Kang Pijat

Tersenyum gembira Iwan melihat sekumpulan anak Tk yang sedang bermain ditaman, ia yang duduk direrumputan sambil merokok melepas lelah setelah berjalan 20 menit. Iwan mengirim pesan dari hp yang baru di belinya kemarin, ya hp murah tapi gak murahan. Speknya pun lumayan bagus, tapi yang penting menurut Iwan sudah bisa beli biar gak terbelakang dan dapat mendukung aktifitasnya dalam bekerja.

" Priiiiit....."

Terdengar bunyi nada dering chat masuk, dibacanya dan segera ia bergegas pergi menuju kerumah pemesan jasa pijat yang telah menunggunya.

Sesuai alamat dan share lokasi,Iwan berhenti di sebuah rumah yang besar dan mewah. Ditekan bel beberapa kali, dilihatnya seseorang wanita paruh baya keluar menemui Iwan.

" Ada perlu apa mas!" Tegur wanita itu.

"Ada yang pesan pijat Bu !, dan alamat rumahnya disini!" Kata Iwan.

"O... benar mas, kata Bu Diana! namanya Pak Iwan" kata wanita paruh baya itu heran, karena yang dibayangkan dari tukang pijat yang bernama Iwan itu orangnya sudah berumur.

Dibukanya pintu pagar dan menyuruh Iwan untuk segera masuk, lalu digemboknya lagi pintu pagar itu.

" Lewat sini mas!" Ajak wanita paruh baya itu melintasi halaman samping yang penuh dengan tanaman hias, bunga dan beberapa pohon buah.

"Mas Iwan tunggu sebentar disini ya!, bibi mau memberitahu Bu Diana kalau mas Iwan sudah datang" kata wanita paruh baya itu yang segera masuk kedalam.

"Bu Diana ini tukang pijatnya sudah datang!" Kata wanita paruh baya itu.

"Orangnya suruh masuk Bik Sum !" Seru Bu Diana.

Bik Sum segera menemui Iwan dan mengajaknya masuk kedalam, Iwan pun tertegun melihat kemewahan yang ada dalam rumah itu.

" Ini orangnya Nyonya" kata Bik Sum sesampainya didepan Bu Diana.

"Benar kamu yang bernama Iwan ?" Tanya Bu Diana gak percaya.

" Benar Bu, kalau Ibu gak percaya telpon saja nomor hpnya!" Jawab Iwan datar.

Nyonya Diana segera memastikan kebenaran tentang Iwan, yang menurutnya gak masuk akal kalau anak muda didepannya ini mumpuni dalam hal memijat.

"Maaf Bu, bisa dimulai pijatnya!" Kata Iwan.

"O... bisa, mari sini!" Kata Nyonya Diana sambil melangkahkan kaki kesebuah kamar, Iwan segera mengikuti langkah kaki Nyonya Diana.

" Ini suamiku Wan, sudah lama ia kena stroke "kata Bu Diana, sambil memandang suaminya.

"Maaf Bu, bisa minta tolong untuk melepas baju Bapak!" Pinta Iwan.

Setelah Bu Diana melepaskan baju yang dipakai suaminya, Iwan mulai melakukan pekerjaannya. Ia memegang kepala dan segera mengerahkan penglihatannya dan mulai memijat kepala itu sampai leher ke arah dada, setelah selesai Iwan meminta Bu Diana untuk menopang badan suaminya.

Setelah Iwan selesai memijat tangan, badan dan kepala suami Bu Diana, Ia minta ijin untuk istirahat dan meminta Bu Diana memantau kondisi suaminya.

Iwan segera kembali kehalaman samping dan diambilnya sebatang rokok.

" Lho mas Iwan kok disini?" Tanya Bik Sum.

"Iya Bik, ini lagi merokok" kata Iwan.

"Ini kopinya, bibik cari cari ternyata kamu disini!" kata Bik Sum.

"Terima kasih Bik Sum" kata Iwan.

Setelah menghabiskan sebatang rokok, Iwan segera masuk dan meletakkan gelas kopinya dimeja.

Segera ia masuk kedalam kamar untuk melihat kondisi suami Bu Diana . Dilihatnya suami Bu Diana sudah bisa duduk dan menyapa Iwan.

"Tee...ri..ma kasih" kata suami Bu Diana yang sudah mulai lancar ngomongnya.

"Sama sama Pak, seminggu atau dua minggu lagi bisa diterapi pijat lagi. Mungkin 3-4 kali lagi Bapak sudah bisa jalan jalan. Semangat ya Pak!" kata Iwan sambil tersenyum.

" Berhubung pijatnya sudah selesai , saya pamit mau pulang. Jangan lupa Bu, hubungi saya lagi 1 atau 2 minggu lagi!" pesan Iwan.

"Ya aku ingat ingat Wan, oh... kamu tunggu didepan sebentar!" Pinta Bu Diana. Iwan segera keluar dari kamar menuju kemeja untuk menghabiskan kopinya. Dan dilihatnya Bu Diana keluar dari kamar menghampirinya.

"Terima kasih Wan, ini untuk kamu" kata Bu Diana sambil menyodorkan sebuah amplop coklat ke Iwan.

"Sama sama Bu" sambil memasukkan amplop coklat yang dirasakannya tebal kedalam bajunya.

" Bik Sum tolong antar Iwan kedepan!" Kata Bu Diana.

" Mari mas Iwan, bibik antar keluar!" Kata Bik Sum.

Sesampai dipagar Iwan menyodorkan selembar uang 50 ribu dari saku celananya. "Gak usah mas Iwan!" Tolak Bik Sum.

"Gak papa Bik, bagi bagi rejeki.Biar lancar rejeki saya!" Paksa Iwan sambil tersenyum.

" Ya udah bibik terima, hati hati dijalan mas Iwan!" Kata Bik Sum setelah mengunci pintu pagar.

" Ya Bik" kata Iwan meninggalkan kediaman Bu Diana.

Iwan kembali menyusuri jalanan yang dilewatinya tadi, sebenarnya ia ingin pesan ojek online tapi dibatalkannya.

Dengan senandung riang Iwan berjalan dan membayangkan isi amplop coklat yang ada di balik bajunya.

Ciiii...t braaak.... Toloong...! Tollooong....!

Seseorang terjatuh dari sepeda motor dan berteriak minta tolong.dilihatnya ada 2 orang lelaki yang satu diatas motor yang satunya lagi sedang menarik tas dari tangan orang yang terjatuh.

"Wah jambret!" kata Iwan berlari mendekati.

Ayo Din cepetan, ada yang kesini " teriak orang yang dimotor sambil menoleh ketemannya. Saat ia menoleh ,tiba tiba sebuah pukulan mengenai pipinya" Ceplaaak... braakk... gedebuk...." sebuah pukulan yang dilayangkan Iwan membuat jambret yang ada di atas sepeda motor itu jatuh terlempar ke aspal dan pingsan. Setelah melayangkan pukulan Iwan segera menendang pinggang jambret yang sedang tarik menarik tas dengan korban" egh.... Argggggh.... " Teriak jambret terbang melayang menghantam pohon dan pingsan. Iwan tercengang melihat kedua jambret yang terkapar pingsan, ia tak menyangka akan kekuatan dirinya.

" Mas...!, terima kasih" kata orang yang dijambret. Iwan menoleh dan tersenyum, segera diseretnya jambret itu kepinggir jalan dan juga motornya.

"Ada yang luka mbak?" Tanya Iwan.

" Hanya lecet mas!" Kata wanita itu.

Iwan melihat disepanjang jalan tidak ada satupun yang lewat.

" Mbak bisa telpon Polisi atau segera pergi dari sini, aku malas jadi saksi!" Kata Iwan yang membantu mengangkat motor wanita itu.

"Iya mas, terimakasih" kata wanita itu.

Saat Iwan melangkah pergi tiba tiba wanita itu mengaduh kesakitan.

" Kenapa mbak!" Seru Iwan menoleh.

"Bahuku sakit mas!" Kata wanita itu.

"Mbak bisa gak mengendarai motornya, kalau gak bisa aku antar?" Tanya Iwan serius. Wanita itu segera melihat kedua jambret yang masih pingsan dan merasa khawatir kalau ia sendirian disitu ia mengganggukkan kepalanya tanda setuju atas saran Iwan.

Mereka berdua segera melaju meninggalkan kedua jambret yang masih pingsan terkapar dipinggir jalan, dan wanita itu memandu arah jalan menuju kerumahnya. Tidak berapa lama akhirnya mereka pun tiba dirumah wanita itu. Setelah menaruh motor diteras, Iwan yang ingin segera pulang dicegah oleh wanita itu.

***

Bersambung....