Tawanan Cinta Pria Impoten

Keen terus menatap Oliv dengan sangat serius mencari celah kebohongan disana tapi tidak menemukan apapun kecuali kecantikan dari Oliv. 

“Kau mau kabur dariku?” tanya Keen langsung akan tujuan Oliv yang sebenarnya. 

Dengan cepat Oliv menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak bisa melakukan itu. Toh kau juga akan selalu menemukan aku kan?” tanya Oliv balik. 

“Kemanapun kau pergi pasti aku akan menemukan mu, sayang. Lalu menghukummu dengan aktivitas panas yang lebih parah dari tadi, itulah ancamanku!” ucap Keen dengan sangat tegas dan tatapan yang sangat mematikan bagi Oliv. 

Susah payah Oliv menelan salivanya, yang tadi saja sudah membuat mimiwnya sangat panas. Apa lagi harus dengan pergerakan brutal dan durasi yang lebih lama lagi. “Mungkin kalau sempat itu terjadi, milikku pasti sudah terbelah menjadi dua karna senjata dia..” gumam Oliv didalam hati disertai rasa merinding. 

“Tidak, aku tidak akan melakukan hal itu,” Dengan penuh keyakinan Oliv mengatakan itu. 

“Baiklah aku percaya padamu, sayang. Aku akan mengantarmu nanti, sekarang makanlah..” Keen memberikan suapan besar nasi dan ayam goreng yang ia beli tadi. 

Oliv menerima suapan itu sambil terus menatap Keen yang juga ikut makan, ketahuilah Keen menyuapi Oliv dengan tangan. Kalau sudah seperti ini Oliv suka merasa Keen mengurus dirinya selayaknya baby yang tidak tahu apa-apa. Kalau soal ketekunan Keen dalam merawatnya sungguh Oliv tidak meragukan hal itu lagi. 

“Makan yang banyak, setelah ini aku akan mengobati milikmu yang sakit..” ucap Keen yang mana membuat Oliv hampir saja tersedak ayam goreng. 

Melihat Oliv yang hampir saja tersedak tentu saja Keen panik, spontan tangan Keen bergerak memijat tengkuk Oliv. Tentu saja Oliv langsung seakan merinding, ia menjauhkan tangan Keen dari area itu. 

“Muntahkan saja kalau tidak nyaman,” ucap Keen sembari mengelus pipi Oliv dengan usapan yang lembut. 

Mata indah Oliv menatap Keen dengan tatapan aneh, pria itu sungguh aneh batinnya. “Kau tadi mau mengobati milikku?” tanya Oliv akan hal yang telah membuatnya hampir tersedak suwiran ayam goreng. 

“Iya, sayang. Aku merupakan seseorang yang bertanggungjawab, setidaknya izinkan aku mengobati ulahku sendiri.” ucap Keen dengan senyuman manisnya. 

Kedua bola mata Oliv seakan mau keluar mendengar kata-kata itu, sejujurnya Oliv tidak pernah tahu ada orang mengobati bagian intim itu. Daddy Danu bekerja sebagai seorang Dokter, dan tidak pernah Oliv mendengar ada kasus seperti ini dalam dunia kedokteran. 

“Apa masih sakit?” tanya Keen dengan wajah seriusnya sembari menyuapkan satu suapan terakhir. 

Oliv menerima suapan itu sembari memikirkan tentang miliknya yang sebenarnya sudah tidak terlalu sakit. “Sudah tidak terlalu, hanya saja kalau berjalan susah. Aku tidak bisa mandi..” Keluh Oliv kepada Keen. 

Sungguh Keen merasa bersalah mendengar itu semua, ia terlalu memikirkan keinginan sendiri hingga tidak menghiraukan rasa lelah dari Oliv. 

“Ini semua karna kau memiliki tubuh yang indah hingga aku.. Tidak bisa mengendalikan diri,” ucap Keen sembari mencuci tangan. 

Kedua alis Oliv seakan mau menyatu mendengar apa yang Keen katakan. “Emang dasarnya Kakak saja yang nafsuan!” celetuk Oliv begitu saja, cepat-cepat ia membungkam mulutnya sendiri dengan tangan. 

“Bernafsu dengan istri sendiri tidak salah, Oliv. Justru malah dianjurkan,” Keen membela diri atas hal yang tidak masuk akal bagi Oliv. 

Oliv termenung sebentar. “Kalau aku hamil gimana?” tanya Oliv sambil mengelus perutnya yang terbalut selimut tebal itu. 

Keen tersenyum senang mendengar apa yang Oliv katakan. “Kau bertanya bagaimana? Tentu saja aku akan senang, sayang.” Keen mengatakan itu dengan sangat penuh keyakinan. 

Tapi, Oliv tidak akan mempercayai itu. Lebih tepatnya tidak mempercayai hubungan ini, pernikahan yang belum jelas dan belum diketahui oleh keluarga Oliv maupun keluarga Keen sendiri. Sudah Oliv duga jika Keen pasti dari keluarga yang tidak sembarangan, terlihat dari kehidupan Keen yang mewah seperti sangat-sangat bergelimpangan harta. 

“Aku malah menunggu kau hamil, sayang. Memiliki baby yang sangat menggemaskan darimu adalah hal yang sangat aku nantikan,” ujar Keen sembari mengecup kening Oliv berulang kali. 

Dibalik aktivitas Keen memanjakan Oliv, ada Raga yang menunggu di lantai bawah dengan terus menguap. Raga menatap jam tangan mahal miliknya, sudah hampir menuju waktu meeting penting. 

“Astaga, aku takut Tuan Muda lupa. Jangan sampai malah kena amukan Tuan besar lagi,” Raga tidak ada pilihan lain. 

Mau tidak mau harus naik ke lantai atas dan temui Keen sendiri disana. Meskipun bisa saja terjadi adegan memergoki tapi Raga harus melakukan ini demi kebaikan Keen. 

“Tuan..” Keen memanggil dulu awalnya, tapi lama menunggu tidak ada juga respon. 

Tok.. Tok.. 

Lama menunggu akhirnya pintu terbuka, terlihat Keen yang sudah memakai pakaian kerja lengkap. “Kau sudah menunggu dari tadi?” tanya Keen sembari memakai dasinya. 

“Iya, Tuan. Meeting hari ini Tuan besar benar-benar akan memperhatikan kinerjamu, aku tidak bisa tidur memikirkan ini terus menerus..” ucap Raga yang membuat Keen tertawa. 

“Santailah, Raga. Aku bisa menghadapi Ayah kali ini.. Apa kau meragukan aku?” tanya Keen yang kembali masuk kedalam kamar. 

Raga ikut masuk saja. “Aku tidak berani meragukan dirimu, Tuan. Hanya sedikit memikirkan akibat saja jika sampai Tuan tidak puas dengan hasil meeting ini,” jelas Raga. 

Sebenarnya disebalik Keen yang bersenang-senang bersama dengan Oliv, sesekali ia juga memikirkan tentang Ayahnya yang masih belum mempercayai juga dirinya memimpin Perusahaan besar. 

“Semoga kali ini Ayah percaya dengan kinerjaku,” Harapan dari Keen adalah harapan yang sama juga dari Raga. 

Kala Raga melihat sekeliling kamar, ia terkejut. Melihat keadaan kamar yang sangat berantakan, bantal bantal juga terjatuh di lantai begitu saja. 

“Tuan, seperti habis kena gempa tau..” Ejek Raga yang mana langsung mendapatkan tatapan tajam dari Keen. 

Saat Keen sudah sangat rapih untuk berangkat ke Kantor, ia melihat kearah ruang ganti yang sedari tadi belum terbuka juga. 

“Oliv..” Panggil Keen, tapi tidak ada sahutan. “Sayang,” Panggil Keen lagi. 

Pintu ruang ganti terbuka, terlihatlah Oliv yang sudah memakai pakaian rapih. Yaitu dress selutut berwarna pastel dengan rambut yang digerai indah. Penampilannya sangat cantik hari ini, seperti mau pergi saja. 

“Kak, aku ikut ya..” pinta Oliv dengan tangan yang mengadah disaat orang meminta sesuatu. Sungguh sangat menggemaskan bagi Keen, kalau tidak ada Raga maka sekarang Oliv sudah habis ia cium.