Berkali-kali Dania memberikan pemahaman pada suaminya Alex agar hidup mandiri dan tinggal berpisah dari sang mertua,namun Alex tak pernah menghiraukannya. Sang suami enggan untuk meninggalkan kedua orang tuanya yang selalu memanjakannya dalam hal keuangan. Meskipun Alex telah bekerja,namun sang ibu masih sering memberinya uang apabila Alex membutuhkan. Hal inilah yang membuat Alex enggan tinggal berjauhan dari sang ibu tanpa memperdulikan nasib Dania yang mendapat perlakuan tak adil dari ibunya.
Hingga pada akhirnya Dania berontak karena sudah benar-benar merasa muak dengan semua hal tak adil yang diterimanya selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dania Mengambil Alih Rumah Yang ditempati Keluarga Alex
Sementara itu,tabungan atas nama Dandi Siswanto semakin bertambah. Atas perintah dari Bu Linda,setiap hari secara otomatis Cindy akan langsung mengirim setengah dari pendapatan restoran Induk. Begitu juga setengah pendapatan dari restoran cabang akan langsung ditransfer. Dan kini sudah berjalan dalam beberapa minggu.
Notaris Norman yang merasa curiga akan adanya sesuatu hal tersembunyi yang sedang dilakukan oleh Prasetyo dan keluarganya,segera membantu Dania untuk mengurus hak kepemilikannya terhadap harta yang diwariskan oleh Kakek Hendra Wangsa sesuai isi surat wasiat. Dan hari ini atas persetujuan Dania,Notaris Norman mengerahkan orang-orang suruhannya untuk segera mengambil alih rumah yang saat ini ditempati oleh Prasetyo dan keluarganya.
Orang-orang suruhan Notaris Norman berjumlah tujuh orang tiba di rumah mantan mertua Dania. Mereka dengan tegas memberikan waktu beberapa jam agar keluarga tersebut mengemasi barang-barang mereka.
"Bu Dania memberikan kami mandat untuk menyuruh kalian keluar dari rumah ini. Dan kami akan memberikan kelonggaran waktu hingga sore hari agar kalian segera mengosongkan rumah ini." Perintah salah satu orang suruhan Notaris Norman yang menjadi pemimpin.
"Bbbbaik Tuan." Ucap Sania terbata-bata karena merasa ketakutan dengan tampilan pria-pria berbadan besar. Wanita itu hanya sendirian berada di rumah bersama Bela putrinya karena sang suami Alex beserta ayah dan ibunya masih berada di restoran untuk bekerja. Beruntung Putri Sania sedang tidur sehingga anak tersebut tidak perlu ketakutan dengan keberadaan pria berotot yang dianugerahi wajah sangar.
Bukan langsung mengemasi barang-barang,Sania justru menghubungi Alex untuk memberitahu apa yang sedang terjadi. Beruntung para pria sangar sedang berada di luar sehingga Sania bebas untuk berbicara dengan suaminya.
"Ada apa Sania ? Kamu menganggu ku saja. Aku sedang banyak kerjaan saat ini." Marah Alex ketika mengangkat telpon dari istri sirinya setelah wanita itu menghubunginya beberapa kali.
"Iya maaf Mas,di rumah lagi ada orang-orang suruhan Dania yang menyuruh kita untuk keluar hari ini. Mereka hanya memberikan waktu hingga sore hari agar kita mengosongkan rumah ini." Lapor Sania dengan cepat sebelum sang suami memutuskan sambungan telpon.
"Kurang ajar! Wanita itu benar-benar sombong. Berani-beraninya melakukan semua ini." Geram Alex di seberang telpon.
"Kamu kemasi saja barang-barang semampu mu. Aku akan menghubungi ayah dan ibu. Secepatnya kami akan pulang." Ucap Alex dan segera mematikan telpon. Kemudian pria itu segera menghubungi ayah dan ibunya.
Alex terlebih dulu menghubungi sang ayah. Dan tanpa banyak protes Prasetyo mengajak Alex dan istrinya untuk segera pulang ke rumah dan mengemasi barang-barang mereka.
"Pah,kenapa kita nggak mempertahankan rumah itu. Dan setelah ini kita mau tinggal di mana. Apa kita cari kost dulu sebelum membeli rumah ?" Tanya Bu Linda dengan panik saat ketiganya sedang dalam perjalanan untuk pulang ke rumah.
Alex yang mendengar keluhan sang ibu hanya bisa terdiam. Dalam hati ia pun sebenarnya bingung harus ke mana setelah keluar dari rumah yang kini mereka tempati. Namun Prasetyo yang sudah sangat mengenal istrinya akhirnya segera berbicara agar wanita itu tak lagi cerewet.
"Tak perlu kuatir. Aku sudah menyiapkan rumah tempat tinggal jauh-jauh hari sebelum ini semua terjadi."gumam Prasetyo pelan namun masih sangat jelas di dengar oleh sang istri. Seketika wanita itu menunjukkan wajahnya penuh binar bahagia.
"Syukurlah Pah. Mama tak jadi kepikiran lagi. Berarti sekarang kita harus bersiap-siap untuk pindah ke rumah baru." Kini Bu Linda tampak antusias dengan pengusiran yang terjadi saat ini di rumahnya. Wanita itu tampak begitu senang memikirkan rumah baru.
Tiba di rumah,Prasetyo beserta seluruh anggota keluarganya bergotong royong mengemasi semua barang-barang yang mereka miliki. Setelah selesai,tanpa banyak bicara keluarga tersebut meninggalkan rumah yang sudah mereka tempati dalam beberapa tahun. Ada rasa tak rela yang dirasakan oleh Prasetyo dalam hatinya mengingat rumah yang kini diambil alih oleh Dania adalah milik orang tuanya. Namun kini ia tak bisa berbuat apa untuk mempertahankan hal berharga tersebut karena saat ini dirinya tak memiliki kuasa yang kuat untuk melawan Dania.
"Huh! Ternyata tak sebesar rumah kita." Sungut Bu Linda setelah tiba di rumah baru mereka. Wanita itu sungguh tak terima dengan keadaan rumah yang kecil dan tak sebagus di rumah lama mereka.
"untuk sementara gunakan saja dulu rumah ini sampai tabungan kita yang berada di tangan Dandi semakin banyak. Lagi pula kita juga memiliki aset lain yang bisa kita jual. Akan tetapi kita harus menjual aset tersebut terlebih dulu." bujuk Prasetyo pada sang istri.
"Dasar sialan si Dania itu. Semuanya ia ambil alih. Wanita serakah. Jika bertemu dengannya aku akan menjambaknya." Gerutu Bu Linda penuh emosi. Prasetyo yang mendengar perkataan sang istri hanya bisa terdiam. Ia malas meladeni perkataan istrinya yang semakin menjadi-jadi jika terus mendapat respon.
"Bu,silahkan tata barang-barang yang baru saja kita bawa. Papa ingin keluar sebentar sambil membeli keperluan untuk makan." ujar Prasetyo pada sang istri.
"jangan lama-lama Pa,malas banget sendirian di sini."ucap Bu Linda.
"iya,aku hanya keluar sebentar." ucap Prasetyo dan segera keluar meninggalkan rumah.
Bu Linda yang merasa bosan dan tak ingin capek,segera berteriak memanggil Sania.
"Saniaaa,cepat kemari." panggil Bu Linda.
"iya Bu." sahut Sania dan dengan tergesa-gesa menghampiri ibu mertuanya.
"Ini,kamu rapikan semua dan tata sesuai tempatnya masing-masing. Dan ingat harus benar-benar rapi." perintah Bu Linda pada sang menantu.
"iya Bu." jawab Sania tak banyak bicara dan langsung mengerjakan apa yang diperintahkan oleh mertuanya itu dengan cepat. Apalagi setelah ini ia harus merapikan barang-barang miliknya bersama putrinya dan juga Alex sang suami.
Begitulah kehidupan Sania semenjak putrinya Bela diketahui oleh sang suami bukanlah putri kandungnya. Ia selalu diperlakukan seperti seorang pembantu. Sungguh kehidupan yang dijalani Sania persis seperti apa yang terjadi pada diri Dania saat dulu. Seolah karma begitu cepat menghampiri dirinya,Sania hanya sebentar merasa bahagia diperlakukan bak seorang ratu oleh Alex dan keluarganya. Dan kini ia harus mengecap rasa pahit sebagai istri yang juga tidak dihargai sama seperti apa yang pernah dirasakan oleh Dania karena disebabkan oleh dirinya yang dengan sengaja merampas semua kebahagiaan Dania.
Tak jauh berbeda dengan apa yang dialami Dania saat dulu,saat ini pula Sania pun tak lagi memiliki waktu dan uang untuk merawat wajahnya. ia terlihat sangat kusam dan tak terurus. Sehingga Alex pun tak pernah lagi mengajaknya untuk menghadiri acara formal. Sania begitu sedih dan sakit hati,namun apa boleh buat,ia terpaksa harus bertahan demi sang putri.