Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
❤️ Happy Reading ❤️
Saat sakit seperti ini ada rasa bahagia sekaligus sedih yang Meyva rasakan.
Bahagia karena dia keliling oleh orang-orang yang begitu perduli padanya, merasa di perhatikan juga di sayang tapi jujur terbesit juga rasa takut, gimana reaksi dari keluarga Dave jika tau bahwa dirinya dan Dave hanya bersandiwara. Mereka begitu baik sehingga seperti ada rasa bersalah plus tak tega untuk terus membohongi mereka terutama mama Lira dan papa Delon.
Sedih karena saat seperti ini dirinya butuh kehadiran keluarga, tapi sama sekali malah tak ada di sampingnya.
"Mey, maaf ya tante gak bisa nemenin kamu sampai sore hari, karena tante ada arisan siang ini." ucap mama Lira dengan wajah sedikit bersalah.
"Gak apa-apa tante, lagian ada Dave juga." kata Meyva.
"Nanti malam om sama tante balik ke sini lagi." kata mama Lira memberi tahu.
"Enggak kesini juga gak apa-apa tante, om sama tante pasti capek kalau harus bolak-balik terus." sahut Meyva yang merasa tak enak.
"Gak apa-apa Meyva, kamu itu sudah tante anggap seperti anak tante sendiri loh." kata mama Lira.
"Terimakasih tante." ucap Meyva.
Di hari sudah cukup siang, akhirnya mama Lira berpamitan pada Meyva juga pada putranya yang saat ini duduk di sofa bersama dengan Nikolas untuk membahas masalah pekerjaan.
Begitu mama Lira pergi, Meyva baru teringat jika dari kemarin dirinya sama sekali tak memegang ponsel.
"Dave." panggil Meyva yang membuat tak hanya Dave yang menoleh tapi juga Nikolas. "Apa kamu tau dimana ponselku?" tanyanya.
"Aku gak tau, kemarin saat membawa kamu kesini ... aku tak membawa ponsel milikmu, jadi kemungkinan ada di toko." jawab Dave.
"Em, apa aku boleh pinjam ponsel kamu sebentar ... buat menghubungi orang toko." kata Meyva dengan sedikit ragu-ragu, takut di bilang lancang nantinya.
Tanpa menjawab, Dave langsung berdiri dan melangkah ke arah Meyva. Wajah datar yang di tampilkan membuat Meyva jadi sedikit takut, sehingga Meyva lebih memilih menundukkan kepalanya agar tak melihat wajah Dave yang sedikit menyeramkan itu.
"Ini." kata Dave dengan tangan menyodorkan ponselnya di depan Meyva.
"Hah." beo Meyva yang malah cengok.
"Ini ambil, katanya pinjam ponsel." ulang Dave.
"Oh iya." ujar Meyva yang kemudian mengambil ponsel itu sebelum yang punya berubah pikiran. "Ini passwordnya?" tanya Meyva.
"Gak ada." jawab Dave sambil melangkah menjauh menuju tempatnya semula.
Meyva terbengong mendengar jawaban dari Dave. Masa iya pengusaha sukses seperti dia ponselnya gak di password ... gak bahaya tah.
"Eh beneran loh." gumam Meyva.
Meyva membuka aplikasi telpon untuk melakukan panggilan. Berdering beberapa kali baru di jawab oleh orang yang berada di sebrang.
[Halo, MeMa Cakery di sini, ada yang bisa kami bantu?]
[Halo, ini Meyva]
Sahut Meyva memberi tahu.
[Ini beneran mbak Meyva?]
[Hem, bisa tolong panggilkan Bu Mer]
Pinta Meyva pada seseorang yang ada di ujung sana.
[Tentu mbak, biar Ana panggilkan. Tunggu sebentar ya mbak, soalnya Bu Mer lagi ada di dapur]
Baru beberapa menit sudah ada suara dari orang yang di carinya.
[Mbak Meyva ini Bu Mer. Mbak Meyva gimana kabarnya? dan sekarang ada dimana?]
Tanya Bu Mer yang tentu saja dengan nada yang penuh kekhawatiran di dalamnya.
[Saya ada di Ander Hospital Bu, tapi keadaan saya sudah mulai membaik, mungkin besok atau lusa juga sudah bisa pulang]
[Bagaimana keadaan toko?]
[Toko semuanya baik mbak, tapi ...]
Kata Bu Mer dengan sedikit ragu.
[Apa Bu?]
[Tadi pagi ada ayah mbak Meyva kemari mencari mbak Meyva]
[Tapi gak ada yang mengatakan tentang sayakan Bu? terus gak ada juga yang membocorkan tentang tokokan?]
Tanya Meyva dengan sedikit panik.
[Enggak mbak, semuanya aman terkendali]
Jawaban dari Bu Mer itu membuat hati Meyva menjadi lega.
[Selama saya gak ada, saya titip toko ya Bu]
Begitu mendengar jawaban dari Bu Mer, Meyva pun memutuskan panggilan telponnya.
"Ada apa?" tanya Dave yang tadi tak sengaja mendengar percakapan Meyva. "Ada masalah?" tanyanya lagi.
Meyva menggeleng kepalanya baru berkata "Tadi ayah ke toko."
"Ngapain?" tanya Dave lagi yang ikut penasaran.
"Gak tau, kata Bu Mer cuma cari aku." sahut Meyva.
Sebenarnya Meyva merasa ada yang sedikit janggal, dia tak pulang aja gak di cari, terus setelah di usir dirinya juga gak pernah di cari atau sekedar di tanya kabar lewat ponsel oleh sang ayah, terus kenapa ini tiba-tiba kok mencari dirinya di toko.
"Gak biasanya sih kayak gitu." kata Meyva lagi, bahkan ini baru yang pertama, biasanya mana perduli sampai sibuk-sibuk nyari aku. "Apa mungkin ada hubungannya sama keributan pertunangan Rena tempo hari?" kata Meyva menduga-duga.
"Entah." sahut Dave yang kembali lagi berkutat dengan pekerjaannya.
❤️
Sudah pukul dua siang, Nikolas sudah balik ke perusahaan dan kini hanya meninggalkan Meyva berdua dengan Dave.
"Mau kemana?" tanya Dave saat melihat pergerakan Meyva seperti hendak turun dari bed.
"Aku mau ke kamar mandi." jawab Meyva.
Dengan sigap Dave langsung membantu Meyva.
"Aku bisa sendiri Dave." kata Meyva saat pemuda itu mulai merengkuh pinggangnya.
"Aku bantu, dari pada nanti kamu jatuh dan bikin tambah lama di sini." sahut Dave. "Atau jangan-jangan kamu memang betah di sini, biar bisa berduaan dengan aku lebih lama." ujar Dave.
"Hah pede banget anda ya." kata Meyva. "Aku dari tadi pagi minta pulang kalau anda lupa." sambungnya dengan nada kesal.
Dave tak menggubris perkataan Meyva, pemuda itu membantu memapahnya Meyva hingga kamar mandi.
"Kalau sudah selesai panggil saja, aku tunggu di depan pintu." kata Dave.
Dua hari di rumah sakit baru kali ini Meyva di bantu oleh Dave saat menuju ke kamar mandi, kemarin serta tadi pagi ada mama Lira yang membantunya.
"Bagaimana soal yang kemarin? Apa jawaban kamu?" tanya Dave begitu Meyva sudah kembali naik ke atas bed.
"Iya aku terima." jawab Meyva. "Kamu gak nyiapin surat kontrak gitu untuk aku tanda tangani?" tanya Meyva yang langsung mendapatkan sentilan di keningnya dari Dave. "Auh sakit tau." pekik Meyva.
"Biar pikiran kamu jalan." kata Dave.
"Ya kan biasanya gitu." sahut Meyva yang membuat Dave menaikkan sebelah alisnya. "Kayak di novel-novel yang aku baca, biasanya gitu." sambungnya yang membuat Dave geleng-geleng kepala. Kehidupannya di samakan dengan kehidupan cerita novel.
"Seperti kata kamu, pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan bukan untuk mainan." kata Dave.
"Tapi kita gak saling cinta." sahut Meyva sebelum Dave merampungkan kata-katanya.
"Tau, tapi aku mau kita mencoba untuk menjalaninya selama satu tahun." ungkap Dave. "Syukur kita bisa bertahan, kalau gak ya kita bisa pisah dengan baik-baik setelah satu tahun itu." sambung Dave. "Aku rasa satu tahun adalah waktu yang cukup untuk kita saling mengenal dan membuka hati." imbuhnya lagi yang di setujui oleh Meyva.