Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 (kejujuran itu penting)
"Sejak kapan kau menyukai nya?" Tanya Alisya tanpa menunjukkan ekspresi sama sekali.
Membuat Ira enggan untuk mengatakan kejujuran nya. "Kita lanjutkan nanti saat pulang kuliah," ujar Ira.
Ingin rasanya Alisya mengatakan tidak. Dan ingin mendengar jawaban pertanyaan nya saat ini juga. Namun, karna waktu dan tempat pun tak mendukung. Alisya pun akhirnya mengiyakan ucapan Ira.
"Hem, kau benar. Lagi pula bentar lagi dosennya pun akan segera datang," jawab Alisya kini ia berpura-pura untuk tersenyum. Dan menutupi ketidakrelaan nya karna ada yang menyukai Bastian. Apalagi gadis itu adalah Ira temannya sendiri.
Entah mengapa? Namun jika diminta untuk kembali menjalin hubungan sahabat atau pun percintaan dengan Bastian. Jujur Alisya tak mau juga. Terkesan egois, namun itulah yang kini Alisya rasakan.
Mereka berdua pun berjalan melangkah ke arah kelas.
****
Tak berselang lama, akhirnya mat kul hari ini pun berakhir.
Sesuai dengan ucapan Ira tadi. Untuk menjelaskan lebih detail tentang perasaan nya terhadap Bastian pada Alisya. Kini mereka berdua telah duduk di sebuah kafe yang berada di kampus.
Sudah saling memesan minuman kesukaan mereka masing-masing. Tak seperti biasa. Kini kecanggungan tiba-tiba saja hadir diantara Alisya dan Ira. Ditambah tak adanya Kiran, membuat hubungan mereka seakan ada pembatas akibat dari kesaksian Ira tadi.
"Aku..." Ira dan Alisya berucap secara bersamaan.
Hingga mereka berdua pun terlihat sangat canggung dan kebingungan.
"Kamu duluan aja Sya," ucap Ira.
Tak ingin berdebat perkara siapa yang dulu akan bicara, seperti di drama-drama televisi. Alisya pu segera menyuarakan apa yang ingin ia ucapkan. "Aku tak keberatan jika kamu menyukai Bastian," ujarnya.
Kebohongan yang selalu saja Alisya ucapkan. Agar semua orang yang berada di dekatnya tak sedih ataupun terluka akan isi hatinya saat ini.
"Kenapa mesti berbohong Sya?" Sahut Ira, tak lupa dengan tatapan penuh kelekatan pada manik mata Alisya.
Dibuat bingung akan pertanyaan Ira yang seakan paham akan apa yang kini Alisya rasakan. "Apa yang kau maksud Ra?" Tanya Alisya.
"Aku ingin kamu jujur dulu dengan ku, apa hubungan kamu dengan Bastian?"
"Apa?"
Ira tersenyum simpul. "Jangan anggap pertanyaan aku ini sedang mengintimidasi kamu Sya. Tapi aku bertanya karna aku ingin tahu, apa benar sahabat ku ini baik-baik saja. Atau sedang pura-pura untuk terlihat baik-baik aja."
Hati Alisya tersentuh akan lontaran kata Ira. Benar adanya kini ia tengah tidak baik-baik saja. Hatinya tengah sakit, ditambah akan sikapnya tadi terhadap mamanya sendiri.
Entah mengapa? Untuk mengungkapkan perasaan nya saja sangat sulit. Alisya hanya tau cara membuat orang salah paham dengan nya. Ia hanya tau cara membuat orang kesal, benci dan tak ingin lagi bicara dengannya.
Bahkan hubungan percintaan nya pun hancur. Itu semua karna dirinya sendiri. Hubungan persahabatan pun hancur karna dirinya yang bodoh. Dan terlalu berfikir rendah.
Semua memang salahnya. Bukan orang lain, namun Alisya sendiri. Penyebab kehidupannya yang berakhir dengan kesepian dan kesendirian.
Tanpa sadar air mata keluar dari kelopak mata indah Alisya.
Untuk pertama kalinya Ira melihat air mata dari sahabatnya itu. Pasalnya selama ini Alisya terkesan tak pernah menangis, bahkan masalah dengan papanya dulu saja saat Ira dan kinan tau akan sikap pilih kasih dari papanya itu. Alisya berusaha untuk tak melihatkan sisi lemah dalam dirinya itu.
Namun sekarang.....
"Sya..."
Ucapan Ira di sela oleh Alisya. Dengan kepala yang tertunduk, Alisya berucap dengan lirih. "Aku memang sedang tidak baik-baik aja Ra. Hidupku hancur. Semua orang terdekatku terluka akan kehadiranku. Mereka pergi begitu saja. Seakan menyelamatkan kehidupan mereka, agar tidak terluka dari duri dalam hidupku ini."
Sejenak Alisya menjeda ucapannya. Ia usap air matanya dengan kasar. Untung saja keadaan kafe tak terlalu ramai saat itu. Ditambah lagi memang anak kuliahan sudah terbiasa melihat mahasiswi atau pun mahasiswa menangis.
Mungkin lantaran beban skripsi ataupun beban hidup, itu semua menjadi hal yang wajar dan tak di benarkan untuk di jadikan gosip oleh mereka semua.
Perlahan kepala Alisya mendongak, tatapan matanya terarah pada sorot mata ubah dari Ira terhadap nya. "Maaf selama ini aku berbohong dengan mu dan Kiran. Aku tidak sekuat yang kalian pikirkan. Aku menyembunyikan semua kesedihan ku, karna aku tidak ingin kalian ikut pergi seperti keluarga dan orang yang aku cintai lainnya."
"Aku hanya punya kalian. Dan jika sekarang kamu menyukai Bastian, meski berat. Namun akan lebih sakit dan berat untuk aku tidak menjadi teman mu ataupun Kiran lagi. Kalian adalah harapan terakhir ku untuk dapat hidup," ungkap Alisya dan cukup membuat hati Ira merasa bersalah.
"Maaf," ucap Ira.
"Buat apa? Aku yang harus minta maaf, aku dan Bastian sudah nggak ada hubungan apapun lagi ra. Aku...."
Lontaran Alisya di sela oleh Ira. "Aku memang mencintai nya Sya. Tapi bukan aku yang dicintai Bastian."
"Apa?"
"Aku melihat mata Bastian, dia sangat mencintai kamu. Bahkan saat kamu memukul nya pun, ia tetap memastikan untuk kamu dalam keadaan baik-baik saja." Ira mengucapkan itu semua dengan sudut pandang yang ia lihat tadi malam.
Sedangkan Alisya mencoba untuk mencari cela, adakah kebohongan dalam diri Ira. Namun nihil, tak ada kebohongan yang ada hanyalah kejujuran di sorot matanya.
"Apa sekarang kamu sedang mengasihani aku ra?"
"Nggak! Kata siapa? Kamu udah aku anggap kamu dan Kiran sebagai adik aku Sya. Kalian berdua juga menjadi semangat untuk aku tetap menjalani hidup, di era keluarga ku yang selalu saja menyalahkan apapun yang aku lakukan."
Alisya dibuat tertegun. Tak menyangka jika ternyata Ira selama ini mempunyai masalah di dalam keluarganya.
"Siapa bilang gara-gara cinta aku akan ninggalin kamu? Terus siapa bilang jika kamu jujur, aku dan Kiran akan pergi dari hidup kamu?"
"Aku dan Kiran selama ini sudah merasa jika kamu memang tidak sekuat dengan apa yang kamu ucapkan sya. Hanya saja aku meminta Kiran untuk tak terlalu memaksamu untuk berkata jujur," ungkap Ira.
Ungkapan yang kedua ini membuat hati Alisya campur aduk. Ternyata kedua temannya sangar pengertian dan sama membutuhkan nya selama ini.
Tangan Ira memegang tangan Alisya, seakan menguatkan Alisya untuk saat ini. "Tolong jangan sembunyi lagi dibalik kata nggak papa sya. Semua itu membuat aku ataupun Kiran ngerasa nggak mampu untuk jadi teman yang baik buat kamu."
Alisya mengangguk pelan. "Aku, Bastian dan pak Adriel. Kita bertiga terlibat cinta segitiga. Dan bahkan aku melakukan hal buruk, serta hal yang mungkin menjijikkan."
"Apa mereka menyakitimu?" Tanya Ira dengan hati-hati.
"Bukan mereka awalnya yang menyakitiku, tapi aku sendiri. Aku telah hubungan dengan kedua pria sekaligus ra."
"Apa? Ka-kamu selingkuh?"
Bersambung.
like, like, like kak 🥰