“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Ternyata Susah Juga Jika Tidak Ada Anda, Nyonya.
“Apa! Alea pergi dari Villa!” Kaget Nyonya Liam, saat Ameera menyampaikan kabar dari Jessika.
“Suuutt…. pelankan suaramu, Ma. Bagaimana kalau Nenek mendengar dia pasti marah.”
Nyonya Liam langsung menutup mulut nya, ia menarik Ameera masuk kedalam kamar dan mengunci pintu.
“Ameera, apa yang kamu katakan ini benar? Jangan mengada-ngada!” Tanya Nyonya Liam, memastikan karena sangat tidak mungkin jika Alea meninggalkan Villa Mars begitu saja. Wanita itu sangat kecintaan pada Abraham, mana mungkin pergi.
“Benar Ma, Jessika sendiri yang mengatakannya padaku, Alea pergi sesaat setelah Mama pulang mengantar Jessika ke Villa, dia pergi dengan membawa semua barang-barangnya.”
Nyonya Liam terdiam, ia memang tidak menyukai Alea, tapi sebenarnya bukan orangnya yang tidak Sandra sukai, Alea sangat baik dan tulus. Hanya karena kelakuan keluarga Kim yang menipu, Nyonya Liam jadi membenci Alea. Tapi saat ia mendengar menantunya pergi dari Villa entah kenapa ia tidak merasa senang, bukankah ini tujuannya.
Apa yang membuatnya tidak senang?
“Mama kenapa?”
“Tidak apa-apa, Ameera, jangan sampai perkara ini sampai ke telinga Nenek Rossela.”
“Iya, aku tau itu. Aaah…. senangnya, sebentar lagi aku ganti Kakak Ipar,” seru Ameera, kegirangan.
“Sudah, kamu pergi sana!” Usir Sandra.
Ia harus mengkonfirmasi kebenaran ini pada Abraham secara langsung.
Di Villa Mars.
Abraham yang baru keluar dari bilik mandi, terlihat menggigil. Entah sudah berapa jam ia habiskan untuk membasuh diri dengan air yang sangat dingin. Diluar, hari sudah gelap, hujan juga turun begitu deras. Lelaki ini kesusahan mencari baju hangat. Semua lemari isinya hampir kemeja dan jas, saja. Jika mencari pakaian yang jarang dipakai Abraham pasti akan kesulitan.
“Dimana dia menyimpannya!” Abraham membolak-balik tumpukan baju yang sudah tersusun rapi, tapi masih belum menemukan apa yang ia cari.
Dengan kesal karena tidak kuat menahan dingin, Abraham menutup pintu lemari, berjalan menuju pintu keluar, seraya menarik gagang pintu lelaki ini bertanya seperti kebiasaannya, “Alea! Dimana baju….”
Abraham terdiam saat melihat Sekretaris Lee, yang ingin mengetuk pintu.
Alea!
“Tuan, Nyonya Alea tidak ada Villa,” kata Sekretaris Lee, mengingatkan.
Ya, wanita itu sudah tidak ada, kenapa aku malah mencarinya.
“Apa ada yang Anda butuhkan, Tuan?” Tanya Sekertaris Lee.
“Carikan baju hangat.”
Sekretaris Lee, langsung mengangguk, sedangkan Abraham kembali masuk dengan lesu dan kebingungan.
Ini pasti karena aku mandi terlalu lama, jadi lupa, jika wanita itu pergi.
Beberapa menit kemudian.
“Lee, apa kamu masih belum menemukannya?” teriak Abraham.
“Belum Tuan, tunggu sebentar. Pakailah selimut jika Anda masih kedinginan,” sahut Lee yang masih sibuk dengan beberapa lemari.
“Ternyata ada juga yang tidak kamu bisa, Lee,” ledek Abraham.
Lemari sebanyak ini kenapa isinya hanya kemeja saja, “Tuan, apa Anda yakin mempunyai baju hangat?”
“Lee, apa kamu pikir aku ini pelupa?”
Dia malah balik bertanya, tentu saja iya. Buktinya, Anda lupa jika Nyonya Alea sudah tidak tinggal di Villa.
“Tidak Tuan, ingatan Anda sangat baik, tidak perlu diragukan,” sahut Sekretaris Lee, tidak sesuai dengan apa yang ada di benaknya.
Saat sedang sibuk dengan baju hangat sang Tuan Muda, ponsel Sekretaris Lee, berdering, Nyonya Liam!
“Halo! Nyonya, ada yang bisa saya bantu?”
(“Selalu saja seperti ini, padahal saya ingin bicara dengan Abraham tapi kenapa selalu melalui kamu dulu, Lee. Cepat! Berikan ponselnya pada Abraham, saya ingin bicara padanya,”) Kesal Nyonya Liam.
“Tuan!” Panggil Lee, pada lelaki yang semakin menggigil itu.
“Apa! mana baju hangatnya?”
“Belum ketemu.”
“Lalu?”
“Nyonya Liam, ingin bicara dengan Anda,” kata Sekretaris Lee, seraya menyerahkan ponsel.
Mendengar sebutan Nyonya Liam, seketika Abraham kesal, wanita itu yang membawa Jessika masuk bahkan sampai menginap di Villa. Sudah sejak tadi ia menahan emosi dengan tidak menghubungi apalagi mendatangi kediaman Liam, karena tidak mau Nenek Rossela mengetahui masalah ini. Tapi kini Sandra malah memancing dengan menghubunginya terlebih dahulu. Sudah bisa ditebak apa yang terjadi.
Kembali pada urusan baju hangat, Lee yang menyerah tidak bisa menemukannya, meminta bantuan Kepala pelayan, tapi hasilnya sama.
“Apa mungkin Nyonya Muda, menyimpannya di ruang bawah tanah,” ucap Sekretaris Lee, ia sangat lelah dengan pekerjaan ini. Hanya mencari baju hangat tapi sangat membuatnya kesusahan seperti ini, lebih susah dari dia meninjau beberapa proyek di berbagai tempat.
“Sekretaris Lee, bagaimana kalau kita bertanya langsung pada, Nona Alea?” usul Kepala Pelayan.
Sekretaris Lee, melirik Abraham yang masih berselimut, tengah marah-marah pada Nyonya Liam dibalik telepon.
“Ok! Lakukan,” sahutnya.
Dari pada Tuan Muda beku kedinginan lebih baik bertanya langsung pada Nyonya.
Tidak perlu waktu lama, "Di laci putih besar, nomor 2," kata kepala pelayan, yang sudah mendapat informasi akurat dari Nyonya.
Mata Sekretaris Lee, mencari benda besar yang dimaksud. Itu dia! Akhirnya, pekerjaan ini selesai juga. Ternyata susah juga jika tidak ada Anda, Nyonya.
"Kamu lama sekali, menemukannya, Lee," ucap Abraham yang kini menerima baju yang ia inginkan. Wajahnya sangat muram pasca marah besar pada Nyonya Liam
"Maafkan saya, Tuan."
"Tuan, besok pagi pemotretan Jessika di lakukan," kata Sekretaris Lee, menyampaikan agenda untuk besok.
"Ya, kamu atur saja semuanya."
"Eeemm.... Tuan, bagaimana dengan masalah, Nyonya Alea?" Tanya Sekretaris Lee, dengan hati-hati takut membuat sang Tuan Muda marah.
"Biarkan saja dulu, aku yakin dia tidak akan bertahan lama di sana, dia pasti pulang."
Meskipun ada keraguan, Sekretaris Lee hanya bisa mengiyakan.
Semoga saja keyakinan Anda , benar Tuan.
Keesokan harinya .
Alea memilih langsung pindah dari Apartemen Pengacara Andreas, setelah kejadian kemarin ia takut pada Abraham. Takut lelaki itu kembali datang, padahal di manapun Alea pergi Abraham pasti dengan sangat mudah bisa menemukannya.
Alea juga meminta Pengacara Andreas, mempercepat proses perceraian, "Tuan Abraham, belum menandatangani surat perceraian, Nona. Tapi Anda jangan khawatir, saya akan berusaha semaksimal mungkin."
"Iya, terima kasih."
"Tapi, apa benar Anda mau pindah dari sini?"
"Iya, aku sudah menemukan tempat yang baru," yakin Alea.
"Saya akan mengantar."
"Tidak! Terima kasih, aku bisa sendiri. Kalau begitu, aku permisi, tolong segera kabari aku jika ada perkembangan," ucap Alea seraya berpamitan.
Pengacara Andreas mengangguk penuh kecewa, "Baik, Nona."
Semalam, Alea menghubungi nomor Monica yang ia dapat dari Kafe, dan ternyata benar! Monica sengaja menulis nomor ponselnya, dengan harapan suatu hari nanti Alea datang ke tempat itu dan melihat tulisannya. Senang bukan main, dua sahabat yang tiga tahun terpisah akhirnya bisa kembali berkomunikasi. Pagi ini, Alea akan bertemu dengan Monica yang bekerja di Stasiun TV.