Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ide cerdik Delia
Di ruang tamu Santi nampak berbincang akrab dengan seorang pria yang tak lain adalah Sapto, pria berusia 38 tahun yang bahkan usianya lebih tua dari Santi.
Sapto memang dikenal pria yang suka menggoda para gadis-gadis muda di kampungnya. Namun tidak dengan Delia karena gadis itu sama sekali tidak tertarik dengan Sapto. Meski berulang kali Sapto menawarkan barang-barang mewah pada Delia, Delia sama sekali tidak menggubris.
Hal itulah yang membuat Sapto semakin penasaran dengan Delia, ia sampai mendatangi rumah Delia dan langsung melamarnya.
Tentu Santi tidak menerimanya begitu saja, ia mengajukan beberapa permintaan yang tak masuk akal.
Bagi Sapto harta bukanlah apa-apa, sebagai pebisnis sukses ia akan memberikan apapun permintaan Santi demi bisa mendapatkan Delia.
Kepada Sapto, Santi terlihat ramah dan juga murah senyum berbeda saat ia memperlakukan Delia dan juga bapaknya. Santi bahkan sangat tunduk dan patuh kepada pria itu.
"Saya sudah mengeluarkan banyak uang untuk membawa Delia kembali, sekarang tugas kamu hanya perlu menjaganya, jangan sampai dia kabur lagi," tukas Sapto. Dengan santainya ia menyesap puntung rokoknya sambil mengangkat satu kakinya.
"Kamu tenang saja, saya akan menjaga Delia selama 24 jam penuh," ucap Santi dengan penuh semangat.
"Satu lagi, kamu jangan sampai bikin dia tergores ataupun terluka sedikit pun. Kalau sampai aku tau, kamu yang akan terima akibatnya."
"Iya.. Iya.. Saya paham kok. Ngomong-ngomong uang yang kamu janjikan sama saya mana?"
Sapto tertawa remeh, lalu ia menoleh ke arah anak buahnya. Paham dengan apa yang Sapto minta, anak buahnya itu langsung menyerahkan sebuah koper kecil di atas meja.
Begitu dibuka, Santi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia bahkan sudah melotot dengan mulut yang terbuka lebar.
"Gunakan uang ini untuk mempersiapkan pernikahan saya dan Delia. Sisanya akan saya berikan begitu kita sudah resmi menjadi sepasang suami-istri."
Mata Santi sudah berbinar-binar, lalu ia mencoba menyentuh uang itu. Menghirup aroma uang yang benar-benar membuatnya candu, candu akan keserakahan dan juga kegerlapan dunia.
"Saya pastikan Delia akan menjadi gadis tercantik saat pernikahan kalian tiba," ucap Santi sambil tertawa riang.
***
Santi benar-benar tidak memberi kesempatan pada Delia untuk bergerak bebas. Bahkan untuk makan pun Santi rela untuk menyuapinya. Apalagi di luar kamarnya juga dijaga ketat oleh dua anak buahnya Sapto.
Apakah Delia harus pasrah dengan nasibnya, tidak. Delia bukan gadis yang mudah putus asa.
Delia terdiam sambil memikirkan ide yang bagus untuk bisa kabur dari tempat itu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, lalu mata Delia tertuju pada sebuah ponsel yang di letakkan di atas meja nakas.
Delia tersenyum, setidaknya Tuhan tidak benar-benar meninggalkannya.
Perlahan Delia menggeserkan tubuhnya, meskipun tangannya terikat dengan ranjang, namun kaki Tania masih bisa bergerak bebas. Beruntung posisi nakas itu tidak terlalu jauh, jadi jika ia berusaha lebih keras, ia pasti bisa meraihnya.
Setelah menggeser-geser kakinya, akhirnya kedua kaki Delia berhasil menyapit ponsel itu. Lalu ia tak kehabisan akal, kini ia sudah menjatuhkan ponselnya diranjang dan dengan bantuan tubuhnya Delia menggeser ponsel itu hingga sekarang berhasil ia simpan di bawah bantalnya.
"Aduhh.. Tolong... Perutku sakit..." teriak Delia dengan suara lirih.
Tak lama dua penjaga itu masuk untuk memeriksa keadaan Delia.
"Tolong.. Lepasin tanganku sebentar, perutku sakit.."
Dua pria itu terlihat saling memandang, mencoba memikirkan tindakan apa yang harus mereka lakukan.
"Aku udah nggak kuat." Delia menangis tersedu- sedu dan tak lama Santi ikut masuk.
"Kamu kenapa?" tanya Santi sambil mencoba menelisik wajah Delia, ia tentu harus waspada pada gadis cerdik itu.
"Perutku sakit... Aduh.."
Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Santi melepaskan ikatan tangan Delia. Dan Delia berpura-pura memegangi perutnya usai tangannya bebas.
"Tolong ambilin aku air," lirih Delia.
Santi hanya bisa menurut, wanita itu segera keluar untuk mengambilkan air.
Lalu pandangan Delia beralih kearah dua bodyguard yang masih berdiri disana. "Tolong carikan aku minyak angin, ada di laci itu," ucap Delia sambil menunjuk sebuah laci.
Dua pria itu segera mencari apa yang diminta Delia dan ketika mereka semua lengah, Delia menyelipkan ponselnya ke saku celananya.
Tak lama Santi masuk sambil membawa air minum, lalu ia memberikannya pada Delia.
Dengan cepat Delia menegak minuman itu, tak banyak hanya beberapa teguk saja.
"Aku mau ke toilet, boleh nggak?" Delia terdiam sejenak. "Kamu bisa nemenin aku kalau emang kamu takut aku kabur?"
Santi yang dilanda kebimbangan lalu membantu memapah Delia menuju ke toilet. Akting Delia benar-benar luar biasa.
Di dalam toilet, Delia segera menghubungi nomer Anna. Hanya dia satu-satunya orang yang terpikirkan oleh Delia.
"Tolong selamatkan aku, aku dikurung ibu tiriku dan dipaksa menikah dengan orang yang tidak aku suka."
Setelah mengirim pesan itu, Delia mengirimkan lokasi dirinya melalui aplikasi google maps.
Delia mengambil napas panjang usai memainkan sandiwaranya. Ia juga memohon pada Tuhan agar Anna bisa datang menyelamatkannya.
***
Di tempat lain, Devan mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja sambil memikirkan ucapan Anna.
"Oke.. Kita akan kesana malam ini."
"Baik Tuan."
Anna membungkukkan badannya sebelum keluar dari ruangan Devan. Di tengah jalan Anna berpapasan dengan seorang wanita setengah baya dengan penampilan yang glamour dan elegan.
Anna dengan sopan segera menghadang wanita itu. "Maaf Nyonya.. Apa ada yang bisa saya bantu?"
Wanita bernama Margaretha itu memutar bola matanya dengan sinis sambil membuang napas jengah. "Kamu nggak liat saya ini siapa?"
"Maaf Nyonya, Tuan Devan sedang tidak bisa diganggu."
"Halah... Minggir!"
Wanita itu mendorong tubuh Anna hingga Anna hampir kehilangan keseimbangan. Jika sudah begitu maka tidak ada yang bisa Anna lakukan. Ia hanya akan mengekor di belakang Margaretha dengan panik.
Ceklekk
Devan yang melihat kedatangan mamanya sudah tak terkejut lagi, karena wanita itu memang tidak bisa dihentikan oleh siapapun. Sementara Anna yang berada di belakang Margaret hanya bisa memohon maaf dengan cara membungkukkan badannya, lalu dengan gerakan tangan Devan akan menyuruh Anna untuk keluar.
"Kenapa sih nelpon kamu itu susah banget, apa harus begini biar mami tu bisa ngomong sama kamu," ucap wanita itu.
"Devan sibuk mi," ucap Devan singkat, pria itu berpura-pura menyibukkan diri dengan layar laptop di depannya.
"Devan.. mau sampai kapan kamu menghindar, Monic itu satu-satunya wanita yang sebanding dengan kita. Nggak ada yang lain."
"Mami pikir Monic mau menikah sama Devan. No mi! Monic udah punya dunianya sendiri." Devan menyanggah dengan penuh keyakinan.
"Tapi kalian nggak bisa nolak, orang tua Monic juga udah setuju. Dengan atau pun tanpa persetujuan kalian, kita udah sepakat."
"Devan udah punya calon sendiri."
Margaret terbelalak, ia sampai mengerjapkan matanya beberapa kali mencoba mencari jawaban dari mimik muka Devan.
"Sejak kapan, dunia kamu itu cuma kerja kerja dan kerja. Gimana kamu bisa punya waktu untuk pacaran."
"Lusa Devan akan bawa wanita itu kehadapan mami, jadi mami stop untuk bahas Monic."
"No, kita-"
"Anna kamu bisa masuk dan suruh Mami untuk keluar."
Anna yang sudah standby di depan pintu segera masuk. Sementara Margaret hanya bisa mengepalkan tangannya sambil menatap Devan dengan penuh amarah.
BERSAMBUNG...
Haii.. Ini karya kedua author ya, jangan lupa untuk suport aku terus..
Terimakasih
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭