Seorang gadis duduk di atas batu besar, tubuhnya terlihat lemah dan lemah. Namun tatapan matanya setajam elang, auranya dingin dan masih di penuhi kekejaman.
Dia baru saja menyadari bahwa dirinya telah melakukan perjalanan waktu dan masuk ke dalam tubuh seorang gadis lemah dari keluarga petani miskin.
Sebelumnya, dia merupakan seorang permaisuri yang tidak diinginkan, pada saat peperangan, dia menggadaikan jiwanya kepada raja iblis Mo Yan demi untuk bisa menyelamatkan seluruh rakyat kekaisaran.
Di kehidupan pertamanya, dia merupakan seorang pembunuh profesional yang paling ditakuti di dunia modern. Sayangnya dia harus kehilangan nyawa, hanya untuk menyelamatkan seorang bayi berusia 7 bulan yang terjatuh dari lantai 27 dan kini dia kembali dengan ruang dan sistem di tangannya.
Siapa yang berani berurusan dengan gadis kecil yang telah 3x mengalami perpindahan waktu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan Wei Yungshao
Rumah milik Wei Qingluo akhirnya selesai dibangun, terlihat sangat megah dan mewah. Bentuknya unik dan hanya satu-satunya, bahkan dibandingkan dengan rumah-rumah milik para pejabat maupun bangsawan yang ada di ibukota, bangunan itu jelas terlihat lebih indah dan menawan.
Seluruh warga desa sangat mengagumi kemampuan gadis itu dalam membuat desain baru, dia bahkan sengaja mengundang beberapa orang tukang kayu untuk membuat perabotan, dengan bentuk-bentuk yang berbeda dari biasanya.
Para tukang yang bekerja mendecakkan lidahnya, mereka tak menyangka akan mendapatkan hasil yang begitu istimewa. Cetak biru yang dibuat oleh gadis itu benar-benar menguras tenaga dan pikiran mereka, namun juga meningkatkan kemampuan dan ketelitian, sehingga hasilnya sangat menakjubkan.
Seluruh warga desa berdiri untuk mengagumi rumah tersebut, mereka juga merasa sangat bangga, meski tidak mampu menyaingi kemegahan dan kemewahan rumah milik Wei Qingluo. Namun dengan uang yang ada di tangannya, masih bisa membangun rumah bata biru yang cukup sederhana.
Bahkan para tukang kayu dan pembuat rumah berhasil meningkatkan ekonomi keluarga mereka dan mulai membangun satu persatu. Desa yang awalnya hanyalah tanah terlantar, berubah menjadi tempat yang sangat menyenangkan.
Seluruh warga desa bersyukur karena pada akhirnya mereka bisa terhindar dari kelaparan, dengan uang di tangan, mereka juga bisa memiliki rumah yang hangat sebelum musim dingin tiba.
Pagi ini, banyak sekali orang yang berasal dari desa lain, mereka diundang untuk membangun rumah milik warga desa. Beberapa lahan juga telah memiliki pemilik, setelah uang untuk membangun rumah diyakini cukup, mereka mulai membeli beberapa lahan tambahan yang akan digunakan sebagai ladang.
Para petugas yang dikirimkan juga terlihat sangat senang, desa yang mereka jaga pada akhirnya menunjukkan kualitas yang sangat baik. Meskipun desa lain belum mampu membangun rumah, namun setelah berhasil menyelesaikan pekerjaan membangun rumah di desa Shangxie, mereka juga pasti akan memiliki uang, sehingga bisa membangun rumahnya sendiri. Desa-desa lain akan segera berdiri, meski tidak sekuat dan semakmur desa Shangxie.
Untuk merayakan pindah rumah, Wei Qingluo mengundang seluruh warga desa untuk makan bersama. Pagi ini dia pergi bersama ibu dan kedua adiknya menuju ke kota, untuk membeli berbagai macam kebutuhan. Masih ada cukup banyak koin perak di tangannya, dia berpikir untuk membeli gerobak sapi, apalagi di masa depan dia membutuhkan sarana untuk mengirimkan berbagai macam barang.
Pada saat melewati pasar, tubuh Zhao Shi tiba-tiba saja menegang, dia berdiri sambil meneteskan air matanya.
Wei Qingluo mengerutkan dahi, dia bertanya dengan suara yang sangat pelan, "Ibu, apa yang terjadi?"
Zhao Shi menatap wajah putrinya dengan mata yang berkaca-kaca, "Luo'er, bisakah kau membantu kakakmu?"
Pertanyaan yang diajukan oleh wanita itu, membuat Wei Qingluo tertegun di tempatnya. Dia mengikuti arah pandang sang ibu, kemudian mengunci satu titik. Ada seorang pemuda yang duduk diantara kerumunan budak yang dijual, pemilik tubuh asli mengenalinya sebagai kakak kandungnya.
Bukankah pemuda itu bergabung dalam ketentaraan? Lalu apa yang terjadi dan bagaimana dia bisa berakhir menjadi seorang budak? Tanpa ragu, Wei Qingluo berjalan ke arah sana, kemudian bertanya kepada salah seorang pria yang berusia 40 tahun, dia mempergunakan pakaian mewah.
"Paman, bagaimana caramu menjual budak-budak itu?" tanya Wei Qingluo.
Pria itu menoleh, kemudian bertanya padanya. "Nona kecil, apakah kau berniat untuk membeli budak?"
Wei Qingluo mengganggukan kepala, "Benar, aku menginginkan pemuda itu. Bagaimana kau menjualnya?"
Pria itu melirik ke arah jari tangan Wei Qingluo, kemudian menjawab dengan sangat santai. "Dua koin perak!"
Wei Qingluo tersenyum, dia segera menjabat tangan pria itu sambil berbicara, "Sepakat!"
Setelah mendapatkan surat-surat perbudakan milik Wei Yungshao, Wei Qingluo mengeluarkan 2 tael perak, kemudian pergi meninggalkan tempat itu dan segera kembali ke tempat Zhao Shi dan kedua orang adiknya.
"Putraku!"
"Kakak sulung!"
"Ibu! Adik!"
Mereka berpelukan sambil mengungkapkan rasa bahagia, karena pada akhirnya bisa berkumpul kembali. Apalagi keadaan keluarga mereka saat ini jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Wei Qingluo melirik sang ibu, kemudian berbicara. "Ibu, tolong ajak kakak sulung untuk membeli beberapa pakaian jadi, setelah itu kita akan pergi ke restoran untuk makan bersama sebagai perayaan. Aku akan pergi membeli beberapa orang budak lagi, untuk membantu keluarga kita."
Wei Yungshao memandang Wei Qingluo dengan ragu-ragu, dia terlihat ingin mengungkapkan sesuatu, namun tidak berani untuk mengucapkannya. Wei Qingluo yang melihat hal itu segera bertanya. "Kakak sulung, ada apa?"
"Adik, apakah kau masih memiliki uang? Masih ada 15 orang temanku di sana, mereka semua juga bergabung dalam ketentaraan dan berakhir tragis sepertiku. Bisakah kau menebusnya?" tanya Wei Yungshao.
Wei Qingluo menganggukkan kepala, dia juga membutuhkan orang-orang yang tangguh untuk melindungi ibu dan kedua adiknya. "Tunjukkan padaku!"
Wei Yungshao dan Wei Qingluo kembali ke pasar budak, mereka menebus 15 orang pemuda yang terlihat sangat tangguh. Usia mereka rata-rata antara 16 hingga 18 tahun. Setelah membeli 2 stel pakaian untuk masing-masing, Wei Qingluo segera mengajak mereka untuk masuk ke dalam restoran, kemudian memesan berbagai macam hidangan istimewa, mereka makan dengan sangat lahap dan gembira.
Meskipun makanan tersebut tidak selezat buatan Wei Qingluo, namun mereka tetap melahapnya dengan senang hati. Salah seorang pelayan yang mengenali Wei Qingluo segera melapor pada penjaga toko Xin, tak lama kemudian pria paruh baya itu muncul dan menyapa. "Nona Wei, anda di sini?"
"Salam penjaga toko!" balas Wei Qingluo sambil berdiri, dia sedikit membungkukkan badannya untuk membeli hormat pada pihak lain.
Penjaga toko Xin terlihat sangat gembira dengan kedatangan gadis itu, dia bahkan menggratiskan seluruh makanan yang mereka pesan dan menyebut itu sebagai bentuk terima kasihnya atas resep yang diberikan oleh Wei Qingluo.
Restoran besar itu benar-benar meraup keuntungan yang sangat besar, banyak para pejabat dan bangsawan yang menikmati hidangan di sana, bahkan istana kekaisaran seringkali memesan dalam jumlah yang fantastis, sehingga keuntungan yang didapat juga berlipat ganda.
Wei Qingluo tidak menolak kebaikan yang diberikan oleh pihak lain, dia menerimanya dengan sungguh-sungguh dan berterima kasih. Dengan cara itu, dia juga berhasil menghemat perak miliknya.
Setelah menyelesaikan makan, mereka segera pergi untuk membeli gerobak sapi. Sapi-sapi yang dijual di sana benar-benar kuat dan besar, sehingga Wei Qingluo terlihat sangat riang. Dia membeli seekor sapi dengan harga 8 tael perak dan berobatnya seharga 4 tael perak.
Mereka mengendarai gerobak itu menuju ke pasar, kemudian membeli berbagai macam kebutuhan untuk pesta pindah rumah. Karena gerobak itu tidak cukup untuk mengangkut semua barang yang dibeli sekaligus orang-orangnya, akhirnya Wei Qingluo memutuskan untuk menyewa satu gerobak milik orang lain dengan harga 30 tael tembaga. Kedua gerobak itu berjalan beriringan menuju ke desa Shangxie.