Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Anak Kucing
Satu jam lamanya Rachel menunggu di warung, belum ada tanda jika suaminya itu kembali. Dia membayar jagung bakar yang di pesan. Berjalan menuju jalan. Memandangi motor dan mobil yang melaju kencang.
Rachel melihat anak kucing yang ingin menyeberang jalan ke arah dirinya berdiri. Spontan saja wanita itu ingin menolong.
Tanpa melihat kiri dan kanan jalan, Rachel berjalan. Bertepatan dengan motor yang melaju kencang. Beruntung seseorang menarik tangannya cepat agar menepi, jika tidak, bisa dipastikan wanita ketabrak.
"Kamu mau kemana?" tanya orang itu, yang ternyata Reno.
Di belakang Reno ada keempat temannya, termasuk Farhan. Pria itu memeluk Rachel.
"Kamu mau kemana? Kalau mau menyeberang itu harus hati-hati. Lihat kiri dan kanan jalanan. Beruntung Reno berlari kencang dan menarik tanganmu cepat. Hampir saja kamu ditabrak motor," ucap Farhan. Dia membawa Rachel ke dalam pelukannya.
Farhan tadi juga sudah berlari kencang saat melihat Rachel akan menyeberang jalan, tapi kalah cepat dari Reno. Dadanya berdetak lebih cepat, takut istrinya ditabrak pengendara motor yang melaju kencang.
"Aku mau menolong anak kucing itu. Sepertinya dia takut buat menyeberang," tunjuk Rachel ke arah kucing di seberang sana.
"Biar aku tolong!" ucap Reno. Pria itu langsung menyeberang dan mengambil anak kucing itu.
Rachel tersenyum melihatnya. Dia senang akhirnya anak kucing itu bisa di seberangi.
"Sekarang kita kembali ke Villa. Besok kita jalan lagi," ucap Farhan.
Kali ini pria itu memilih duduk di kursi paling belakang berdua dengan Rachel. Sepanjang perjalanan pulang, Farhan memeluk tubuh istrinya itu. Dia merasa sangat bersalah. Jika saja Rachel tadi ditabrak, pasti dia tidak akan memaafkan dirinya.
Rachel hanya diam tanpa bicara searah kata pun. Walau tubuhnya dipeluk Farhan, tapi dia tidak membalas pelukan itu seperti biasanya. Dia telah menekankan pada dirinya untuk tidak lagi terbuai dengan semua perlakuan manis suaminya itu. Semua hanya untuk menjaga hatinya agar tidak terluka lebih dalam lagi.
"Kenapa kamu jadi pendiam?" tanya Farhan. Biasanya Rachel selalu banyak omong. Pertanyaan pria itu hanya dibalas senyuman.
Sampai di Villa, Rachel langsung masuk ke kamar mereka. Farhan menyusul istrinya itu. Temannya yang lain juga ikutan masuk ke kamar untuk membersihkan diri.
Farhan menarik pelan tangan Rachel yang ingin masuk ke kamar mandi. Dipeluknya dari belakang tubuh wanita itu.
"Maafkan aku dan teman-temanku. Kenapa kamu diam terus? Kamu marah karena mereka menyebut nama Andin terus?" tanya Farhan.
Rachel melepas paksa pelukan suaminya itu. Berdiri menghadapnya.
"Aku tidak marah, aku hanya sedang ingin diam dan memberi waktu pada diriku sendiri untuk tenang. Kadang terlalu banyak bicara pun melelahkan. Terkadang banyak berpikirpun bikin pusing. Aku sedang belajar melepaskan, memaafkan, merelakan, mengikhlaskan, dan terus mengikhlaskan, sampai hatiku benar-benar damai," ucap Rachel.
Setelah itu dia masuk ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban dari Farhan. Di dalam kamar mandi, tangis Rachel akhirnya pecah. Farhan yang ingin mengetuk pintu kamar mandi mengurungkan niatnya mendengar suara isakan dari kamar mandi.
Farhan meremas dadanya pelan. Dia bukan pria yang tidak memiliki hati. Dia merasa bersalah mendengar tangisan istrinya itu. Di coba membuka pintu kamar mandi itu, ternyata Rachel menguncinya dari dalam.
"Rachel, maafkan aku yang lagi-lagi membuat kamu marah. Aku tidak tahu apa yang saat ini aku rasakan. Melihat kamu terluka dan menangis, hatiku sebenarnyanya juga sakit. Tapi aku juga belum bisa melepaskan kenangan bersama Andin."
...****************...