Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 7 - 7 Hari Melihat Rayden
"Sebaiknya perceraian kalian segera di urus, seminggu selesai kan? selama itu tetap tinggallah di rumah ini," ucap Sofia, berbicara pada Alex lalu Jia.
Alex menganggukkan kepalanya kecil, sementara Jia tidak memberikan respon apa-apa, masih sekuat tenaga menahan air mata agar tidak sampai tumpah.
Hatinya masih terpukul, mengetahui jika nanti dia akan berpisah dengan sang anak. Jia tahu, Jia sadar betul jika semua ucapan sang ibu mertua itu benar, semua memang demi kebaikan Rayden, namun tetap saja, hatinya terasa begitu sakit dan tidak terima.
Setelah tidak ada lagi pembicaraan, Sofia dan Jia meninggalkan ruangan itu.
"Cuci wajahmu sebelum mengucapkan selamat malam pada Rayden, jangan buat anakmu melihat kamu terus menangis seperti ini," ucap Sofia, setelah dia dan Jia berada di depan ruangan Alex, setelah dia menutup rapat pintu ruang kerja sang anak.
"Aku bukan ingin memisahkan kalian, tapi pikirkanlah nasib Rayden. Tega kamu melihat Rayden hidup kesusahan bersama mu nanti? kalau hidupmu enak sih tidak masalah, tapi kamu tau sendiri, orang tua mu bahkan meninggal tanpa menyisahkan harta sedikit pun untukmu."
Jia kembali menangis, semua ucapan Sofia selalu berhasil membuatnya terus meneteskan air mata.
Dan Sofia kesal sekali tiap melihat Jia menangis seperti itu.
Tanpa banyak kata lagi, Sofia segera pergi lebih dulu untuk menemui Rayden sebelum sang anak tidur malam.
Dan Jia masih terpaku di sana, menyentuh dadanya yang terasa begitu sesak.
Hanya 7 hari, hanya 7 hari waktu yang dia punya untuk bisa bersama dengan sang anak.
Membayangkannya saja, sudah membuat Jia hancur lebur.
Dengan langkah kakinya yang lemah, Jia menuju kamarnya yang ada di lantai 2. Jia mencuci wajahnya, berulang kali menata emosi agar nanti tidak kembali menangis saat melihat Rayden.
Dirasa cukup, Jia pun keluar dan menuju kamar sang anak. Di sana sudah tidak ada Sofia, masih ada Ina yang sedang membaca kan buku dongeng.
Tahu Jia datang, Ina pun langsung bangkit dari duduknya dan mempersilahkan Jia untuk duduk.
"Nyonya, anda ingin membacakan dongeng untuk tuan muda Rayden?" tanya Ina dengan sopan dan Jia tersenyum seraya mengangguk kecil.
"Ya Mommy, aku ingin Mommy yang membacakannya," pinta Rayden pula, dia yang sudah berbaring di atas ranjang bahkan langsung bangkit dan menyentuh tangan ibunya.
Ingin ibunya tetap tinggal dan membacakan dongeng.
"Baiklah, malam ini Mommy akan membacakan dongeng untuk Rayden," ucap Jia, berbicara dengan semangat, seperti saat Rayden berucap tadi.
"Ye!! aku akan tidur!" ucap Rayden antusias.
Biasanya, Sofia tidak pernah mengizinkan Jia untuk melakukan ini. Kata Sofia biar Ina yang melakukannya.
Tapi malam ini Jia tidak ingin menurut, malam ini dan 7 hari ke depan, dia akan terus bersama dengan sang anak.
Disaat Rayden mulai berbaring, Jia mengambil buku dongeng yang diberikan oleh Ina. Sementara Ina langsung keluar memberi kesempatan ibu dan anak itu berdua.
Dengan suaranya yang lembut dan menenangkan, Jia mulai membacakan dongeng.
Cerita itu tentang si kancil yang cerdik, namun Rayden mendengarnya seperti kancil itu sedang bersedih.
Suara sang ibu begitu lirih, sesekali Rayden bahkan mendengar suara ibunya yang bergetar menahan tangis.
"Mommy, malam ini tidurlah disini, aku akan memeluk Mommy semalaman," ucap Rayden.
Sebuah ucapan yang akhirnya membuat air mata Jia kembali tumpah. Dia mengutuk dirinya sendiri, yang terus menangis di hadapan sang anak.
"Maafkan Mommy Rayden, mommy cengeng sekali. Rayden tidak boleh seperri Mommy ya, Rayden harus jadi anak yang kuat," ucap Jia dan Rayden menganggukkan kepalanya.
Setelahnya Rayden menarik sang ibu agar ikut berbaring dengan dia. Malam ini, ibu dan anak ini tidur dengan saling memeluk erat.