Sila, Susilawati 25 tahun ibu dari seorang putri kecil dan istri dari seorang pengusaha mapan bernama Hadi Tama 28 tahun. Keluarga kecilnya yang bahagia hancur ketika dirinya di jebak hingga tanpa sadar dia ditemukan oleh sang suami dalam keadaan tidak pantas di sebuah kamar hotel hingga sang suami menceraikan nya dan mengambil hak asuh atas anaknya. Siapa yang menjebaknya? dan siapa yang pria yang bersamanya malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KYKB 23
Aku masih duduk diam di atas tempat tidur pasien, ada seorang suster yang selalu menemaniku. Suster itu di perintahkan oleh dokter yang sepertinya sangat akrab dengan tuan Dave untuk menjagaku. Aku sudah menyuruhnya istirahat karena aku sudah bisa melakukan semuanya sendiri. Tapi suster itu tidak mau, dia bilang ini sudah tugasnya. Karena dia sudah bilang begitu, aku hanya bisa membiarkannya di ruangan ini bersama denganku. Lagi pula ruangan ini sangat luas.
Aku melihat ke arah selang infus yang masih terpasang di tangan kiri ku. Aku sudah minta pada suster untuk melepaskannya, tapi per
suster itu tidak mau melakukan nya karena katanya tuan Dave melarangnya. Tapi aku merasa aku sudah baik-baik saja, aku malah merasa terganggu dengan adanya infus ini maka ke kamar mandi, suster itu harus menemaniku karena membatu membawakan botol infusnya.
Aku jadi tidak mengerti, kenapa aku merasa tuan Dave menahan ku untuk tetap disini. Tapi kalau aku berpikir seperti itu, aku terlihat sangat percaya diri sekali ya. Untuk apa dia menahan ku, atau jangan-jangan sebenarnya dia takut aku kabur dan tidak membayar biaya rumah sakit yang sudah dia keluarkan.
Aku kembali melihat ruangan ini, pasti sangat mahal biaya yang harus aku ganti nanti. Aku ingat saat membayar biaya adik ipar ku dulu, eh salah... sekarang dia sudah menjadi mantan adik ipar ku. Saat Zain kecelakaan motor dulu, aku dan mas Hadi sampai patungan untuk membayar biaya perawatan di rumah sakit selama seminggu. Dan biayanya itu adalah sepuluh bulan gajiku di kantor. Sangat besar, karena ibu mertua ku... eh maksudku ibu mertuaku dulu minta perawatan terbaik untuk Zain.
Kenapa aku harus mengingat masa-masa itu lagi. Tidak seharusnya aku kembali mengingat mah Hadi dan keluarga nya lagi. Aku menundukkan kepalaku karena aku rasa air mataku sudah mulai kembali menetes.
"Nyonya, ada apa? apa ada yang sakit?" tanya suster itu yang langsung menghampiri ku dengan cepat ketika tahu aku sedang menangis.
Dia benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia benar-benar memperhatikan dan mengawasi ku dengan baik.
Aku menyeka air mataku, aku sungguh tidak ingin dia tahu kalau saat ini aku sedang sedih dan sangat terluka karena pengkhianatan mantan suamiku. Tapi aku tak bisa menutupi rasa kecewaku padanya, 7 tahun... apakah 7 tahun itu belum cukup untuk membuatnya berpikir, untuk membuatnya kasihan padaku sebelum dia berselingkuh dengan mantan kekasihnya itu. Aku sudah banyak melihat kisah di sinetron dan di dalam novel tentang istri sah yang kalah oleh pelakor. Tapi aku tidak menyangka kalau semua ini akan terjadi sendiri padaku.
"Nyonya, saya panggil dokter Jimmy ya?" tanya suster itu panik.
Aku langsung menggelengkan kepalaku dengan cepat.
"Tidak usah suster, aku minta maaf. Aku tidak apa-apa. Bolehkah aku keluar sebentar saja dari ruangan ini, ke taman rumah sakit mungkin?" tanya ku pada suster itu.
"Tapi dokter Jimmy tidak memperbolehkan anda keluar nyonya, bagaimana kalau saya tanyakan lagi ya pada dokter Jimmy?" tanya nya setelah menjawab pertanyaan ku.
Aku mengangguk pelan, dan suster yang terlihat masih sangat muda itu langsung keluar. Dia terlihat baik, aku menghela nafasku. Setelah rasa hancur dan remuk dalam hatiku, aku bersyukur masih ada begitu banyak orang baik yang berada di sekeliling ku.
Aku masih menunggu suster itu datang, kesendirian selalu mengingatkan aku pada Mika.
"Sayang, kamu sedang apa nak. Mama rindu sekali sama Mika!" lirih ku dan air mataku kembali menetes.
Beberapa saat kemudian, suster itu kembali bersama dengan dokter Jimmy.
"Selamat siang Sila, bagaimana keadaan mu?" tanya dokter Jimmy yang langsung memeriksa nadi ku, setelah itu dia beralih ke botol infus yang terpasang di tempatnya.
"Dokter, aku merasa sudah baik-baik saja. Apakah aku boleh keluar dari rumah sakit ini?" tanya ku pada dokter Jimmy.
"Maafkan aku Sila, tapi Dave... maksud ku benar kata Dave. Setidaknya kamu masih satu hari lagi harus di rawat!" jawab dokter Jimmy yang masih sibuk melihat laporan medis ku.
"Tapi kenapa?" tanya ku cepat karena aku penasaran.
"Karena baru besok Dave akan cuti... eh, maksudku..!" dokter Jimmy terlihat gugup.
Aku jadi bingung, aku terus memperhatikan gerak gerik dokter Jimmy yang semakin lama semakin terlihat seperti orang yang salah bicara.
Merasa aku perhatikan, dokter Jimmy lalu meletakkan laporan medis ku di atas nakas dan mendekatiku.
"Aku tahu kamu pasti belum lama ini telah mengalami sesuatu yang sangat berat ya?" tanya dokter Jimmy.
Dia bertanya dengan ekspresi yang kasihan ketika melihat ku.
"Aku ..!" aku bingung harus bicara apa.
Aku tidak mungkin mengatakan semuanya kan, itu adalah privasi ku lagi pula itu bukan hal yang baik, jadi aku sangat ragu mengatakannya pada dokter Jimmy.
"Dave memang belum tahu hal ini, karena ku belum mengatakan padanya, dia sedang ada proyek besar dan aku tidak mau mengganggu pikirannya!" ucap Dokter Jimmy yang membuat ku mengerutkan kening.
"Tapi kenapa, tuan Dave dan aku baru bertemu. Tidak mungkin dia begitu mencemaskan aku...!"
"Kamu salah!" seru Dokter Jimmy menyela ucapan ku.
Aku makin bingung.
"Dave sangat mencemaskan mu!" ujar dokter Jimmy.
Deg
Tapi jantungku berdegup kencang, aku tidak tahu kenapa aku merasa seperti sangat cemas.
"Dave mengidap Myshopobia, dan kemarin jelas dia sudah menggendong mu kemari. Dia bahkan tidur di sini setelah kembali dari kantor. Apa itu belum cukup menunjukkan kalau dia mencemaskan mu?" tanya dokter Jimmy.
"Tapi aku... maksudku, aku baru bertemu dengan tuan Dave sekali di butik...!" aku tidak melanjutkan perkataan ku. Aku hanya menundukkan kepalaku.
Apa yang di katakan oleh Dokter Jimmy benar, tuan Dave memang mengidap Myshopobia. Dan setahuku orang dengan penyakit itu tidak akan mau menyentuh sembarang orang. Itu juga terbukti saat dia dulu menjadi klien di perusahaan lamaku.
Tapi kejadian di butik itu? dia bahkan berada sangat dekat dengan ku. Dia juga memberikan gaun yang harganya begitu mahal untukku.
"Sila, jangan banyak berpikir. Aku tahu beban pikiran mu sangat berat!" ujar dokter Jimmy lalu duduk di tepi tempat tidur pasien ku.
"Kamu masih muda, masa depanmu masih panjang. Apapun yang terjadi di masa lalu mu, anggap semua itu sebagai tempaan yang akan membuatmu semakin dewasa!" ucap dokter Jimmy.
Dan jujur saja, apa yang dikatakan dokter Jimmy membuat ku merasa sedikit lega. Aku tersenyum.
"Terimakasih dokter...!"
Ceklek
"Hei Jimmy, sedang apa kamu?" teriak tuan Dave yang baru masuk ke dalam ruang rawat ku.
Dokter Jimmy langsung lompat begitu saja dari posisi duduknya di tepi tempat tidur aku.
"Dave... tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku hanya...!"
"Hanya apa?" tanya tuan Dave mendekati dokter Jimmy yang terus melangkah mundur ketika tuan Dave terus melangkah maju.
"Aku hanya menyemangati Sila, dia merasa bosan disini jadi aku datang menemaninya mengobrol!" jawab Dokter Jimmy dengan raut wajah yang sudah sedikit pucat.
Tuan Dave terdiam sebentar, lalu dia berkata.
"Pergilah!" ujarnya dan dokter Jimmy langsung keluar dengan cepat bersama suster yang menunggu di depan pintu.
Saat tuan Dave berbalik, aku memegang erat selimut pasienku.
'Astaga, apa dia juga akan marah padaku?' tanyaku cemas dalam hati.
***
Bersambung...
jangan terpuruk dan harus move on...
💪💪💪 sila.