiri.
Erisya mencibir.
"Mereka akan kacau sendiri."
Namun, Shen Xi menjawab dengan tenang.
"Mereka akan belajar."
Tyrion mencoba mengintervensi, menukar hukum mereka lagi, tapi para makhluk baru itu bertarung balik. Mereka menulis ulang intervensi Tyrion dengan kehendak mereka sendiri.
Lu San, Shen Xi, dan Ling Yue berdiri di puncak benteng, menyaksikan dunia mereka berevolusi.
Lu San mengepalkan tangan.
"Mereka mulai melampaui kita."
Shen Xi tersenyum.
"Bukankah itu tujuan kita?"
Ling Yue menatap jauh ke celah-celah yang masih terbuka.
"Tapi para Pemberontak tidak akan berhenti di sini."
---
Di balik celah realitas, lebih banyak Kreator Pemberontak mengintip. Beberapa di antaranya tidak menyerang langsung, melainkan mengamati, menunggu waktu yang tepat.
Lu San melangkah ke depan.
"Mereka mengincar Domain Realitas Mutlak."
Shen Xi menimpali,
"Kita harus pergi ke sana."
Ling Yue mengangguk,
"Kalau tidak, mereka akan mengambil alih seluruh narasi."
Lu San mengangkat penanya, kini lebih seperti tombak cahaya.
"Bersiaplah, kita akan menembus Domain Realitas berikutnya."
Dan dengan satu langkah, mereka bertiga menembus batas dunia Aetheryon, menuju wilayah Domain Realitas Mutlak—tempat sang Kreator Awal pernah menulis semua narasi.
Namun, di tempat itu... ada rahasia yang bahkan Lu San sendiri belum pernah ketahui.
......
Bersambungg..