Senja Anindita gadis cantik yang baru saja lulus SMA diharuskan menikah dengan Abyansyah sang kakak tiri yang merupakan seorang Dokter ahli Bedah berusia 33 tahun, bukan perbedaan usia dan status duda anak 1 yang membuat Senja ragu menjalani pernikahan ini, namun rasa benci Abyansyah yang selalu menganggapnya sebagai anak dari perusak rumah tangga kedua orang tuanya.
Bagaimana Aby dan Senja menjalani kehidupan pernikahan ini??
C
e
k
i
d
o
t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Nata menatap pasrah pada dokter yang melihatnya dengan senyum bahagia dihadapannya, ia tak suka dengan tatapan Dokter wanita bertubuh tambun itu, Ada rasa iba dan kasihan disana dan Nata benci diperlakukan seperti itu.
"Akhirnya kau kembali Nata, bagaimana keputusanmu?" Tanya Risya bahagia, ia mengingat harus masuk club malam demi membuat pasiennya ini agar kembali kerumah sakit.
"Dimana Dokter yang kutemui kemarin?" Nata tak menghiraukan pertanyaan Risya.
"Ah..Dokter Abyansyah, dia ijin istri dan anaknya kebetulan sedang sakit"
Seketika Nata tertawa hambar, ternyata Dokter itu masih memprioritaskan keluarganya, padahal ia melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa erat sang dokter memeluk selingkuhannya.
Namun sialnya ia terlanjur menyukai dokter bedah yang menyuruhnya mencari motivasi hidup itu, sikap Dokter Aby lebih profesional dan tak melibatkan perasaan dalam menanganinya.
"Kalau begitu aku akan kembali ketika dokter itu yang bertugas" Nata gegas berdiri dan keluar dari poly bedah umum tanpa pamit.
"Nata....Nata...Tung..."
"brak" pintu ditutup dengan kasar.
"Astaga pasien itu" geram Risya, namun ia kemudian tersenyum, sekali lagi ia berhasil membujuk seorang pasien yang tak memiliki semangat hidup.
.
.
Sepanjang hari Senja menghabiskan waktu menemani Kaila bermain boneka diruang tengah, mereka berdua duduk dilantai ditemani sekumpulan boneka berbagai ukuran yang berserakan disekitarnya.
Sementara Aby yang duduk di Sofa mengamati keduanya, entah mengapa ia merasa seperti memiliki keluarga yang utuh, meski pada dasarnya mereka memang benar benar keluarga.
"Aduh....keloppinya jatuh dong..tolong tolong" Senja berbicara layaknya anak kecil sembari memainkan boneka kodok berwarna hijau itu.
"Tatuh...tatuh....tacih obat" ucap Kaila lalu menyodorkan mainan stetoskopnya didada keroppi itu.
Aby hanya mengulum senyumannya melihat sandiwara yang dilakoni istri dan anaknya itu, ia sepertinya menarik kembali mengenai pemikiran keluarga yang lengkap, Aby kini merasa seperti memiliki dua anak.
Aby menggaruk kepalanya yang tidak gatal, tingkah konyol Senja yang bahkan bersedia pura pura pingsan demi Kaila benar benar menghiburnya.
Sejenak Aby menarik nafas lalu menghembuskannya pelan, ia senang bisa mengambil cuti hari ini karena bisa melihat kehangatan dari putri dan istrinya, Aby tiba tiba merasa menyesal karena tidak bisa menyaksikan pemandangan seperti ini setiap harinya.
"Kaila....udah siang, bobo yuk" Ajak Senja,setelah melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 siang. Hari ini mereka hanya bertiga diapartemen karena bukan jadwal Bi Asih untuk datang bekerja.
"Mami...mami...bobo...bobo"
cup..
Sebuah kecupan mendarat di kening Kaila yang masih dibalut perban itu.
"Mas aku tidurin Kaila dulu ya" Pamit Senja, yang dijawab Aby dengan Anggukan Kepala.
Setelah memastikan Kaila tertidur akhirnya Senja keluar dari kamar Aby, pandangan mereka saling bertemu namun Senja buru buru memalingkan wajahnya. Ia takut menatap suaminya itu lebih dari 5 detik karena pesona Aby benar benar ancaman bagi pertahanan hatinya.
"Mas aku pinjam ruang baca ya...aku ada kuliah siang" Sebenarnya Senja memang selalu kuliah online diruangan itu, hanya karena saat ini ada Aby Senja merasa harus meminta ijin pada siempunya.
"Heem" jawab Aby singkat.
Hampir dua jam Senja berjibaku dengan kuliah Onlinenya,sesekali ka meregangkan otot ototnya yang kaku setelah belajar. sampai akhirnya ponsel disamping laptopnya bergetar.
"Ah kak Nata" Gumam Senja, ia teringat nomor baru yang menelponnya semalam, Senja menggigit bibir bawahnya.
Bagaimana mungkin semalam ia memperdengarkan tangisnya pada Nata dan uniknya Senja merasa lebih baik setelahnya.
"Kak....." Sapa Senja.
"Kau sudah baikan?"
"Heem" Jawab Senja malu.
"Mau ke panti lagi?" tawar Nata.
"Kak kalau kesana lagi aku ajak Kaila ya, soalnya kemarin ia mengalami kecelakaan saat kutinggal" nada suara Senja penuh penyesalan jika mengingat hal kemarin.
"Apa karena itu kau menangis?" Tanya Nata, meski ia tidak yakin Senja menangis hanya karena putri sambungnya, ia yakin suaminya menyakitinya.
"Heem"
"Ya sudah kamu yang tentukan waktu Adik cantik, hubungi aku jika sudah dapat waktu yang tepat, hari ini aku ingin mengunjungi mereka lagi "
"Iya kak, hati hati dijalan jangan ngebut, salam buat bunda maryam"
"Siap Adik Cantikku"
Seketika wajah Senja merona merah, semakin akrab dengan Nata ia semakin baper jika di puji.
Sementara Nata diujung sana senyam senyum sendiri menatap layar ponselnya yang sudah mati.
"Hati hati dan jangan ngebut" Gumam Nata mengulangi pesan Senja tadi.
Aby yang sejak tadi berada diambang pintu menatap nanar wajah Senja yang nampak memerah dari samping.
Ia penasaran dengan lawan bicara Senja di ponselnya.
Bukankah Senja hanya memiliki 5 kontak di ponselnya?
"Pergi dan membawa kaila? "Mata Aby memicing tajam, perlahan ia mendekati Senja yang sudah mulai menutup laptopnya.
"Masih Demam?" Tanpa Aba aba Aby yang berdiri dibelakang Senja meraup jidat gadis itu.
"Ma-mas mengagetkanku"
"Sepertinya kau benar benar sudah Sembuh" ujar Aby setelah merasa panas ditubuh istrinya sudah Normal.
Saat Aby sedikit mengambil jarak dari istrinya Senja segera berdiri dan merpapikan beberpapa buku paket dan peralatan tulisnya, lalu ponselnya kembali bergetar kali ini video call dari Bunda Rini.
"Mas!!!" Sentak Senja saat ia hendak mengangkat panggilan Rini namun tubuhnya malah diputar dan dikungkung paksa oleh tubuh kekar pria berkaca mata minus itu.
Posisi mereka sangat intim, dengan senja duduk diatas Meja dan Aby berada didepannya nyaris tanpa Jarak.
Posisi ini benar benar membuat jantung Senja bertalu talu.
"Ma-mas ke-kenapa?" Gugup Senja menatap mata merah aby dari balik kaca.
"Aku harus menjawab panggilan Bunda" Lanjut Senja lagi, Rini memang rajin melakukan Video Call setidaknya sekali dua hari untuk memantau keadaan Menantu sekaligus putri tiri Suaminya itu.
Meski wajah Rini selalu nampak Datar namun Senja tak pernah tahu jika rini selalu mengusap layar ponselnya ketika berbicara dengannya. Wanita Paruh baya itu seakan menahan Rindu dan rasa bersalah sekaligus.
"Senja kau ingat perjanjian kita?"
"Perjanjian apa mas?"
"Aku tidak akan menyentuhmu asal kau tidak berhubungan dengan pria lain selama masa pernikahan ini paham!!!"
"Paham Mas" Angguk Senja Pelan.
"Tapi kenapa masih melanggar heem?"Wajah Aby sudah berada tepat didepan wajah Senja, manik mata keduanya saling mengunci.
Senja bahkan bisa merasakan aroma mint dari mulut Aby, entah itu berasal dari pasta gigi atau mungkin obat kumurnya.
"Me-melanggar A-apa Mas" takut Senja, ia marasa ingin menangis saja dengan posisi serba salah seperti ini, Senja takut Aby kembali menciumnya.
"Yang menelponmu barusan pria atau wanita ??"
"Dia kenalan baruku di Jakarta Mas, dan Seorang Pria....mptttt mphhhhhhh" Bibir Senja benar benar dibungkam dengan Ganas setelah ia mengatakan gender yang menelpolnya barusan.
Aby menyerang Senja dengan brutal dan menahan tangan gadis itu di sisi tubuhnya agar tidak berontak.
Lidah tak bertulang Aby berusaha menerobos masuk dan Senja membiarkannya ia fikir Aby akan jijik jika ia membuka mulutnya namun ternyata ia salah Aby justru lebih bringas, memainkan Saliva didalam sana.
Senja merasa ada gelenyar Aneh yang merambat hampir diseluruh aliran darahnya hingga tubuhnya melemah dan seakan tak bertulang.
Senja menurut Saja saat Aby mendorong perlahan tubuhnya hinga berbaring diatas Meja.
Tangan Aby cekatan menyingkirkan laptop dan buku buku Senja kesamping.
Puas bermain di bibir Ranum Senja, Aby turun kebagian leher gadis itu hingga, mngecup dalam dan tercipta dua buah bercak merah kecil disana.
Namun saat hendak turun lebih Rendah, kesadaran Senja tiba tiba pulih.
"Mas...Jangan...." ucap Senja Pelan, namun di rungu Aby itu terdengar seperti suara desah*n.
"Mas..." Air mata Senja akhirnya luruh saat melihat kaos rumahan yang ia kenakan disingkap Aby keatas sehingga memperlihatkan dua buah sesuatu yang ditutupi sebuah kain berenda berwarna hitam.
"Mas....Maaf....aku....hikzs...hikss...."
Aby Akhirnya tersadar saat menyadari Isakan tangis Senja yang memilukan, hasrat yang tadinya berada diubun ubun seketika sirna menyadari ia sebenarnya menyakiti Istrinya.
Perlahan Aby membantu tubuh bergetar Senja untuk kembali bèrdiri, kaos yang ia singkap tadi sudah ia turunkan lagi.
Aby memegang kedua bahu Senja.
"Aku sama sekali tidak punya hubungan apa apa dengannya Mas, kami hanya hanya berjanji untuk mengunjungi sebuah panti Asuhan, Aku berencana menjadi donatur disana karena uang dari Mas Aby sangat Banyak tiap bulannya, aku bingung harus menghabiskan untuk apa hiks...." jelas Senja disertai tangisan.
"Aku Tahu...maafkan aku, aku hanya pria dewasa yang tak bisa mengendalikan diri Senja" Aby merengkuh tubuh Senja kedalam dekapannya. Dan membiarkan gadis kecil itu menumpahkan segala kesedihan di dada bidangnya.
"Kenapa mas Aby jahat sama aku?"
"Aku mau menuruti semua keinginan Mas Aby tapi tidak dengan memberikan kehormatanku, karena Mas Aby akan meninggalkanku kelak akh...akh...hiks hiks".
Aby semakin mengeratkan pelukannya dan mengecup pucuk kepala Senja bertubi tubi, ia benar benar Egois menginginkan Senja tapi hendak menceraikannya.
Bagaimana mungkin Seorang Aby bisa berpikiran culas kepada seorang gadis 18 Tahun? Aby merasa benar benar sudah menurunkan harga dirinya, tapi tak bisa dipungkiri Aby tak bisa membayangkan Kelak dirinya dan Kaila harus hidup tanpa Senja.
Haruskahkah ia menyerah kepada mama Kaila dan mempertahankan maminya kaila?