Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep34" Belum berhasil
Langit sore ini indah , semburat jingga keunguan yg hadir untuk turut mengantarkan bagaskara yg hendak berganti tugas dengan rembulan menemani obrolan panjang Mamah dan kak Ryan . Dengan dua cangkir susu hangat yg mulai hilang uap nya dan dua bungkus roti coklat .
" Mah , boleh aku tanya satu hal tentang Ebby?" Kak Ryan membuka topik pertama sambil menikmati roti itu dengan di temani hembusan angin sejuk.
" Apa? mamah nggak mau ribut lagi ya gara - gara ini!" Mamah mengalihkan wajah nya ke sembarang arah tak mau melihat wajah kakak.
" Aku mau tau kalau dulu kenapa mamah nyuruh Bi Rara untuk merawat Ebby? Kenapa nggak mamah aja yg rawat dia?" Kak Ryan penuh penasaran sambil fokus memakan roti itu.
" Karna mamah mau menghilangkan bayangan itu , setiap mamah liat wajah adik mu itu mamah melihat papah . Mamah nggak mau jadi gila karna itu" Mamah melihat ke arah langit yg sudah gelap . Terlihat lah wajah ku hingga mamah menepis nya.
" Mah, dia makin kurus, aku nggak mau penyesalan lebih dalem lagi kalau dia sampe kenapa - kenapa belum bahagia, aku takut mah" Kak Ryan menghabiskan roti itu dengan cepat .
" Mamah tau, sekarang mamah nggak mau bahas dia, kalo kamu marah silahkan, mamah tetep belum bisa menerima nya, maaf mamah belum sanggup!" Mamah beranjak melangkah ke dalam kamar nya.
Kak Ryan menghela nafas panjang lalu mengangkat bahunya berjalan menuju kamar nya.
Kakak duduk menyandar ke ranjang tempat tidur nya, dia mengelus foto ku tanpa kakak sadari air mata nya jatuh tanpa permisi. kakak akan terus membujuk mamah sampai berhasil karna dia ingin aku bahagia.
" Maafkan kakak By,kakak belum berhasil ngebujuk mamah, tapi kakak janji akan terus membujuk mamah sampe hati mamah luluh" Gumam nya mengelus foto ku.
Sementara di rumah sakit,aku duduk di kursi roda memandangi langit , papah menghampiri ku .
" Kenapa ngelamun terus?" Papah memeluk ku dari belakang aku segera menoleh melihat ke arah wajah nya.
" Aku pengen pulang pah, aku capek di sini terus"aku memandangi wajah papah yg terlihat lelah karna mengurus ku terus selama di rumah sakit ini.
" Sabar ya, dokter belum ngasih izin , papah tau kok kamu capek ,bosen tapi ini semua demi kesehatan mu , kamu harus kembali pulih ,papah nggak mau kamu sakit lagi" papah mengelus lembut pipiku .
" Pah, aku pengen ke taman belakang, apa boleh?" Aku memelas sambil tersenyum simpul.
" Boleh" papah mendorong kursi roda ku ,sampailah di sana aku menghadap ke arah langit yg di penuhi bintang - bintang.
"Gimana keadaan mu?"Aufa menghampiri ku dia membawa satu plastik berisi makanan dan buah.
" Aku masih sakit , padahal aku udah bosan pengen pulang" Aku menjawab sambil tersenyum melihat wajah Aufa , pipi nya berisi beda dengan ku yg kurus.
" Sabar ya , ini ada makanan sama buah" Aufa memberikan plastik itu pada ku, aku tersenyum menerima nya lalu aku mengeluarkan makanan itu .
" Nak belum nikah?" papah tersenyum pada Aufa dia langsung duduk di samping papah.
" Belum om, aku sibuk sama urusan kafe" Aufa mengelus lembut tangan kurus ku , dia sangat senang karna aku sudah bisa tersenyum meski masih sakit.
" Oh, maaf ya, om boleh tanya lagi?" Papah tersenyum sambil menikmati suasana di taman malam ini.
" Soal Ryan ya om" Aufa menebak nya dengan tepat, dia menghela nafas sambil tersenyum.
" Iya ......." ucapan nya belum selesai karna papah melihat ku yg memijit pelipis.
" By kenapa?" Aufa terlihat cemas karna aku terlihat kesakitan .tangan nya mengelus lembut pundak ku.
" Pusing" Aku memijit pelan pelipisku yg terasa sakit. Tanpa banyak bicara lagi papah dan Aufa membawa ku kembali ke ruangan .
Kepala ku terasa sakit sekali,mungkin benar aku masih belum sepenuhnya membaik.
Kak Ryan masih di dalam kamar nya , dia memutuskan untuk menemui ku , dengan langkah santai kakak mengambil motor nya.