Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 TERKUAKNYA PERSELINGKUHAN DANU
“Aku tidak mau terlalu gegabah, jika Siska mengetahui hubungan kita. Maka semua rencana yang aku susun akan buyar. Aku tidak mau jika hubungan ini diketahui olehnya sebelum aku yang memberitahukannya. Aku yakin Siska akan menerima hubungan kita.”
“Aku percaya sama kamu, Mas. Aku akan sabar. Semoga saja aku sama anakku bisa tinggal di rumah mewah kamu.” Sebelum aku pulang ke rumah istri pertamaku. Rahma kembali memelukku. "Hati-hati di jalan," ujarnya lagi, walau berat meninggalkan Rahma. Tapi aku harus pulang ke rumah di akhir pekan.
Selama dalam perjalanan pulang ke rumah, entah kenapa Perasaanku seperti tidak enak. Padahal aku tidak melakukan sesuatu. Tapi rasa takut tiba-tiba saja menguak ke permukaan. Membuat diriku semakin gelisah. Aku seperti merasakan sesuatu yang besar terjadi.
"Mudah-mudahan saja tidak terjadi sesuatu yang buruk," batinku mencoba untuk tenang. Aku juga baru ingat, ponsel yang biasa menghubungi istri kedu belum di isi baterai. Saat aku tengah mencari ponsel tersebut, perasaanku menjadi tidak karuan.
“Loh, di ... di mana ponselnya? Kenapa enggak ada.” Berkali-kali aku mencari ponsel di seluruh sudut mobil. Tapi tidak ditemukan, pikiranku benar-benar kacau. Apalagi isi ponsel itu terdapat video dan foto saat aku menikah sirih dengan Rahma 1 tahun yang lalu. Apalagi ada videoku saat berhubungan dengan Rahma.
Karena tak menemukan ponsel yang aku cari, emosiku langsung meledak. Tangan ini terus saja memukul stir mobil. Aku tidak memperdulikan rasa sakit.
“Sial! Kenapa ponselku tidak ada? Padahal aku selalu menaruhnya di mobil ini, saat diriku tengah dilanda kepanikan dan bingung. Pikiranku baru saja ingat ketika
Siska meminjam mobil beberapa minggu yang lalu.
“Jangan-jangan—“
Tanpa menunggu lama lagi, aku langsung menancapkan gas mobil menuju rumah. Jantung ini terus berdetak. Keringat dingin sudah mukai membasahi seluruh wajah. Rasa takut sudah menyelimuti hatiku. Takut istri pertamanya mengetahui pernikahan sirinya secara diam-diam.
1 jam kemudian, aku telah sampai rumah. Kaki ini terus berlari untuk masuk ke dalam.
“SISKA ... SISKA DI MANA KAMU?” teriakku, suasana rumah begitu sepi. Biasanya kalau aku baru sampai rumah. Istri tercintaku akan menyambut kepulangannya. Tapi tidak kali ini. Istrinya belum muncul sama sekali, padahal aku sudah berteriak memanggil Siska.
“Ke mana Siska? Kenapa dia enggak ada di rumah?” batinku masih belum tenang sebelum melihat wajah dia. Aku ingin sekali bertemu dan berbicara. Aku selalu meyakinkan bahwa dia belum mengetahui pernikahan siriku secara diam-diam, tetapi hati ini berkata lain bahwa sebenarnya Siska sudah mengetahui kebusukanku.
Jika dia tahu aku menikah lagi, bagaimana ya reaksi dia? Apakah dia akan meminta cerai atau tetap bertahan denganku? Semoga saja dia masih mau bertahan denganku, aku tidak sanggup jika harus berpisah dari Siska. Karena berkat dialah aku bisa mempunyai segalanya, walau pun aku mengkhianati dirinya. Setidaknya aku tahu diri.
Karena aku tidak menemukan dia di mana-mana, aku memutuskan untuk masuk ke kamar sekaligus membersihkan tubuh yang sudah lengket, semalam aku tidak mandi di rumah Rahma.
Baru saja kaki ini melangkah menuju kamar mandi mataku sempat melihat ke arah meja rias milik Siska. Seperti ada sesuatu di sana, aku mencoba mendekatinya karena penasaran.
"Astaga! Ini ... Bagaimana bisa ...?" Mataku membulat sempurna, dadaku tiba-tiba terasa sesak. Degup jantung terus saja memompa darah begitu cepat membuat tubuhku menegang seperti terkena sengatan listrik.
Perlahan tanganku meraih benda persegi empat. Tangan ini terus bergetar melihat benda tersebut. Tubuhku benar-benar shok
“Da ... Dari mana foto ini berasal?” Wajahku semakin panik saat melihat foto diriku tengah mengucapkan ijab kabul saat menikah dengan Rahma 1 tahun yang lalu. Tidak hanya ada satu foto, bahkan ada foto terbarunya saat ia tengah berada di rumah Rahma.
Aku harus menghancurkan foto ini, aku tidak mau Siska melihat bukti bahwa aku sudah menikah. Saat tanganku ingin menghancurkan foto, terdengar suara pintu terbuka.
"Kamu lagi apa, Mas?" Mulutku terbuka lebar, ternyata yang membuka pintu Siska. Dengan cepat aku memasukkan foto tadi ke saku celana. "Apa yang kamu sembunyikan di kantongmu?"
"Ti ... Tidak ada, aku enggak sembunyiin apa-apa kok," jawabku gugup. Saat ini aku benar-benar takut dengan kedatangan istriku di kamar ini.
“Yakin kamu enggak menyembunyikan sesuatu dariku?" Perlahan kaki Siska melangkah ke arahku, jujur saat kakiku sudah mulai bergetar. Untuk mundur ke belakang saja sulit, agar dia tidak terlalu mendekat padaku. "Aku tanya sekali lagi, yakin tidak ada yang kamu sembunyikan dariku."
"Ya ... Yakin, kok. lagi pula buat apa aku menyembunyikan sesuatu darimu." Aku mencoba membela diri, siapa tahu dia percaya kepadaku. Namun sayang dari tatapan matanya ia seperti meragukan ucapanku.
"Kalau kamu nggak mau jujur, biar aku yang membuka sesuatu hal darimu."
“Ma.. Maksud kamu, apa?"
“Sepertinya percuma, ya. Kalau aku meminta kamu untuk jujur, lebih baik aku bongkar sekarang. Aku tahu kok apa yang kamu sembunyiin di kantong celana kamu, kamu menyembunyikan ini kan?” Siska memperlihatkan beberapa lembar foto yang ada di tangannya.
"Sa ... Sayang, ini--"
"Selama ini aku selalu percaya padamu, Mas. Karena aku yakin kamu adalah suami yang terbaik untukku dan juga Angga, tapi kenyataan itu hanyalah harapan palsu."
"Sayang, aku--"
"Sudah berapa lama kamu menjalani hubungan dengan mantan kekasihmu dulu, Mas?"
"Sayang, tolong dengarkan aku, aku benar-benar minta maaf aku bisa menjelaskan semuanya kenapa ini bisa terjadi."
"Aku tanya, sudah berapa lama kamu berhubungan kembali dengan mantan kekasihmu dulu, hingga kalian berdua menikah diam-diam di belakangku?" tanyanya lagi ,tetapi aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, aku benar-benar bingung apa yang harus aku lakukan.
"Maaf, kan aku," lirihku aku tertunduk lesu dan tidak berani menatap wajah Siska saat ini.
“Kamu mau melihat foto yang lain? Ini lihat lah.” Siska langsung membuang semua foto ke arah wajahku dengan kasar, membuat wajahku terasa perih karena terkena gesekan foto, kini foto tersebut telah berserakan di lantai membuat diriku semakin diam terpaku tanpa bisa berkata-kata. “Kenapa kamu diam saja, Mas? Bukankah kamu sedang menyembunyikan bukti perselingkuhan kamu?” Perlahan kuangkat wajahku untuk menatap wajah Siska yang saat ini tengah kecewa dan juga marah, mulutku terasa kelu.
“Siska aku—“
“Apa ada yang yang kamu mau jelaskan? Dasar laki-laki penghianat, tidak tahu diri, bisa-bisanya kamu melakukan semua itu kepadaku setelah apa yang aku korbankan selama 10 tahun tahun untukmu! kamu pasti berpikir kan bahwa aku adalah wanita bodoh yang bisa kamu bohongi!"
"Sayang tolong maafkan aku, aku bisa jelaskan semuanya .Tolong jangan marah, aku tidak pernah menganggap kamu sebagai wanita bodoh. ini semua memang murni kesalahanku" Aku mencoba meraih tangan Siska, tapi langsung ditipis dengan kasar. "Sayang , aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk menghianati pernikahan kita."
"Pintar sekali omonganmu, ya. Pantas saja akhir-akhir ini sikap kamu berubah, ternyata sudah punya simpanan baru. Hingga kamu lupa dengan anak istri sehingga kamu mengabaikan kita berdua, setelah apa yang kamu perbuat, barulah kamu meminta maaf. Dari dulu ke mana saja, Mas?"
“Eee ... I.. Itu, aku—“
Dobel up, Thoor /Pray//Pray/