Keesokan paginya Ana pun terbangun dari tidurnya dan mendapati pria itu sedang duduk di atas ranjangnya sembari melihat ke arah jendela.
Ana bergegas bangun dan menghampirinya "Bagaimana keadaanmu Tuan?" tanya Ana tersenyum.
Tuan itu diam tak bergeming dengan tatapan melihat ke arah jendela.
"Tuan katakanlah sesuatu?"
Tuan itu menoleh dan menatap Ana "Kau siapa?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noona frog, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilanbelas
Harry melonggarkan kerah kemejanya ia melangkah keluar karena rapat telah usai.
"Apa jadwalku selanjutnya?" tanya Harry.
"setelah ini anda dijadwalkan bertemu dengan Josh andrew dari media RRC Globe."
"Batalkan saja kau cari saja alasan yang masuk akal, aku akan kerumah sakit".
"Baik pak!"
Harry mengendarai mobilnya menuju rumah sakit, secepatnya ia ingin melihat Ana. Setelah pertemuannya dengan Jenna tadi pagi membuat hatinya gelisah, apa lagi Jenna juga mulai mencurigai name tag Ana yang ia lihat waktu itu.
Sesampainya di rumah sakit Harry melihat segala penjuru arah namun tidak terlihat Ana, ia langsung naik lantai atas tepatnya ruangan rawat kakeknya berada.
Ia membuka sedikit pintu kamar kakeknya, namun Ana juga tidak terlihat bersama kakeknya Harry kembali menutup pintu.
"Harry...!" Harry menoleh.
Cristy mendekat "Kenapa tidak masuk, kau ingin kemana lagi?"
"Aku mencari Jonas, apa kau tau dia dimana?"
"Ya di rumahnya lah ini sudah malam Harr, lagian kenapa kau mencarinya kenapa tidak menelepon nya saja".
"Ada yang ingin aku bicarakan dengannya".
Cristy membuka pintu "masuklah".
"Nanti saja, aku akan kembali sebentar lagi" ucap Harry beranjak pergi.
Cristy berdecak " kemana lagi dia, apa dia sengaja menghindari ku, apa karena kata-kata ku malam itu ya?"
Harry mengambil ponselnya dan menelepon Jonas "kau sedang apa?"
"Aku tidur lah Harr, kenapa apa terjadi sesuatu dengan kakek?"
"Tidak! Kenapa Ana tidak ada bersama kakek?"
"Ya ampun ku kira apa, dia cuman shift pagi saja Harry malamnya dia harus istirahat lah. Kan ada Christy yang menjaga kakekmu. Kasian juga Harr kalau dia ku suruh kerja 24 jam."
"Ya sudah" Harry menutup telponnya.
"Hmm dasar bocah sudah menggangguku tidur sekarang dia main tutup saja telponnya. Fix sudah ini aku yakin dia sedang mengalami penyakit kupu-kupu".
***
Ana menyisiri pinggir kota mencari ketenangan di tengah pikiran yang kalut.
Drrttt Drrrtt ponselnya bergetar "Kau dimana?" suara sarah di balik telepon.
"Aku berjalan-jalan sebentar"
"Kenapa tidak mengajak ku?"
"Ku lihat kau sedang tertidur sepertinya kau kelelahan jadi aku tidak ingin mengganggumu"
"Ohh begitu, ya sudah hati-hati ya". Ana menutup telponnya.
Ana duduk beristirahat di bangku taman kota. Ana mengehela napas "Kemana aku harus mencari mu John, apa kau masih hidup atau sudah tiada. seandainya kau bukan kakakku aku tidak akan mengkhawatirkanmu begini".
"Dan gara-gara mencarimu hidup ku sudah tidak berarti apa-apa lagi". Ana teringat kembali di saat dia mengikhlaskan tubuhnya kepada Harry.
Ana terkejut seseorang tiba-tiba saja duduk di sebelahnya "Kau..! Apa yang kau lakukan di sini, apa kau mengikuti ku?" ucap Ana.
Harry terkekeh "Apa aku terlihat seperti seorang penguntit di matamu?"
"Iya! Kau memang penguntit kau selalu ada.."
"ada apa?.. Apa kau tidak takut malam-malam begini duduk sendiri di sini?"
"Aku tidak takut!" ucap Ana bangun dari duduknya.
Namun dengan cepat Harry memegang tangannya "Kau mau kemana?".
Ana berusaha melepaskan tangan Harry "Aku ingin pulang, kau menggangguku"
Harry menariknya sehingga Ana kembali duduk "Tetaplah di sini sebentar" ucap Harry tiba-tiba baring di pangkuan Ana lalu menutup matanya.
Degh!
Ana tersentak jantungnya berdegup kencang tak karuan pipinya memerah malu.
Mata Ana melebar "Apa yang kau lakukan sekarang?".
"Aku mengantuk" ucap Harry.
"Hei, jika kau mengantuk sebaiknya kau pulang dan tidur di rumahmu bukan di sini. Aku juga mengantuk dan ingin pulang."
Harry masih bertahan berbaring di pangkuan Ana.
Mata Harry terbuka menatap Ana "Sebentar saja, aku sangat merindukan mu" ucap Harry lembut.
Degh!
Jantung Ana kembali berdetak "Kenapa kau berkata seperti itu, kenapa merindukan ku?".
"Kau tau malam itu.." mata Ana melotot dan tiba-tiba menutup mulut Harry.
Harry mengerjapkan mata ia melepaskan tangan Ana "kenapa kau menutup mulutku?"
Ana terbata-bata "Itu karena kau.."
"Karena apa..?" Harry menyunggingkan senyuman. "Percuma kau menyuruhku untuk melupakan malam itu.."
Ana menutup telinganya "Aku tidak ingin dengar"
"Malam itu adalah malam yang tidak akan pernah untuk aku lupakan, kau harus tau semenjak pertemuan pertama kita di rumah sakit, aku sudah menjadikanmu milikku"
Ana mengingat kembali, Langkah Ana terhenti, Tuan itu menarik tangan Ana memberi tatapan tajam "Setelah apa yang kau katakan barusan, kau ingin pergi begitu saja. Selesaikan di sini sekarang juga atau kau akan berurusan denganku selama hidupmu!"
"Itu salahmu kau pergi begitu saja dan pada akhirnya kau akan selalu berurusan denganku selama hidupmu" ucap Harry.
Ana terdiam mengalihkan pandangan berbeda dengan Harry yang tersenyum tengah habis melihat wajah malu salah tingkah Ana dengan mata tertutup.
-
-
-
To be continued...