Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22
...****************...
Di kamarnya, Anthea hanya berbaring malas-malasan. Hari ini ia tidak masuk kelas dan sudah izin sakit. Anthea melihat-lihat gambar di buku sejarahnya, ia sudah bosan membaca novel hampir seharian.
Menjelang sore, baru lah Shenina pulang, ia bersama Aru yang ingin melihat keadaan Anthea karena gadis itu katanya tengah sakit.
“Apa Clarissa itu sudah tidak waras? Bisa-bisanya dia menamparmu,” Aru menatap syok pipi Anthea yang membengkak.
“Mungkin saja, dia kan diberi makan dengan uang haram, wajar jika dia kelainan” Sahut Shenina.
Anthea mengerutkan dahi mendengarnya, “Maksudnya?”
“Keluarga Yar Volta terkena tuduhan penggelapan dana, sampai pihak kerajaan sudah melakukan penangkapan. Berita itu menyebar dengan cepat di akademi hari ini,” jelas Aru.
Anthea terdiam sebentar, tidak mungkin semuanya tiba-tiba seperti itu. Apalagi Marquess Volta dikenal cukup dekat dengan kerajaan.
“Lalu, Clarissa?” Tanya Anthea penasaran.
“Tentu saja dia sudah pulang ke kediamannya. Mana sanggup dia menanggung malu di sini,” jawab Shenina.
Selama ini Clarissa selalu merundung orang-orang di bawahnya, ketika mendengar keluarganya mendapat masalah, gadis itu langsung kabur dari akademi. Padahal dia belum mendapat hujatan sedikitpun.
“Kira-kira apa ya hukuman untuk keluarganya,” pertanyaan itu dari Aru.
“Setauku tergantung besarnya harta yang mereka gelapkan, hukuman minimalnya sih potong tangan,”
Anthea terkejut mendengar jawaban Shenina, itu berarti hukuman yang diberikan berlaku untuk seluruh anggota keluarga yang terkena kasus.
Shenina menatap Anthea yang diam, “Keluarga Volta tiba-tiba terkena masalah, sepertinya kita terpikir hal yang sama, bukan?”
“Altair,” gumam Anthea.
Tentu saja dia sudah menebak sedari tadi.
“Tidak heran juga kalau itu perbuatan Pangeran Altair, aku rasa setimpal dengan apa yang Clarissa lakukan padamu,” ujar Shenina.
“Setimpal apanya,” Anthea memainkan jemarinya gelisah, “Clarissa hanya membuat masalah kecil denganku, tapi sekarang satu keluarganya mendapat masalah.”
“Siapa tau keluarganya memang berkorupsi, kan?” sahut Aru.
Clarissa mengangguk setuju, “Benar, sudahlah tidak usah kau pikirkan. Orang jahat memang akan mendapat karmanya,”
Tapi, Anthea tidak bisa untuk tidak memikirkannya.
***
Ketika Anthea masuk kelas hari ini, ternyata ada berita lain yang lebih menghebohkan.
Kereta kuda yang di naiki Clarissa kemarin di jegal bandit. Clarissa dan kusir yang bersamanya mendapat luka tususkan serius hingga meregang nyawa. Bahkan, tubuh keduanya di temukan di jurang terdekat.
Mendapati Altair menunggunya di depan kelas, Anthea tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya pada laki-laki itu.
“Semua yang terjadi pada Clarissa, ulah mu, kan?” Tanya Anthea langsung.
Di depannya, Altair memperhatikan wajah Anthea dengan seksama. Tangannya mengusap bekas luka yang sudah mengering di sudut bibir Anthea.
“Apa masih sakit?” Tanyanya lembut.
Anthea menggeleng, lalu menepis pelan tangan Altair, “Jawab pertanyaanku, Altair.”
Altair hanya mengedikkan bahu acuh, “Ada harga yang harus dia bayar karena telah melukaimu, Anthea.” Jawab Altair.
“Kau benar-benar melakukan semuanya?” Tanya Anthea tak menyangka, “Kami hanya berkelahi kecil, Altair. Tidak perlu menyangkut pautkan masalah dengan keluarganya. Dan, dia sampai meregang nyawa?”
Anthea bukanlah gadis suci yang akan ikhlas saja setelah di rundung, atau iba untuk membalas dendam. Tidak, Anthea hanya merasa, semuanya berlebihan sampai mengikut sertakan orang-orang yang tidak tau apa-apa.
Memperhatikan wajah Anthea yang seperti terkejut, Altair mengusap pelan sisi wajah gadisnya itu.
“Marquess Volta benar-benar melakukan penggelapan dana, Anthea. Aku tidak mengada-ngada akan itu,” Altair menjeda sebentar, “Dan tentang kematian gadis itu, semuanya hanya kebetulan, ada hutan yang harus di lewati sebelum mencapai kediaman Volta, tak ada yang dapat menebak jika ada bandit di sana,” jelas Altair.
Anthea terdiam sebentar, ia paham jika semuanya masuk akal, “Kau serius, kan?” tanya nya memastikan.
Altair mengangguk, “Tentu saja, aku hanya memanfaatkan kebetulan sehingga keluarga Marquess Volta di tangkap lebih cepat.”
Baiklah, sekarang Anthea tenang. Ia akan sedikit merasa bersalah jika kematian Clarissa adalah campur tangan Altair, meskipun selama ini gadis itu begitu jahat. Mengambil nyawa seseorang tetap saja adalah tugas Tuhan.
“Maaf, karena sudah menuduhmu,” gumam Anthea yang masih daoat didengar oleh Altair.
Altair membawa Anthea ke pelukannya, “Sekarang masalah ini selesai, tidak perlu memikirkannya lagi, Anthea.” Anthea mengangguk menuruti.
Altair sendiri mengelus surai coklat Anthea dengan lembut. Mengucapkan maaf dalam hati karena telah membohongi gadis kesayangannya ini.
Nyatanya, semua ucapan Altair adalah kebohongan. Bagi Altair, semua yang bersangkutan dengan orang yang sudah menyakiti Anthea-nya harus mendapat balasan.
Marquess Volta tidak pernah melakukan korupsi apapun, namun dalam semalam Altair dapat melayangkan tuduhan dengan bukti-bukti palsu. Altair pula yang membayar bandit untuk menyiksa Clarissa, orang yang beraninya mengangkat tangan pada Anthea.
Sedikit bonus bagi Altair, Dexter yang merupakan kerabat dekat Clarissa turut disibukkan dengan masalah keluarganya, hingga tak berada di akademi saat ini. Laki-laki itu tak akan ia biarkan muncul di hadapan Anthea lagi.
Anthea cukup menerima semuanya dengan bersih, tak memandang Altair menakutkan karena kekejamannya. Karena itu, Anthea tak akan ia biarkan mengetahui kegelapannya, gadis itu cukup tau kalau Altair sangat mencintainya.
***
tbc.