Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan Zeline
"Tak... Sudah pulang Tak..." Zeline memberontak di dalam gendongan Ibu meminta diturunkan saat melihat kedatangan motor Naina.
"Iya... Seneng banget ya Kakak pulang." Naina buru-buru menangkap tubuh Zeline yang berlari kearahnya.
"Seneng... Kan mau main, Tak..." Ucapnya tersenyum lucu.
"Lucu banget sih..." Ucap Naina memberikan ciuman di seluruh wajah Zeline sehingga membuat Zeline tertawa kegelian.
"Jadi main kan, Tak?" Tanyanya memastikan.
"Iya, jadi." Balas Naina mengelus kepala putrinya.
"Gimana Nai? Sudah dapat ijazahnya?" Tanya Ibu.
"Sudah. Ini ada di dalam tas Nai, Bu."
Ibu mengangguk paham. Boleh Ibu lihat ijazahnya, Nai?"
"Boleh dong, Bu. Sebentar ya, Bu." Naina pun segera masuk ke dalam rumah sambil menggendong Zeline.
"Duduk dulu, ya. Kakak mau keluarin ijazah dulu." Ucap Naina yang diangguki Zeline.
"Ini, Bu!" Naina menyerahkan ijazah berlogo universitasnya dulu kepada Ibu.
"Wah... Kamu menjadi wisudawan terbaik ya, Nai!" Ucap Ibu begitu senang.
Naina tersenyum. "Iya, Bu."
"Tak... Ayo main sekarang saja yuk, Tak..." Zeline menarik-narik ujung baju yang dikenakan Naina.
"Nanti sore ya, Dek. Masih panas ini di luar."
Bibir Zeline mengerucut. "Yah..."
"Sekarang bobo siang dulu, ya." Ajak Naina yang diangguki oleh Zeline.
"Nai bawa Zeline ke kamar dulu ya, Bu. Sekalian mau tidur siang sebentar." Pamit Naina yang diangguki oleh Ibu.
"Zel bobo siang sama Tatak dulu ya, Bu... Nanti sole mau main sana..." Ucap Zeline sambil menjatuhkan wajahnya di bagu Naina.
Ibu tersenyum seraya mengangguk.
"Anak Mamah..." Naina menatap putrinya seraya berkaca-kaca. Entah mengapa perasaan sedih masih saja merasuk ke dalam relung hatinya saat tidak bisa mengungkapkan kenyataan jika gadis kecil yang selama ini memanggilnya kakak itu adalah anaknya.
"Mamah sangat menyayangimu..." Naina memberikan ciuman yang cukup lama di kening Zeline yang sudah tertidur pulas.
*
"Banak teman sini ya, Tak!" Seru Zeline merasa senang saat mereka sudah duduk di kursi yang ada di taman. Banyaknya anak-anak yang bermain di taman sore itu membuat Zeline bertambah senang berada di sana.
"Iya..." Balas Naina mengelus rambut putrinya.
"Teman dulu banak juga, Tak... Tapi ndak lame gini!" Ucap Zeline lagi sedikit cadel. Putri Naina itu terkadang lancar berbicara dan terkadang masih cadel.
Naina tersenyum.
"Tak... Mau itu bole..." Tunjuk Zeline pada penjual es krim yang berada tidak terlalu jauh dari mereka.
"Nanti sakit gigi kalau makan es krim terus, Dek..." Memberi pengertian pada putrinya yang sangat suka dengan es krim itu.
Bibir Zeline mengerucut. "Sikit ja, Tak..." Ucapnya dengan sedih.
Naina menghela nafasnya. Dan kemudian membimbing Zeline menuju penjual es krim.
"Besok gak boleh lagi, ya. Nanti Ayah marah loh."
"Ya, Tak." Balasnya dengan senang.
Selama berada di taman Naina habiskan dengan mengajak Zeline memainkan permainan yang ada di sana dan mengenalkan Zeline pada anak-anak tetangganya. Sore itu Zeline terlihat sangat senang bisa mendapatkan teman baru dan juga bisa bermain di tempat tinggalnya yang baru.
"Pulang dulu ya, Dek. Sudah gelap. Besok kita main lagi." Ajak Naina saat Zeline masih terlihat senang memperhatikan anak-anak yang sedang memainkan ayunan di depannya."
"Yah..." Zeline nampak cemberut. Namun tetap mengiyakan ucapan Kakaknya untuk pulang.
"Besok sana lagi ya, Tak." Pinta Zeline yang sudah tegak di jok depan motor Naina.
"Kalau Kakak ada waktu ya, Dek." Ucap Naina tak ingin berjanji. Lagi pula mulai besok ia sudah mulai fokus mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarga kecilnya.
***
Nanti malam lanjut lagi, ya kalo komennya banyak hehe😊
Untuk mendukung karya author yang baru. Mohon berikan dukungan dengan cara...
Like
Komen
Votenya
Agar author semakin semangat melanjutkan ceritanya. Terimakasih😊😊