Jika benar yang dikatakan jodoh adalah cermin diri, bolehkah aku meminta mendapatkan jodoh yang lebih dari diriku?, karena aku adalah insan yang fakir ilmu,aku ingin mendapatkan seorang imam yang bisa menuntunku sampai ke surga Nya nanti.
pernikahan selalu di ibaratkan sebuah kapal, keselamatan penumpangnya di gantungkan pada Nahkoda nya, mampukah Nahkoda nya membawa kapalnya selamat hingga ke dermaga yang di tuju?.
Lalu bagaimana jadinya jika sebuah pernikahan yang terjadi karena sebuah keterpaksaan karena sebuah permintaan? apakah pernikahan itu akan bertahan? sedangkan yang berada di dalam nya tak saling kenal?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perasaan Irwan
Kiara mengusap pergelangan tangannya yang terlihat memerah akibat dari cekalan kuat yang tadi Aldizar lakukan padanya,ia mengompres dengan air hangat hingga terlihat sedikit lebih memudar,tak lupa Kiara mengoleskan salep memar yang memang selalu ada bersamanya.
Kiara termasuk salah satu orang yang memiliki kulit yang sangat sensitif, kulitnya akan langsung memar jika sedikit saja terbentur atau seperti tadi, terlalu kuat di genggam.
Setelah merasa cukup Kiara memutuskan untuk langsung tidur, sebelumnya ia sudah mengirimkan pesan pada Sasa mengatakan bahwa ia akan istirahat duluan dan tak menunggu sahabat barunya itu pulang.
Di gedung multiguna Sasa tersenyum mendapatkan pesan di aplikasi WhatsApp dari Kiara, sahabatnya itu memang selalu sangat menghargai perasaan orang lain.
" Kenapa Lo senyum-senyum sendiri?" tanya Andre yang melihat Sasa tersenyum seraya menggeleng melihat fokus pada ponselnya.
Sasa menggeleng ia kembali tersenyum seraya menatap wajah Andre " ini kak,Ara...mau tidur duluan aja pake acara izin dulu ke aku,emang anak itu kelewat sopan" ucap Sasa.
Andre mengangguk percaya dengan ucapan Sasa" mungkin memang sejak kecil dia memiliki keluarga yang harmonis dan lebih religius,makanya gitu" jawab Andre setuju dengan pendapat Sasa.
Aldo mengangguk " beruntung banget Lo Wan kalo bisa dapetin tu bocah,pepet terus,atau Lo ikhlas gue tikung?" ucap Aldo santai.
Mereka kini bergabung dengan formasi lengkap,di tambah ada Sasa, Melly mencibir mendengar ucapan Aldo dan Andre, karena dua sahabat nya terlihat tak pernah di lirik oleh Irwan,Aldo maupun Andre.
Irwan tersenyum seraya mengangguk " pelan-pelan bang, terlalu di paksa takutnya malah dia menjauh,gue yakin dia belum pernah menjalin hubungan special dengan lawan jenis jadi harus lebih hati-hati kalau mau deketin nya" jawab Irwan santai.
Sasa buru-buru mengangguk seraya mengacungkan dua jempolnya" bener banget kak yang kak Irwan omongin,Kiara itu belum pernah yang namanya pacaran, dekat dengan laki-laki aja baru ini, sebelum nya ga pernah,dari sekolah menengah pertama sampai menengah atas dia di asrama terus" jawab Sasa cepat.
" Apa istimewanya sih tu perempuan? Di mata gue biasa aja,cuma karena pakai hijab yang bikin dia keliatan beda dengan kita, selebihnya biasa aja tuh" komentar Melly sinis.
Sasa hanya tersenyum canggung melihat wajah Melly yang begitu kentara menunjukkan rasa tidak sukanya.
" Pandangan orang itu beda-beda mel, begitupun cara berfikir orang juga beda,di mata gue dia sempurna sebagai perempuan, walaupun setiap manusia pasti ada kekurangan nya,tapi dia tetap yang terbaik di mata gue" jawab Irwan tanpa ragu.
" Wih...mantap bro...sakit gue,ternyata diam-diam gentle banget ya Lo sama cewek yang Lo suka,gue suka cara Lo mencintai, bravo man" puji Andre dan Aldo yang memang merasa salut dengan prinsip Irwan.
" Jadi semakin yakin gue buat mundur dari rencana nikung Lo buat deketin dia" jujur Aldo.
" Kalo Lo yang deketin gue juga ga setuju do,kasian dia kalo sama Lo,dapat bekas banyak jalang" ucap Moli santai, sedangkan putri sudah membekap mulutnya agar tawanya tidak meledak.
" Brengsek Lo mol,kayak Lo pernah jadi korban gue aja,segitu dendamnya,gue bakal tobat mol kalo dapetin yang model gituan" jawab Aldo yakin.
Putri mencibir ucapan Aldo" modelan Lo tobat Do,kalau udah kena karma baru dah Lo tobat,yakin gue" ledek putri.
Mereka begitu asyik mengobrol dengan saling meledek,namun Juga memberikan semangat pada Irwan agar terus berusaha mendekati Kiara,wanita pertama yang membuat Irwan jatuh cinta,tanpa mereka sadari ada seseorang yang terlihat begitu muak dengan pembicaraan mereka,Aldizar mengepalkan tangannya membuat urat-urat di tangannya muncul.
Sedangkan Melly dan kedua sahabatnya semakin tidak menyukai Kiara, Melly bahkan sudah berencana untuk memberikan peringatan kepada Kiara.
Acara selesai,semua mahasiswa bubar dan kembali ke kediaman masing-masing,Irwan mengantarkan Sasa hingga pos satpam asrama,sesuai janjinya pada Kiara akan mengantarkan gadis manis tersebut.
Sedangkan Melly pulang dengan di antarkan oleh Aldizar,bersama dengan Aldo dan Andre, karena Aldizar memang tidak membawa mobilnya,pria tampan itu termasuk salah satu orang yang sangat malas menyetir,biasanya ia lebih suka menggunakan motor sport miliknya.
" Bro gue perhatiin Lo kayak ga suka banget sama adiknya almarhum Angga, ada apa?" tanya Andre to the poin,sejak pertama bertemu ia melihat tatapan tak suka sahabatnya yang satu itu pada Kiara sangat jelas.
" gue lagi ga berminat bahas tu bocah" jawab Aldizar dingin,Aldo yang sedang menyetir menggeleng mendengar jawaban Al.
" Bukan mau bahas tentang Kiara bro,gue heran aja, dibandingkan kami semua,Lo itu paling deket sama almarhum Angga,tapi kenapa sama adiknya Lo ga respek banget gitu?" tanya Andre heran.
Al tak menjawab,ia malah terlihat sibuk dengan ponselnya,membuat Andre mendengus sebal.
" Lo ga bisa benci sama semua perempuan yang penampilannya sama dengan perempuan yang Lo sebut pelakor itu Al,sepupu Lo ga jadi nikah dengan tunangan nya itu mungkin memang mereka ga jodoh,dan perempuan itu,belum tentu dia salah,bisa jadi kan dia juga ga tau kalau tunangan sepupu Lo itu udah punya tunangan,dan kita juga ga bisa nyalahin pria itu yang lebih milih tu perempuan, walaupun saat itu sepupu Lo ngaku sedang mengandung anak pria itu,Lo denger sendiri kan kalo pria itu ga yakin anak yang di Kademangan sepupu Lo itu anak dia,itu artinya sepupu Lo mungkin.... sorry ni ya, mungkin saat mereka pertama ngelakuin itu dia udah ga virgin" ucap Andre blak-blakan.
" kalo Lo masih mau bahas tentang itu atau tentang perempuan bau kencur itu, turunin gue disini,gue bisa naik taksi " ucap Al dingin.
Andre menggeleng, sedangkan Aldo memilih diam.
" Ok...ok..fine... sorry udah buat Lo ga nyaman,gue cuma mau kita bisa terima Kiara di antara kita, sesuai dengan permintaan terakhir almarhum Angga" ucap Andre santai.
Lagi-lagi Al tak menjawab,ia justru terlihat memejamkan matanya.
" Tapi kalian cocok loh Al,Lo dingin dan Kiara lembut banget,emang Lo serius mau lanjut sama Melly? " ucap Andre yang memang dasarnya mulutnya ga bisa diam.
" Do ....stop gue mau turun" ucap Al dingin,membuat Aldo refleks menghentikan mobilnya secara mendadak.
" Ya elah Al..gitu doang emosi Lo,gue tu cuma khawatir doang,Lo bakal jatuh cinta sama Kiara,dan Bucin akut,kan kita-kita juga yang bakal kerepotan,kalau kiara udah keduluan orang lain" ucap Andre santai.
Aldo menggeleng melihat tingkah Andre yang terlihat biasa saja menghadapi kemarahan Al.
" ANDRE... Lo bisa diem ngak brengsek..? " geram Al dengan nada tinggi.
" Ok...ok..gue diem,Jalan do" ucap Andre santai.
Dan Aldo kembali menjalankan mobilnya menuju kediaman keluarga Aldizar.
Suasana di dalam mobil menjadi hening, karena Andre benar-benar mengunci mulutnya tak membicarakan tentang Kiara, sedangkan Aldo lebih memilih fokus pada jalanan.
****""
Sedangkan di kediaman Irwan,pria muda itu baru saja tiba di kediaman kedua orang tuanya,ia baru saja memarkirkan mobilnya di garasi,masuki rumah yang kelihatan sudah mulai sepi,mungkin sudah pada istirahat,wajar sih Irwan melihat jam yang melingkar di tangan nya sudah menunjukkan pukul 23.30 itu artinya sudah hampir tengah malam.
" Kamu baru pulang bang?" suara seorang wanita paruh baya menghentikan langkah Irwan yang akan menaiki tangga menuju kamar nya.
" Ia ma..mama kok belum tidur?" tanya Irwan sopan karena melihat mamanya yang masih terjaga.
" mama kebangun,haus ternyata air di kamar habis,ini mama baru dari dapur ambil air minum" jawab mama Irwan lembut.
Irwan mengangguk sambil tersenyum" ya udah mama tidur gih,jangan begadang nanti cepat tua,Abang juga mau langsung istirahat,capek" jawab Irwan lembut.
" Ada yang ingin Mama tanya ke Abang,bisa mama minta waktunya sebentar?" ucap mama nya Irwan lembut,membuat Irwan kembali menghentikan langkahnya yang akan melanjutkan menaiki tangga.
Keluarga Irwan memang selalu sangat sopan saat berbicara,mereka selalu berusaha saling menghargai walaupun pada yang lebih muda sekalipun.
" Boleh,mama mau ngomong apa? kenapa harus minta izin gitu,Abang ini anak mama loh" ucap Irwan disertai senyuman.
Dalam hati ia merasa penasaran apa yang ingin sang mama bicarakan,terlihat begitu serius dan penting, apakah ia ada melakukan kesalahan?, pertanyaan seperti itu muncul dalam benak Irwan.
" mau bicara dimana? Di ruang keluarga atau di kamar Abang?" tanya mama Irwan .
" Di kamar Abang aja ya ma,sekalian Abang ganti baju,gerah ma, kelamaan pakai jas gini" jawab Irwan cepat.
wanita paruh baya itu mengangguk menyetujui pendapat sang putra sulungnya.
Keduanya melangkah menaiki tangga menuju kamar Irwan,sesekali mengobrol ringan.
" Ada apa ma? Keliatan nya serius?" tanya Irwan lembut.
wanita paruh baya itu tak langsung menjawab,beliau malah menatap dalam wajah tampan sang putra,membuat Irwan merasa heran.
" Abang sedang dekat dengan seseorang nak?" tanya mama nya Irwan lembut.
Irwan mengerutkan keningnya" dekat dengan seseorang? Dekat yang bagaimana maksud mama? Kan dari dulu Abang memang dekat dengan Al pacar nya Melly dan yang lainnya " jawab Irwan santai.
Mama Irwan tersenyum lembut seraya menggeleng" bukan mereka,tapi orang baru, Abang sedang dekat dengan seorang wanita?" tanya mama Irwan lebih memperjelas maksud dari pertanyaan nya.
" Oh ..itu,belum dekat ma,baru mau coba Abang dekati,nama nya Kiara, mahasiswi baru, orangnya sopan,cantik,baik, lemah lembut dan berhijab, Abang suka karakter nya, bukan hanya karena kecantikan nya" jawab Irwan jujur.
" Abang serius suka? Bukan karena penasaran aja? Mungkin karena dia cantik makanya Abang penasaran?" tanya mamanya meyakinkan.
" Sepertinya suka beneran ma,ya awalnya kagum karena kecantikan nya yang natural,hampir semua mahasiswa memuji kecantikannya,tapi Abang lebih tertarik dengan kepribadian nya yang begitu sangat sopan dan juga lemah lembut, sepertinya dia dari keluarga yang kental agamanya " jawab Irwan dengan wajah berbinar.
" Udah cari tau seperti apa keluarga nya?" tanya mama nya Irwan.
Irwan menggeleng" dia yatim-piatu ma,kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan pesawat dan Abang nya baru saja meninggal satu Minggu sebelum ia mengikuti PKKMB di kampus kemarin" jawab Irwan jujur.
" Lalu bagaimana kamu bisa yakin kalau dia dari keluarga baik-baik?" tanya mama Irwan, seorang ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anak nya.
" Abang ga ingin tau lebih banyak tentang keluarganya ma,menurut Abang saat kita memutuskan untuk dekat dengan seseorang,atau menilai seseorang,tidak melulu harus dari keluarga nya atau asal usul nya, karena yang akan bersama kita itu dia nya,bukankah saat kita menilai seseorang itu jangan lihat dari mana asalnya dia,tapi lihatlah siapa dia seperti apa dia, kepribadian nya yang Irwan butuhkan ma, walaupun keluarga nya juga penting " jawab Irwan yakin.
Mama nya Irwan tersenyum lembut seraya mengusap lengan Irwan" anak mama udah mulai dewasa ternyata,mama setuju dengan cara pandang dan cara berfikir Abang,tapi mama tidak bisa menjamin papa juga akan setuju,bawalah dia berkunjung ke rumah kita sekali-kali " ucap mama Irwan.
" akan Abang usahakan ya ma,tapi Abang ga bisa janji, karena ia sangat membatasi pergaulan nya dengan lawan jenis,kalau pun dia mau Abang akan main ke rumah kita itu pasti bersama yang lain " jawab Irwan.
Mama Irwan mengangguk paham" mama jadi makin penasaran seperti apa dia" ucap mama Irwan apa adanya.
Irwan tersenyum seraya mengacungkan kedua jempol nya mengatakan bahwa pilihan nya terbaik,membuat sang mama menggeleng seraya tersenyum dan meninggalkan kamar sang putra.