Aluna, gadis berusia delapan belas tahun dengan trauma masa lalu. Dia bahkan dijual oleh pamannya sendiri ke sebuah klub malam.
Hingga suatu ketika tempat dimana Aluna tinggal, diserang oleh sekelompok mafia. Menyebabkan tempat itu hancur tak bersisa.
Aluna terpaksa meminta tolong agar diizinkan tinggal di mansion mewah milik pimpinan mafia tersebut yang tak lain adalah Noah Federick. Tentu saja tanpa sepengetahuan pria dingin dan anti wanita itu.
Bagaimana kehidupan Aluna selanjutnya setelah tinggal bersama Noah?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 34
"Astaga, Tuan! Kita sedang dalam keadaan darurat, dan Anda malah sibuk memikirkan pintu?" seru Vincent dengan nada kesal.
Noah hanya mengangkat bahu dan berkata dengan santainya, "Tentu saja! Pintu ini sangat mahal, aku bahkan meminta desainer interior untuk melapisinya dengan emas 24 karat. Gajimu selama satu tahun tidak akan cukup untuk membelinya."
Rahang Vincent mengeras, menahan amarah yang semakin membara. Ini adalah salah satu momen di mana ia benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa kesalnya terhadap sikap bosnya.
Bukankah Noah begitu kaya, kenapa hanya untuk urusan pintu dia begitu pelit?
Dan untuk pertama kalinya, seorang Vincent merasa khawatir terhadap wanita—dan itu adalah Aluna. Apakah hatinya mulai luluh pada gadis itu?
"Selain itu," lanjut Noah tanpa beban, "Aku yakin gadis itu baik-baik saja."
Tanpa menunggu tanggapan Vincent, Noah berlalu begitu saja. Meninggalkan mereka berdua.
"Astaga! Tuan! Kenapa Anda malah pergi?" Vincent berteriak, tapi Noah tak menghiraukannya sama sekali.
Vincent menghela nafas, ia mengalihkan pandangannya pada Yasmin. "Apa kamu punya kunci cadangan?" tanyanya berharap kalau Yasmin memilikinya.
Yasmin menggeleng pelan. "Tidak, Vin. Kuncinya hanya satu. Dan itu ada bersama Aluna di dalam."
Vincent mengusap wajahnya dengan frustasi. "Sialan! Hanya ada satu cara untuk membuka pintu ini. Lupakan soal gajiku satu tahun ke depan!" gumamnya.
Meski rasanya, Vincent ingin berteriak dan memaki Noah.
"Vin, apa kamu benar-benar mau mendobrak pintunya?" tanya Yasmin, cemas.
"Lalu, mau bagaimana lagi? Dasar pintu sialan! Gara-gara kamu, aku harus kehilangan gajiku!" seru Vincent sebelum mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu tersebut.
"Satu, dua, ti—" Belum sempat Vincent menyelesaikan hitungannya, pintu di hadapannya tiba-tiba terbuka.
Vincent yang sudah terlanjur menggunakan tenaganya akhirnya menerjang Aluna yang berdiri di balik pintu. Mereka terjatuh dengan posisi Aluna di bawah, sementara Vincent berada di atas tubuhnya.
"Argh..." Aluna meringis, menahan sakit saat kepalanya terbentur lantai.
"Aluna, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Vincent penuh kekhawatiran.
"Em... pertama-tama, bisakah Anda menyingkir dari atas tubuh saya? Anda berat, Tuan..." Aluna berbicara dengan suara lemah namun terdengar tegas.
Menyadari situasinya, Vincent buru-buru bangkit dari atas tubuh Aluna.
"Maafkan aku," ucapnya penuh penyesalan.
"Kemari lah, Aluna. Biar aku membantumu," kata Yasmin sambil meraih tangan Aluna, membantunya berdiri.
"Terima kasih, Bini," ucap Aluna menerima uluran tangan Yasmin.
"Kamu baik-baik saja, kan? Kami benar-benar khawatir terjadi sesuatu padamu." Yasmin berkata sambil merapikan rambut Aluna yang sedikit berantakan juga pakaiannya yang sedikit kotor.
"Kami?" Aluna mengernyitkan dahi. "Apakah itu berarti Tuan Noah juga—"
"Tidak!" potong Yasmin cepat. "Dia masih sama dinginnya seperti kulkas."
Yasmin tidak mau Aluna berharap lebih. Karena sampai kapanpun status mereka adalah seorang pelayan dan tidak akan pernah menjadi ratu di rumah ini.
Kecuali, calon istri majikannya kelak.
Aluna mengangguk, namun entah mengapa, ia merasa sedikit kecewa dengan jawaban Yasmin. Bukankah itu bagus jika Noah mengacuhkannya? Dia tidak perlu repot-repot memikirkan hal-hal aneh tentang pria itu.
"Sakit..." Aluna berbisik pelan sambil memegang kepalanya.
Tiba-tiba, rasa sakit menjalari kepalanya, memicu kenangan masa lalu yang kembali bermunculan di benaknya. Pandangannya mulai kabur, dan tubuhnya ambruk dalam pelukan Vincent.
"Aluna, bangun!" Vincent berteriak panik. "Maafkan aku, karena kesalahanku kamu jadi kesakitan. Kumohon, jangan membuatku khawatir!" Vincent menggoyangkan tubuh Aluna.
Namun, Aluna tak kunjung bangun.
Yasmin menatap Vincent dengan pandangan penuh tanya. "Kenapa Vincent begitu panik melihat Aluna pingsan?" gumamnya pelan.
Tanpa banyak bicara, Vincent segera membopong Aluna.
"Vin, kamu mau membawanya ke mana?" tanya Yasmin khawatir.
"Rumah sakit! Kemana lagi?" sahutnya cepat, lalu bergegas menuju mobil.
Namun, tanpa sepengetahuan mereka, apa yang terjadi di sana tidak luput dari pengawasan seseorang—Noah.
Dari kejauhan, Noah menatap dengan sorot mata yang tidak menyenangkan. Ia tidak suka dengan perhatian yang Vincent berikan kepada Aluna.
"Dasar pahlawan kesiangan!" geram Noah, kedua tangannya mengepal erat, menahan amarah yang tiba-tiba menggelegak dalam dadanya.
Hai hai... Ada yang nunggu up nggak??
Maaf ya aku hiatus lama. Insya allah aku lanjut sampai End. Tapi nggak bisa up tiap hari ya, kemungkinan seminggu tiga atau empat kali.
Itupun kalau ada yang nunggu. Makasih udah mampir🥰