NovelToon NovelToon
Emergency 31+

Emergency 31+

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:231.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Dfe

Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.

Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.

Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.

Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?

Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecelakaan

"Kamu bisa kan Dee nggak bikin orang khawatir sebentar aja. Baru ditinggal beberapa jam udah kayak gini! Mikir nggak kamu itu sebelum bertindak, ngerepotin orang kan jadinya! Lain kali itu mbok ya dengerin kalo ada orang ngasih tau, jangan seenaknya sendiri!"

Sani ngomel panjang lebar meski keadaan anaknya sedang tidak baik-baik saja. Bunyi benturan tadi ternyata adalah kecelakaan beruntun. Tapi untungnya meski terlihat dalam kecelakaan itu, Deepika bisa dibilang paling beruntung karena hanya mendapat jahitan di lutut sebelah kanan dan memar-memar di tangannya.

Di bilang beruntung karena terdapat korban meninggal di tragedi naas tersebut. Dan lihatlah, Deepika sudah gemetar ketakutan tapi ibunya terus saja memarahinya. Sialnya, Sani memarahi Deepika di depan Abhi, Sekar dan beberapa orang yang berniat menjenguknya.

"Deepika juga sepertinya syok tant. Dia sampai gemetaran gitu."

Abhi berusaha menghentikan deretan panjang omelan emaknya Deepika, dia kasihan dengan gadis itu yang sudah pucat pasi.

Dengusan keras bisa didengar oleh semua orang di ruang IGD rumah sakit kota tempat Deepika mendapat perawatan.

"Aku mau ke ruang administrasi dulu." Ucap Sani selanjutnya.

Deepika hanya mengangguk lemah. Mau bagaimana lagi, dia sendiri sudah merasa seluruh tubuhnya remuk redam. Lututnya yang dijahit menambah parah sakit fisik yang tadi sudah dia terima akibat demam sedari semalam.

"Mau minum Dee? Tante ambilkan ya.." Suara teduh itu Deepika harapkan bersumber dari sang ibu tercinta, nyatanya suara keibuan itu datang dari ibu orang lain. Ibunya Abhista.

"Makasih tante.."

Kecelakaan itu rupanya masuk ke berita tv nasional karena sampai memakan korban jiwa, beberapa kerabat korban yang dilarikan ke rumah sakit satu persatu berdatangan untuk melihat keadaan sanak saudara mereka.

Helaan nafas lemah bisa Abhi dengar dari bibir gadis yang sekarang menyita perhatiannya.

"Kenapa?"

Deepika menggeleng. Menunjukkan jika dia tidak apa-apa. Dia kuat, dia nggak selemah seperti yang orang pikirkan tapi nyatanya netra Deepika sudah berembun. Mata bulatnya mengeluarkan bulir air mata menandakan jika memang tidak ada yang baik-baik saja pada Deepika.

Sebuah elusan ringan gadis itu rasakan di punggungnya. Abhi yang melakukannya. Sekar mengurai jarak di antara Abhi dan Deepika, seperti menyalurkan kasih sayang Sekar memeluk Deepika dengan tulus. Terasa hangat dan nyaman pada posisi itu, Deepika tak bisa berbohong jika dia memang butuh pelukan. Dia terlalu takut u ini.

Jika tadi dia tidak selamat, maka jasadnya sekarang bukan sedang dipeluk oleh Sekar tapi sedang terbujur kaku di ruang jenazah. Membayangkan itu saja bisa membuat dadanya sesak. Dia sungguh ketakutan, dia belum siap mati!

"Nggak apa-apa, nangis aja. Bahkan orang terkuat di muka bumi juga pernah menjatuhkan air matanya."

Hibur Sekar ketika tahu jika orang yang dia peluk malah sesenggukan tak karuan.

"Mas Abhi nggak kerja?" Tanya Deepika mengetahui adanya sosok tetangga yang selalu muncul tanpa diminta di depan matanya.

"Nggak."

"Kenapa? Libur?" Masih ingin tahu.

"Meliburkan diri."

Sani muncul lagi membawa bungkusan plastik berisi makanan dan satu botol besar air mineral, kata dokter Deepika bisa langsung pulang tapi nunggu habisnya cairan infus yang terpasang di tangan putrinya.

"Makan Dee. Biar cepet sembuh. Badan kurus kering cungkring gitu, kayak nggak pernah tak kasih makan aja kamu ini." Sani membuka kotak styrofoam berisi roti bakar.

"Masih kenyang buk." Rengek Deepika sedikit menolak makanan yang disodorkan ibunya.

"Tinggal makan aja apa susahnya sih Dee?! Tak jejelin lho ini kalo kamu ngeyel!"

Dari pada mulut dijejelin paksa sama roti bakar di depan Abhi dan Sekar, Deepika memilih melahap dengan paksa roti bakar yang disuapkan Sani untuknya.

Waktu berlalu hingga jam di tangan Abhi menunjukan pukul 11.00 siang. Sekar teringat akan janji makan siang yang mewajibkan Abhi untuk datang menemui Anggun. Sedikit basa-basi Sekar ucapkan kala berpamitan pada Sani dan Deepika karena mereka akan pulang.

"Inget mas, langsung temui Anggun lho ya!"

"Hmm."

"Yang bener jawabnya mas!"

"Nggeh ndoro. Sendiko dawuh." (Baiklah yang mulia. Siap laksanakan.)

Sekar terkekeh mendengar perkataan Abhi. Kalau nggak dipaksa gitu, sampai tuyul nyemotingin rambut juga belum tentu anaknya nemu jodoh.

Abhi berjalan memasuki kafe yang ada di Planet Plaza tempat yang dipilih Sekar agar dirinya bisa bertemu dengan Anggun. Entah apa hebatnya sosok Anggun ini sampai ibunya bisa getol banget menjadikan gadis yang belum Abhi kenal dekat itu sebagai kandidat calon menantu.

"Abhista?" Tanya gadis berambut ombre yang sekarang tersenyum ramah ke arahnya.

Abhi mengangguk membenarkan.

"Udah lama?" Tanya Abhi duduk tanpa menyalami Anggun.

"Nggak kok. Baru nyampe. Kata mamah, kamu kerja jadi pengacara. Hebat ya, masih muda udah sukses di karirnya." Mungkin itu hanya kalimat pembuka agar tak ada kecanggungan antara dia dan lawan bicaranya.

"Tiga satu."

"Ya? Maksudnya?" Anggun mengernyit tak mengerti.

"Usia ku udah tiga satu. Di umur segitu sedikit nggak pantas kalo dikata muda."

"Ah masa sih. Tapi kelihatanya kamu masih dua limaan gitu. Hahaha. Kamu awet muda. Baby face kalo kata orang-orang. Mantanku aja yang baru dua tujuh tapi mukanya boros banget. Kayak om om. Hahaha."

Anggun tertawa lebar. Entah itu mulut atau gua Hiro sampai selebar dan segelap itu isinya. Abhi menanggapi obrolan ringan itu dengan santai. Meski terkesan cuek dan irit bicara tapi nyatanya hingga makanan habis di piring masing-masing mereka masih betah berlama-lama duduk di kursi.

"Kamu tau kan alasan kita ketemuan di sini?" Anggun mencoba to the point saat melihat situasi sangat kondusif.

"Iya, tau."

"Jadi menurut kamu gimana? Eh sorry ya.. Dari tadi aku manggil kamu pake kamu kamu mulu. Hmmm apa ganti aja, mas atau abang gitu. Biar lebih akrab." Anggun membetulkan letak duduknya sepertinya dia mulai berniat mengambil perhatian dari gesture yang dia ciptakan.

"Nggak perlu. Senyamannya kamu aja. Aku santai, mau dipanggil apa aja. Bebas."

"Hehehe.. Abisnya aku suka nggak enak sih kalo manggil mas mas gitu ke lawan jenis. Dulu mantan aku paling nggak bisa dengar aku manggil orang lain pake kata mas. Hehe aneh ya, padahal cuma penyebutan panggilan aja tapi dia bisa cemburu."

"Mantan?"

"Ya. Mantan aku. Kami pisah hampir setahun yang lalu. Bukan karena selingkuh atau apa sih, emang aku nya yang milih mundur dari dia. Dia posesif banget. Agak gerah kalo punya relationship seperti itu. Kamu pernah nggak punya mantan yang ngekang banget? Misal apa-apa kudu lapor, hp kudu di cek tiap ketemu, kudu ngasih kabar tiap jam. Ribet ya."

Terdengar Anggun malah asik membahas hubungan percintaannya yang dulu kandas karena keposesifan mantan. Abhi hanya tersenyum samar. Dia sudah tahu berakhir kemana acara perjodohan ini.

Di belahan bumi yang lain, Deepika merasa kesal karena dari sekian banyak orang yang datang membesuknya tak ada kelihatan muncul batang hidung sang pacar. Entah pergi kemana si Sae itu, padahal teman-teman sejawatnya sudah datang silih berganti.

"Bang, tadi bang Har liat Sae nggak di kantor?" Saking penasaran dengan keberadaan Sae, Deepika memberanikan diri bertanya pada Harvey.

"Tak nampak pulak aku sama laki kao itu. Alamak betul juga kao kata, kemana itu kadal satu piginya. Pacar sakit macam ni pun tak tampak ujung upilnya!"

Bukan jawaban dari pertanyaan yang dia dapat jika bertanya pada Harvey tapi perasaan tak karuan lah yang kian merajai hati. Masa iya sih Sae nggak tau kalo pacarnya itu kecelakaan? Atau emang sekarang Sae sedang bertapa di gunung Huaguo bersama kera sakti dan di sana sedang susah signal sampe kabar sepenting ini tak terdengar oleh telinganya.

"Coba ditelpon Dee, sapa tau emang dia nggak tau kamu di sini." Kali ini Juan yang berusaha jadi mimi peri eh ibu peri.

"Dari mana nggak tau, orang pak Arya aja bikin pengumuman segede gaban di grup gitu kok." Keluh Deepika mengerutkan bibirnya.

"Ya sudahlah Dee, tak usah lah kao pikirkan si Kuncup itu. Yang penting itu sekarang, kao sembuh dulu. Nanti kalo dijalan aku ketemu sama Kuncup, ku piting lehernya ku seret bawa ke mari."

Nyatanya perkataan Harvey pun tak membuat hati Deepika tenang. Berkali-kali dia mengirimkan pesan ke nomer Sae tapi tak satupun pesan itu dibalas. Padahal posisi langsung centang biru. Yang artinya langsung dibaca oleh si penerima.

Yang membuat mata Deepika membola dengan amarah tak terkira adalah saat akhirnya dia membaca pesan dari Lisa.

'Nggak usah berisik gangguin Sae. Dia kecapean! Abis ah ah sama aku. Makanya jadi cewek tuh yang hot dikit biar laki mu nggak belok ke sarang yang lain. Dah nggak usah sok nelponin dia. Hp nya aja aku yang pegang! Upzii.. Sorry ya, kita nggak bisa jenguk kamu dulu. Abis gimana, abis dapet serangan ganas gini dari Sae bikin aku susah gerak. Tau kan maksud aku apa hehe.'

Disertai foto Sae yang tidur dengan tangan Lisa bertengger di atas dada pemuda itu yang mengacungkan jari tengah ke arah kamera.

"Jancook!" Ucap Deepika keras.

1
⏤͟͟͞R ve
Suaminya gak bersyukur itu /Bomb/
⏤͟͟͞R ve
Garap, kayak lahan yang mo ditanami /Joyful/
kutiah nurin
Luar biasa
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
itu karena kurangnya bersyukur..
ketika suatu mimpi belum terwujud, bukannya sama² berjuang dan saling menguatkan, yg ada malah berpindah ke lain hati dan berharap mimpi itu dapat digapai dg org yg baru..
klo kek gitu, nanti disaat impian itu tak tergapai juga dg org yg baru, dia akan cari lagi yg baru..
gitu aja teroooosss 😑
banyak²in bersyukur biar tak merasa kekurangan 😌
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
setdah, dah antisisapi aja kau Bhi😅🤣🤣🤣

utk STA, manut aja gmn baiknya utk kamu..
utamakan kesehatanmu, jgn pontang panting kejar up, tapi abai dg kesehatan
𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍
lebih kesel dapet junior rese, atau juniormu gak dikasih sarapan Bhi? 🤔😅🚴🏻‍♀️🚴🏻‍♀️🚴🏻‍♀️
Dewi kunti
LG mode waras mas abhi
Riaaimutt
q sih maunya lanjut yaa,, tp yo sak mood mu wae lah thor,, ayo tak semangati 💪💪💪
𝐙⃝🦜Gong Li
asal saling pengertian dan menerima Yo langgeng
Titik Handayani
thorrr... nasihat mu superrr sekali...lanjooottt
𝐙⃝🦜Gong Li
abhi emoh kena php, makanya dah stock makanan😂
𝐙⃝🦜Gong Li
senyamannya kamu aja
Amie Layli
ceritanya bagus,lucu,pokoknya bikin ngakak tiap baca per episode.🫰
Amie Layli
ngakak aku thor bacanya.
Dewi kunti
haiyo mergane kudu Ndang Ono pelampiasan🤭🤭🤭🤭repot lek ngganjel wae🙈🙈🙈
Dewi kunti
ak ttp baca tapi suedihe kui lho Ra tatanan,mosok bar desah an ro Deepika njut mripat bengep Mergo mewek
Sandra Sandra
sakit perut aku thor bacanya
Tina Ajay
gaaaas mas abhiii
dek deep udah pasrah tuhh😂
Elie Noerhasanah Iskandar
lanjut thor yg STA,🌹🌹👍
𝐙⃝🦜Wang Yibo
ternyata emang bener kok
selain kebutuhan makan sandang papan, bagi pria yg sdh beristri ohok ehek uhuk itu masuk jadi kebutuhan utama juga
selelah apapun urusan begitu harus ttp jalan kok
jare obat mumet lah, obat setressss lah, obat kesel lah, pokok obat mujarab bwt mereka, selain jurus perdamaian dunia dgn istrinya setelah war atau tegangan tinggi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!