“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”
Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.
Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.
Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.
Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.
Cover by alifatania
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Masih Cerita Masa Lalu
“Kamu kenapa ?” Sebastian masih memicingkan matanya.
“Nggak apa-apa,” jawab Kirana sedikit kaku. “Aku lagi mikirn soal Steven.”
“What ?” Mata Sebastian ganti membelalak. “Lagi ngobrol sama calon suami kamu, malah mikirin cowok lain ?” Tatapan Sebastian berubah tajam dan
aura kemarahan terasa di matanya.
“Calon suami melulu,” Kirana mencebik lalu tertawa. “Kan lagi membahas Steven dan Shera.”
“Iya tapi nggak usah sampai memikirkan laki-laki itu dalam otakmu !“ Sebastian mengetuk-ketuk pelipis Kirana dengan telunjuknya.
“Nanti kalau sudah nyangkut susah lepasnya,” omelnya lagi.
Kirana masih tertawa melihat Sebastian. Dalam hati ia bersyukur bisa mengalihkan perhatian Sebastian. Gengsi juga kalau mengatakan hatinya cemburu mendengar pernyataan Sebastian soal Shera.
“Kamu kira layangan putus nyangkut di kabel listrik jadi susah dilepas,” ledek Kirana.
“Kamu tuh,” dengus Sebastian kesal melihat Kirana masih tertawa.
“Ya udah ceritanya sok dilanjut, Sebastian sayang,” gantian Kirana menoel dagu Sebastian.
“Udah malas, hilang mood.” Sebastian memundurkan badannya, sedikit menjauh dari Kirana.
“Jangan setengah-setengah dong kalau cerita, nanti kalau sisanya aku dengar dari Shera atau Steven malah repot.”
“Ya udah, sana pergi cari Steven !”
Kirana sebetulnya ingin terbahak melihat ekspresi wajah Sebastian. Tapi kalau sampai mode ngambeknya kepanjangan malah lebih repot membujuknya karena sudah pasti kalau kekasihnya ini tidak akan menerima permintaan maaf hanya dengan kata-kata.
“Cintanya sama Sebastian bukan Steven. Lebih keren pria berjas biru sebagai CEO daripada pria memakai sneilli putih.” Kirana mengerjap-kerjapkan matanya.
Tangannya langsung menyendokan es krim dan kembali menyodorkan Sebastian yang menbuang muka ke arah lain.
“Bee, ayo dong… Masa begitu aja ngambek ? Aku tuh mikirin kelakuan Steven. Dia sudah tahu kalau Shera itu pacar kamu, tapi dia membiarkan saja Shera mendekatinya biarpun dengan alasan sebagai sahabat. Di dunia ini kan sudah pada paham kalau soal hubungan pria dan wanita, kalau sudah terlalu dekat pasti menciptakan perasaan lain entah pada keduanya atau salah satunya.”
Kirana terpaksa berbohong untuk menenangkan hati Sebastian.
“Dan soal aku sama Steven, kamu tidak usah khawatir, Bee. Kondisinya berbeda antara aku dan Shera. Wajar kalau kamu khawatir pada Shera karena terlihat dia yang sedikit agresif mendekati Steven, sementara aku…” Kirana menunjuk pada dirinya sendiri.
“Steven mungkin menyukai aku sebagai seorang wanita, tapi aku hanya menganggapnya sebagai sahabat, tidak bisa lebih. Jadi kamu tidak usah khawatir tentang itu.”
Kirana menggenggam jemari Sebastian yang ada di atas meja dan menatap kekasihnya dengan senyuman manisnya.
“Tapi kalau Steven terus mendekatimu dengan perasaan cintanya, bukan tidak mungkin kamu akan luluh. Apalagi sama seperti hubungannya dengan Shera, kamu dan Steven pernah menjadi sahabat baik.” Suara Sebastian terdengar cemas.
Kirana meremas jemari Sebastian yang ada digenggamannya. Tangan satunya lagi kembali menyendokan es krim yang sudah mencair dan menyodorkannya ke mulut Sebastian. Kali ini pria itu tidak menolaknya.
“Selama kamu masih mencintai aku dan berdiri di sampingku, aku pasti menjaga hatiku untukmu, Sebastian Pratama. Sama seperti dirimu, dalam hubungan cinta yang paling aku benci adalah pengkhianatan. Jadi sebagai pria yang pernah merasakan bagaimana dikhianati, aku berharap kamu tidak akan melakukannya.”
Perlahan Sebastian tersenyum. Dia melepaskan tangan Kirana dan bangun dari kursinya. Dicondongkan tubuhnya mendekat Kirana, mencium bibir kekasihnya sambil memegang wajah Kirana.
“I love you, Honey. Tentu aku akan selalu ingat pengalaman terburuk dalam hidupku dan tidak akan membiarkan wanita yang aku cintai merasakan hal yang sama.”
Kirana tersenyum. Sebastian kembali mencium bibir Kirana sekilas.
“Bee, malu iihh… Banyak pelayan yang lihat,” wajah Kirana menjadi tersipu saat Sebastian kembali mencium bibirnya.
“Biar aja mereka lihat. Aku lagi membersihkan sisa es krim di bibir calon istriku,” cibir Sebastian.
“Sisa es krim dimana ? Kamu nya aja yang modus”
Sebastian tertawa sambil kembali duduk di kursinya.
“Rasa es krimnya masih nempel di bibir kamu, makanya aku bersihin, takut dikerubuti semut,” Sebastian terkekeh melihat Kirana mencebik.
“Kirana,” gantian Sebastian menggenggam jemari kekasihnya. “Tolonglah berusaha menghindari Steven. Terkadang aku suka ngeri sendiri. Cintanya begitu dalam padamu dan dia sangat yakin kalau kamu juga memiliki perasaan yang sama. Alu khawatir kalau pada akhirnya Steven menjadi pria yang obsesi.”
Kirana tersenyum pelan dan mengangguk.
“Apa perlu aku blokir nomornya di handphoneku ?”
“Tidak perlu,” Sebastian menggeleng. “Seperti aku bilang, kalau perasaan Steven bisa merubah jadi obsesi. Semakin kamu bersikap terlalu ekstrim padanya, bisa jadi ia akan semakin berusaha keras mendapatkanmu.”
Kirana menggedikan kedua bahunya.
“Tapi Steven yang aku kenal bukan seperti itu, Bee. Dia cenderung mengalah meskipun keluarganya pemilik sekolah. Makanya sewaktu SD, Steven sempat dibully karena keadaan fisiknya yang gempal.”
“Manusia bisa berubah, Honey… Jangan terlalu naif. Bahkan untuk memantaskan dirinya di depanmu, Steven berusaha keras menguruskan badannya dan mengikuti fitness untuk membentuk ototnya.”
“Sok tahu,” Kirana mencibir.
“Mau aku cium lagi ?” Sebastian malah melotot. “Kamu lupa kalau dia adalah sepupuku satu-satunya. Dia banyak bercerita padaku soal dirimu tiap kali kami bertemu. Sampai rasanya bosan aku mendengarnya.”
“Jadi cerita Steven yang membuat kamu terbayang-bayang sama aku, dong. Soalnya sudah hafal luar kepala,” ledek Kirana.
“Memangnya aku tahu kalau gadis yang diceritakan Steven itu adalah kamu ? Rasanya berbeda jauh dengan gambaran yang Steven bilang.”
“Beda dimananya ?” Protes Kirana.
“Steven itu menggambarkan kamu sebagai wanita serba bisa yang anggun, bawel tapi pintar, penuh perhatian….”
“Memangnya aku nggak begitu ?” Kirana berdecak sebal. “Jadi aku ini sudah bawel bodoh pula, nggak perhatian sama kamu, nggak anggun. Huhh!”
Sebastian jadi tergelak melihat wajah Kirana memberenggut.
“Aku nggak bilang ya kamu bodoh, cuma ceroboh. Kalau anggun, aku nggak setuju. Perhatian…hmmm…” Sebastian pura-pura berpikir.
“Lumayan kalau soal perhatian. Bawel, jangan ditanya, Cerita kamu tuh nggak ada habisnya kayak kepulauan dari Sabang sampai Merauke.” Sebastian terus mencela sambil tertawa.
“Jadi kamu nyesel ? Putus nggak apa-apa.” Kirana mengambil tissue dan menbiarkan Sebastian masih tertawa. Kirana mengelap bibirnya dengan kasar.
“Sekalian nih aku hapus jejakmu di sini semua.” Kirana pun melap seluruh wajahnya dengan selembar tissue lain yang baru diambilnya.
“Gampang banget sih bilang putus,” Sebastian menoel pipi Kirana yang langsung dibersihkan kembali dengan tissue.
“Justru karena kebawelan kamu, hidupku jadi lebih berwarna, nggak monoton. Karena kecerobohanmu, aku jadi berasa pria yang selalu dibutuhkan untuk mengimbangimu. Dan masalah anggun, cukup satu Anggun C Sasmi aja.” Sebastian tergelak.
“Ngaco banget deh Bee,” omel Kirana.
Sebastian mencubit kedua pipi Kirana dan menggoyangkannya sementara bibir Kirana makin mengerucut kesal.
“Bee,” suara Kirana berubah lirih, membuat Sebastian mengerutkan dahinya dan melepaskan tangannya dari pipi Kirana.
“Kamu yakin nggak ada perasaan apapun lagi saat bertemu dengan Shera ?” tanyanya sendu.
“Honey, kamu kok…”
Kirana mendongak, matanya menatap Sebastian. Ada selaput bening di sana membuat Sebastian mendadak jadi merasa bersalah.
“Saat berhadapan dengan Shera, aku sadar kenapa orang-orang melihat aku tidak pantas untukmu. Ditambah lagi kamu bilang kalau aku jauh dari sikap anggun, ceroboh, bawel dan tidak pandai.” Kirana menundukan kepalanya.
“Kadang-kadang sulit bagiku untuk membangun rasa percaya diri saat berjalan denganmu.” Kedua sudut mata Kirana tidak mampu lagi menahan air mata yang sejak tadi ditahannya.
Sebastian langsung beranjak dari kursinya. Dia memutar kursi Kirana dan berlutut depan gadis itu.
“Maaf Kirana, maafkan aku,” Sebastian menggenggam kedua jemari Kirana. “Tidak pernah terlintas sedikit pun di dalam pikiranku membandingkan kamu dengan Shera atau siapapun. Bagiku kamu sangat istimewa. Itu sebabnya hanya dalam waktu singkat aku sadar kalau aku sangat takut kehilanganmu. Bukan sebagai sekretarisku, tapi sebagai seorang wanita yang mampu membuat hatiku merasakan cemburu lagi, merasakan kehangatan suaramu yang selalu membantah ucapan pedasku.”
Sebastian merengkuh Kirana dalam pelukannya. Dia tidak memperdulikan orang-orang melirik mereka.
“Kamu mungkin bukan wanita luar biasa yang terlihat oleh banyak orang, tapi di mataku…” Sebastian melerai pelukannya, memgangkat wajah Kirana yang tertunduk dan menghapus cairan bening di sudut mata Kirana.
“Di mataku, kamu adalah wanita yang luar biasa. Kamu mampu membuat hari-hariku jadi lebih berwarna. Selama ini wanita yang hidup di kalanganku kebanyakan hidup dalam sikap mereka yang dibuat-buat demi menjaga image. Tapi kamu, gadis ceroboh yang membuatku justru merasakan jadi pria sejati yang harus melindungimu supaya kamu tidak kenapa-napa karena kecerobohanmu.”
Sebastian tersenyum dan mngusap pipi Kirana.
“Kirana sayang, aku bukan saja menjadikanmu kekasihmu, tapi kamu akan menjadi istriku. Kapan pun kamu siap untuk hidup berumahtangga denganku.”
“Jadi nasib aku dapat duda ?” Ucapan Kirana membuat Sebastian menepuk jidatnya sendiri.
Suasana yang syahdu dan romantis jadi berubah absurd dengan pertanyaan Kirana yang nyeleneh.
“Jadi ceritanya gadis va duda ?” Ulang Kirana sambil tertawa pelan.
“Honey,” Sebastian mendelik dengan wajah kesal. “Aku ini duda tapi masih perjaka, sayang. Bahkan belum sampai malam pertama, statusku langsung berubah 2 kali. Dari lajang jadi menikah, habis itu langsung duda.”
Kirana tertawa meski masih ada sisa-sisa air mata si pipinya.
“Jadi duda rasa perjaka ?” Ledeknya.
Sebastian menepuk jidatnya lagi sambil geleng-geleng kepala. Ambyar sudah sikapnya yang berusaha membangun suasana romantis di mata Kirana. Bisa-bisanya habis larut dalam suasana melow malah bicara yang ngawur.
Sebastian ikut tertawa pelan. Sikap Kirana yang mudah berubah seperti ini membuat Sebastian justru merasakan warna berbeda dalam hidupnya.