Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#33. Aku Sayang Kamu Annisa.
Alberto memasang wajah keras. Setelah mendapatkan laporan dari Rocky.
"Anak itu benar-benar keras kepala. Bagaimana dia bisa hidup tanpa ponsel dan motor. Apa dia sudah benar-benar jatuh cinta dengan perempuan ninja itu," gumam Alberto.
Hatinya tak terima bukan karena ponsel pemberiannya itu di jual dengan harga murah oleh sang putra. Akan tetapi, karena Choki mengabaikan ancamannya.
Semua akses fasilitas telah Alberto tutup. Dengan maksud agar putranya itu tak bisa bergerak dan pada akhirnya akan menyerah kemudian kembali pulang.
"Awasi dia terus. Aku yakin yang pasti akan habis. Dan anak yang tak pernah tau caranya mencari uang itu pasti akan menyerah juga pada akhirnya. Dia pikir mudah hidup tanpa uang di luar sana!"
Alberto memutuskan sambungan telepon, setelahnya pria itu mengurut pelipisnya yang seketika terasa nyeri.
"Honey, ada apa denganmu?" tanya Eliana yang baru saja masuk ke dalam ruangan suaminya setelah ia keluar untuk memesan minuman, sebelum waktu kerja para OB selesai.
"Putramu. Dia menjual ponselnya dengan membanting harga untuk biaya melanjutkan hidup," terang Alberto.
"Apa!" kaget Eliana.
Pasalnya itu adalah hadiah ulang tahun yang putra yang baru beberapa bulan lalu mereka berikan. Dan setau Eli, putranya itu begitu sangat senang dan menyukai hadiahnya.
"Pantas saja Chiko belanja banyak tadi," batin Eliana, mengingat laporan yang di sampaikan oleh sang mata-mata.
"Kaget kan? Seharusnya kau tetap di sana dan memantau putra kita," ucap Alberto berharap Eliana mau kembali pulang ke negara asal mereka.
"Dari sini pun aku bisa memantaunya," jawab Eliana santai.
Alberto pun mendengus.
Pria ini merasa setiap yang ia katakan seakan sia-sia saja.
Eliana tak pernah menggubris kata-katanya.
"Biarkan saja Honey. Kita lihat sampai dimana kesanggupan Choki. Dengan begini, putra kita akan tau bagaimana kerasnya hidup tanpa uang. Apalagi, Chiko kini tak memiliki kendaraan. Dia pasti akan merindukan kenyamanan hidupnya beberapa hari lagi," timpal Eliana dengan yakin.
"Sudah hampir pukul enam, sebaiknya kita pulang," ucap Eli seraya menghampiri Alberto.
"Kenapa cepat-cepat. Banyak pekerjaan yang belum ku selesaikan. Mungkin, aku akan lembur. Kau kembalilah lebih dulu ke apartemen," sahut Alberto.
"Tidak ada kata lembur. Waktu malam hari harus kau berikan padaku!" tukas Eliana penuh penekanan.
Bahkan, wanita itu kini telah berada di hadapan suaminya dan menatap lelaki itu dengan sorot mata tajam.
"Huh, kau ini. Selalu saja memaksa. Aku ini kan pebisnis dan harus berdedikasi karena itu," dalih Alberto.
"Kalau kau berdalih lembur hanya karena ingin kumpul di klab karaoke bersama kawan-kawanmu itu. Jangan harap aku tak akan ikut!" sarkas Eliana yang sudah tau apapun rencana yang hendak di sembunyikan oleh suaminya itu.
"Kau ini, kenapa tau saja setiap rencanaku.
Alberto pun pasrah untuk ikut pulang bersama istrinya. Daripada, dia hangout klab dan Eliana terus menguntitnya. Tentu saja itu akan menjadi sebuah tekanan padanya. Apa kata kawan-kawannya nanti.
_________
Kembali kedua sejoli yang semakin dekat ini.
"Maaf, An. Seharusnya sejak awal aku tidak berkata seperti itu. Kqrena itukah, aku katakan padamu bahwa aku ini hanyalah sosok hamba yang berlumur dosa. Bibir dan lidahku ini sering kali berbicara kasar dan hina. Tanpa memikirkan apakah akan menyakiti perasaan orang lain atau tidak," sesal Choki yang kembali mendung.
"Iya, Annisa tau kok. Semoga setiap hal yang terjadi dalam hidup, Abang Zakaria dapat ambil pelajaran," ucap Annisa lagi.
"Kamu kok bisa dewasa dan sebijak ini, sih Annisa. Padahal, perjalanan hidup kamu penuh luka. Tetapi, kamu begitu yakin akan semua rencana dan takdir Allah itu pasti indah. Bagaimana bisa? Darimana kamu menemukan kekuatan seperti itu?" cecar Choki yang bingung. Karena usia Annisa hanya dua tahun di bawahnya dan gadis itu bisa begitu bijak dalam berpikir dan bersikap.
"Jawabannya hanya satu. Yakin kepada Allah, bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita adalah kuasanya. Kita sebagai manusia hanya bisa menerima dengan sabar, ikhlas tanpa protes no debat," jelas Annisa.
"Karena, kita gak tau apa yang lagi Allah persiapkan untuk kita kedepannya. Kalau seandainya kita mengumpat musibah atau ujian yang lagi Allah kirim buat kita. Lalu beberapa wkatu setelahnya Allah datangkan kebaikan karena itu. Apakah kita gak malu udah berprasangka buruk pada Allah tapi Allah tetap baik sama kita. Tetap menempati janjinya?"
Choki terdiam untuk menelaah setiap ucapan Annisa.
Hingga akhirnya gadsi muslimah yang cantik itu, menepuk bahunya.
"Annisa mau mandi, badan aku bau amis," ucap Annisa sambil mencium ujung khimarnya.
"Yaudah gih sana. Nanti aku panasin dulu soto Betawi yang tadi kita beli untuk makan malam," ucap Choki.
Annisa tersenyum manis, sehingga semua lelah yang di rasakan oleh pemuda itu seakan luruh seketika.
Selepas Maghrib mereka makan.
Tak lama isya.
Setelah sholat dan mengaji sebentar, keduanya kembali berkutat di dapur.
Hari pertama, Choki membantu Annisa membuat basreng.
Pemuda itu belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh untuk memotong-motong bakso ikan tersebut sesuai dengan arahan dari Annisa.
"Lain kali. Annisa mau belajar membuat bakso ikan sendiri. Jadi untungnya akan lebih banyak," ucap Annisa yang kebagian menggoreng.
"Lakukanlah, An. Aku pasti akan mendukungmu," sahur Choki singkat.
Setelah itu keduanya pun mengenas basreng tersebut dalam kemasan berbagai ukuran dengan beberapa macam rasa viral.
"Capek juga ya," keluh Choki sambil mengusap peluhnya.
Pria itu mengulurkan tangannya untuk menyeka keringat dan memenuhi leher dan kening Annisa.
Gadis itu sontak mendongak dan tersenyum. Suaminya ini ternyata sangat peduli.
"Insyaallah kalo nanti, Abang Zakaria sudah terbiasa. Rasa capeknya pasti akan berubah menjadi sebuah semangat dan kepuasan. Karena kita sudah berhasil melakukan pekerjaan dengan lancar," terang Annisa.
"Kamu emang perempuan super, An," puji Choki lagi.
Semakin hari, dia semakin banyak menemukan kelebihan dari Annisa. Sebuah kelebihan yang tak mungkin di miliki oleh wanita lainnya. Annisa bagi Choki adalah perempuan paket komplit dan hampir mendekati sempurna.
Selain menjaga auratnya, pintar, cerdas dan juga pekerja keras.
Dimana lagi Choki akan menemukan sosok wanita seperti Annisa.
Sebagai laki-laki justru dirinya sangat malu sekali. Karena selama ini Choki hanya bisa memanfaatkan kekayaan kedua orangtuanya. Tanpa pernah tau bagaimana mereka mencari uang-uang, itu. Bahkan, Choki tidak memanfaatka. kesempatannya untuk mengenyam pendidikan dengan baik dan sungguh-sungguh.
Padahal, berapa banyak orang di luar sana yang tidak memilik kesempatan seperti dirinya.
"Sudah jam sepuluh lewat. Sebaiknya kamu istirahat, An," ucap Choki mengibarkan istrinya yang masih nampak sibuk di dapur itu.
"Iya, sebentar lagi. Annisa tidak pernah tidur dengan meninggalkan cucian perabotan yang kotor," dalih Annisa.
"Sini, biar aku saja."
Choki pun mengambil alih apa yang sedang Annisa cuci, hingga pada akhirnya pakaian mereka basah karena saling berebut cucian piring kotor.
Annisa yang menggelung asal rambut panjangnya itu tertawa geli ketika busa-busa itu menempel hingga ke rambut ikal Choki.
Melihat sosok cantik di hadapannya tertawa renyah, Choki justru terpana. Karena kecantikan Annisa yang alami bertambah berkali-kali lipat saat ini.
Choki mengeringkan tangannya dan seketika menarik tubuh itu kedalam pelukannya.
Kedua manik mata Annisa pun membulat sempurna. Ketika, raga mereka menempel erat tanpa jarak.
"Aku sayang kamu, Annisa. Kamulah hartaku satu-satunya saat ini," bisik Choki dengan kedua matanya yang terpejam.
Hayoloh Annisa ...
...Bersambung ...