"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?"
.....
"lo yakin itu manusia? kenapa bungkuk begitu? dagu sama lutut aja sejajar anjir!"
"jangan ngomong kasar disini, bego lu," maki sintia.
"sorry sorry gue lupa,"
.....
"woy woy saki kesurupan anjir pasti gara gara ngomong kasar dia!" teriak sintia.
"lah lo barusan?"
"omg!!!! gak gak gue gak sengaja," teriak sintia histeris.
....
"gue mau pulang, gue mau pergi dari sini," tangis maya sambil bersembunyi di balik pohon beringin.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 7
Farel berdiam diri di pos kamling desa, ia terus menghisap rokok yang ada di tangannya sembari melamun. Hujan juga masih turun rintik rintik menemani kegelisahan farel.
"loh mas, kenapa disini?" tanya seorang pria yang melintas.
"eh ini mas tadi habis jalan jalan malah hujan, masnya mau kemana?"
"ini mau pulang, ayo bareng saya aja udah malam loh. Saya lewat rumahnya mbok indri kok," ajak pemuda itu.
"eh gak perlu mas saya udah minta jemput temen saya kok, masnya bisa pulang lebih dulu," tolak farel tak enak.
"ealah yaudah kalau gitu.... Masnya namanya siapa?"
"saya farel mas, mas sendiri namanya siapa?"
"saya doni, kalau gitu saya duluan ya mas. Cepet cepet pulang sudah malam mas, takut bertemu yang aneh aneh," peringat doni.
"iya mas makasih ya," farel melihat punggung doni yang kian menjauh dan menghilang di kegelapan malam. Dari dulu ia memang tak pernah takut akan malam, mau jam berapapun dan dimanapun ia tak pernah takut. Ia punya prinsip jika setan itu tidak ada dan ia bisa berkelahi jika ada orang yang berniat membegalnya.
"ada apa sih? Ketakutan amat, santai aja gitu lohh... Cuma malam ini bukan perang," gumam farel geli.
"pulang lah, gada kopi juga... Males banget kalau ngrokok gada kopinya," farel mulai berlari kecil agar cepat sampai karena hujan makin lebat lagi.
Sampai di daerah rumah mbok indri, farel berhenti sejenak di balik pohon untuk mengatur nafasnya. Saat akan melangkah maju dan melihat kedepan ia kaget setengah mati karena melihat penampakan pria bungkuk yang duduk merenung di depan pintu rumah. Ia tiba tiba merinding saat melihat bentuk tubuhnya, "anjing itu bisma pasti,"
Dengan segera ia berlari berlawanan arah sebelum bisma melihatnya, farel bertekad tak akan pulang sebelum pagi datang.
"rumah mana ya aduh cap cip cup aja lah," ucap farel takut dicampur waspada, ia terus melihat sekitar agar aman.
"assalamualaikum pak buk, saya farel pak buk... Boleh saya bertamu?" tanya farel di depan pintu rumah seseorang.
Tak lama pintu rumah di buka sedikit, "kenapa mas? Sudah malam kayaknya gak bagus kalau bertamu di rumahku,"
"anu... Aku gak bisa pulang ke rumah mbok indri, ada bisma disana aku takut. Aku gak bisa masuk," jelas farel gugup.
Dengan segera wanita itu menarik tangan farel untuk masuk ke dalam dan menguncinya rapat rapat, "dia gak ngikutin sampean kan mas?"
"enggak, dia gak lihat aku tadi. Tapi tetep aja aku gak mungkin bisa masuk kesana kan,"
"yaudah ayo aku anter kebelakang dulu, sampean bersih bersih badan dulu. Kakinya juga kotor,"
"nama kamu siapa? Aku farel,"
"namaku nirmala, jangan berisik ya mas. Aku cuma tinggal sama adikku, dia lagi tidur.... Aku juga takut kalau ada orang yang denger suaramu di sini,"
"iya, makasih ya,"
Setelah membersihkan diri, farel duduk didepan perapian yang di gunakan untuk memasak. Lebih tepatnya dapur tanah liat, ia menunggu nirmala yang tengah menyiapkan makanan dan minuman untuknya, "gak perlu repot repot la, aku bisa masuk kesini udah bersyukur banget kok," ucap farel sedikit berbisik.
"gak papa mas, semoga kamu masih nafsu makan,"
Mendengarnya membuat farel kembali mengingat bisma, ia benar benar syok saat melihatnya. Apa yang di bilang dewi tak separah itu, lebih parah kenyataannya. "nirmala, katanya bisma nikah sama mbok indri biar sembuh? Tapi kenapa gak sembuh sembuh?"
Nirmala meletakkan makanan dan minuman farel di atas meja makan, "makan dulu mas, nanti aja ceritanya,"
......................
"maya, saqi gimana dong kok kalian biasa aja sih!"
"ya gue harus gimana sin? Mau keluar juga gak di bolehin sama mbok indri, di telfon si farel juga gak di angkat. Terus yang salah siapa? Kan lo yang tadi sama dia, kenapa biarin dia pergi dongo padahal udah sore," ucap maya tak peduli.
"ishh dia bilang mau beli rokok aja kok, kalau kenapa kenapa di jalan gimana?"
"ya masalahnya kita gak boleh ada yang keluar sin, kita mau gimana? Mbok Indri kan udah bilang buat kita gak keluar malem atau pulang malem. Semua pintu di kunci dan kuncinya di bawa mbok indri, terus gimana? Kalau pun nanti farel pulang juga gue gak yakin dia bisa masuk,"
"ishh mbok indri tu ngatur banget sih, bikin susah aja!" kesal sintia.
"heh jangan nyalahin orang!"
"udah udah kalian ini malah berantem mulu, intinya kita gak bisa cari malam ini. Berdoa aja semoga farel itu baik baik aja dan ya mungkin aja farel tidur di mushola,"
"ya tapi kan kita gak tau, kalau dia kesusahan gimana di luar?" rengek sintia.
"astaga, gini ya sin.... Kita semua khawatir, tapi kita gak punya pilihan selain berdoa. Lo mau keluar? Silahkan bilang ke mbok indri, jangan apa apa lo nyalahin gue sama saqi karena kita kayak gak peduli,"
"ya nyatanya emang kalian gak peduli kan?"
"udah udah, berantem mulu. Udah may lo ke kamar aja, katanya pusing tadi, lo istirahat aja sana,"
Dengan malas maya beranjak dari tempat duduknya dan masuk ke dalam kamar, ia juga khawatir jika terjadi sesuatu di luar yang membuat farel kesusahan atau dalam bahaya. Namun ia tak bisa melakukan apa apa karena di batasi.
......................
Baru dua kali suap, farel sudah berhenti mengunyah, matanya memerah dan terasa berkeringat seluruh tubuhnya, "mala..."
Farel dengan segera berlari ke kamar mandi, ia tiba tiba muntah muntah dan merasa lemah, "huekk....."
"mas kenapa?" tanya nirmala panik.
Setelah membersihkan bekas muntahannya, farel kembali duduk di meja makan. Ia merasa tubuhnya bermasalah, "kayaknya aku masuk angin,"
"mau aku kerokin mas? Aku bikinin teh jahe ya," tawar nirmala.
"gak perlu di kerokin kok la," tolak farel malu, karena apapun yang terjadi orang tidak akan tau namun ia tau malu. Bisa saja nanti dirinya malah kebablasan memanfaatkan kebaikan nirmala.
Haduhh kenapa nirmala ini baik banget sih....
"yaudah aku buatin teh jahe dulu, sampean tiduran di amben sana ya... Gak ada kasur lagi soalnya,"
"iya, makasi ya la," sambil berpegangan pada dinding ia berjalan menuju amben yang dimaksud. Ia berbaring sambil berusaha menutup matanya, ia masih terbayang-bayang bentuk tubuh bisma yang menakutkan.
"aduhh kenapa gak bisa lepas sih pikiran ini, kenapa juga gue tadi kaga pulang pas masih sore. Kenapa gue gak dengerin sintia sih, kalau gini gue jadi rugi sendiri deh. Maya kira kira khawatir gak ya sama gue? Harusnya iya sih, tapi tadi dia habis marah marah sih. Tapi harusnya dia tetep khawatir dong kalau gue gak balik, liat besok ahh..." gumam farel.
"ini mas," ucap nirmala mengejutkan.
"ehh iya iya, makasih ya. Malam ini aku numpang disini ya?"
"iya mas, sampean tidur disini nanti aku temenin karena lagi sakit,"