Seorang pria muda yang sedang menunggu interview dan seraya menunggu panggilan, dia memilih meluangkan waktunya untuk menjadi driver ojek online, tapi pria yang bernama Junaidi ini cukup apes dan apesnya ini bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali.
Singkatnya, pada malam itu pria muda tersebut tengah terburu-buru untuk mengantarkan pesanannya, tanpa sengaja, dia menyerempet nenek tua yang sedang menyebrang jalan.
Bukannya menolong, dia justru acuh tak acuh dengan alasan takut diberi bintang satu jika terlambat datang.
Namun, siapa sangka kalau nenek yang dia serempet bukanlah sembarang nenek dan setelah malam itu, mata batinnya terbuka. Inilah KUTUKAN SEMBILAN PULUH SEMBILAN HARI yang harus Junaidi terima.
Cerita ini merupakan karya fiksi murni. Nama tempat, kejadian dan karakter yang disebutkan tidak memiliki koneksi dengan kenyataan dan hanya untuk tujuan kreatif semata ditulis oleh Tsaniova.
Jam Update pukul 9.00 pagi dan malam pukul 19.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanpamu Aku Bisa Gila
Junaidi merapikan anak rambut Melati, dia menatapnya teduh, layaknya seorang kekasih pada wanitanya dan saat itu, Melati membuka mata.
Deg! Perasaan apa ini, Melati merasa malu, sayangnya hatinya sudah tidak lagi berdetak, namun tetap bisa merasakan getaran yang dia rasa.
Tak tahan dengan perasaannya sendiri membuat Melati menembak Junaidi lebih dulu. "Ngapain malu, toh aku bukan manusia," kata Melati dalam hati.
"Bang." Melati memanggilnya lirih dan yang dipanggilnya itu menjawab dengan menaikan dua alisnya.
"Kita pacaran, yuk!" ajaknya, Melati terdiam, dia masih memperhatikan Junaidi yang sekarang sedang mesam-mesem.
"Apa yang lucu?" tanya Melati seraya merubah posisinya menjadi duduk dan saat itu juga, tangan Junaidi melingkar di pinggangnya, pria tinggi tegap itu meletakkan dagunya di bahu Melati, membuat wajah mereka begitu dekat.
Hantu yang tengah tersipu malu itu mencoba melepaskan tangan kekar Junaidi dari pinggangnya. Tapi, pria itu semakin erat memeluknya. "Katanya kita pacaran, kenapa mau lepas?" tanya Junaidi dengan berbisik di telinga Melati.
"Iya, pacaran. Berarti kita menjalin hubungan, bukan berarti harus begini, kan?" tanya Melati dan sekarang, dia menghilang, tiba-tiba saja sudah berdiri di tepi ranjang, menatap Junaidi yang terlihat kesal.
"Mentang-mentang bisa ngilang, ngilang aja terus," gerutu Junaidi seraya turun dari ranjang. Dia meraih tangan Melati, menariknya membuat hantu itu duduk di sampingnya.
"Ok, lu harus tanggungjawab sama gua, kita pacaran sekarang dan jangan coba-coba lari dari gua kalau lu nggak mau lihat gua gila." Junaidi pun mengecup punggung tangan yang terlihat pucat itu.
"Ada juga aku, Bang. Abang manusia, pasti nikahnya sama manusia, kan? Lalu, gimana nasib aku?" tanya Melati, dia menarik tangannya dan yang terjadi adalah, Junaidi memeluknya.
"Kita jalani saja seperti ini, apa adanya!" jawab Junaidi.
****
Di depan kamar kos, Rumi dan Sami saling tatap. "Gawat, gimana kalau Juna beneran gila?" tanya Sami dan Rumi menjawab dengan menggeleng.
"Ini salah gua, ngapain gua ajak Juna kerja ke kantor, udh tau anak itu naif!" Rumi menggerutu..
Sekarang, Sami mengajak Rumi ke kamarnya yang ada di lantai atas. "Gimana, Rum. Masa kita biarin dia tersesat, sih?" tanya Sami seraya membuka pintu kamarnya.
"Apa diem-diem kita obatin dia, Sam? Kita bawa Juna ke rumah ruqyah?" tanya Rumi, dia melepas jaketnya dan meletakkannya ke kursi.
"Tapi, kasian nggak, sih? Seenggaknya dia harus siap buat kehilangan Melati, Rum. Gimana kalau kita bicarakan dulu baik-baik, kalau nggak mempan kita kasih tau ibunya," timpal Sami, dia mengeluarkan rokoknya dari saku jaketnya dan mulai menyulut rokok tersebut.
"Terus, gua tidur dimana malam ini? Masa sekamar sama setan, sih? Ogah banget, gua!" Rumi mengeluh dan Sami tak menanggapinya, dia fokus dengan ponselnya, membalas chat teman wanitanya yang baru dia temui di kafe tadi.
"Semua orang pada kasmaran, gua doang jomblo!" Rumi menjatuhkan dirinya di ranjang dan tak membutuhkan waktu lama, dia sudah terlelap.
****
Esok paginya, Junaidi dan Melati sudah berada di depan gerbang kampus. "Eh, Bang. Kita ngapain di sini?" tanya Melati seraya menatap bangunan tersebut.
"Gua dapat kerjaan, bayarannya lumayan, ngusir setan di sini," jawab Junaidi, dia memperhatikan Melati dari kaca spionnya.
Setelah itu, dia segera gegas menemui pemilik kos yang baru dan melihat-lihat kamarnya. Kali ini, Junaidi berpikir untuk sedikit hati-hati, tak mau terulang diusir dari kamar sewanya lagi, dianggap gila dan mengganggu.
Lalu, Junaidi menoleh, dia menatap Melati yang sedari tadi dia gandeng, bertanya melalui sorot matanya dan Melati menjawab kalau dia menyukai kamar kos barunya.
"Aku suka, lebih lagi nggak ada yang mengganggu," jawabnya.
"Ok, gua ambil, Bang," kata Junaidi dan sekarang dia membayar untuk uang sewanya.
Karena semalam terus begadang membuat Junaidi mengantuk, dia pun menjatuhkan dirinya di ranjang, memejamkan mata dengan Melati yang terus mengusap lembut rambut hitam pria tampan tersebut.
Dua jam kemudian, Junaidi mendengar ponselnya yang berdering, dia mendapatkan panggilan dari kampus yang memberitahunya kalau ada salah satu dari mahasiswanya yang kesurupan.
"Gimana, sih. Katanya udah aman, kenapa malah ada yang kesurupan?" tanya rektor pada satpam yang sedang berjaga, mereka membawa gadis berpakaian kasual itu ke ruangan UKS, mereka memperhatikan gadis itu yang sekarang berada di kolong brangkar.
Dengan terus tertawa cekikikan, gadis itu menunggu yang namanya Junaidi. "Mana, mana! Hihihiiiii!" teriaknya dan saat tertawa persis seperti kuntilanak.
Tidak lama kemudian, Junaidi dan Melati sudah sedang berjalan di lorong kampus, beberapa hantu yang ilmunya cetek hanya bisa melarikan diri saat melihat pria itu datang, tak mau berurusan. Kuntilanak merah dan hantu muka hancur saja bisa dikalahkannya dengan mudah, apalagi mereka yang sama sekali tidak memiliki ilmu lebih.
Setibanya di ruang UKS, Junaidi langsung mendapatkan tubuh gadis yang semula bersembunyi di kolong itu melayang ke arahnya.
Brak! Dia menabrak pintu karena saat itu, Junaidi berhasil menghindarinya.
Tentu saja, hantu tersebut sedikit merasa pusing dan kening gadis itu memar dibuatnya.
Melihat prianya diganggu membuat Melati menjadi geram. Dia pun menjambak hantu yang berada di dalam tubuh gadis itu, menariknya sampai keluar.
"Siapa kamu gangguin pacar aku, hah!" bentak Melati seraya melemparnya keluar jendela dan secepat kilat, hantu itu sudah kembali ke ruang UKS dan pertempuran sengit terjadi di sana membuat meja dan kursi saling beterbangan, pintu dan jendela yang terbanting dengan sendirinya.
Melihat itu semua membuat rektor dan satpam memilih keluar, dia mempercayakan ini semua pada Junaidi yang terdiam, mematung, memperhatikan betapa berani dan tangguhnya Melati melawan hantu itu.
"Bubar, bubar!" kata Rektor dan satpam pada mereka yang berkerumun di depan ruang UKS, rasa penasaran yang membuat mereka berkumpul, ada beberapa dari mereka yang merekam. Tapi, rektor dan jajaran pihak kampus tak ingin gosip ini tersebar luas, toh masalah perhantuan ini akan segera berakhir di tangan Junaidi.
Mereka ketahuan merekam pun dipaksa menghapusnya dan mengancam akan mengenakan sanksi bagi mereka yang menyebar luaskan kabar buruk ini.
Sementara itu, hantu kribo yang dijambak Melati itu meminta ampun. "Ampun, ampun, saya kalah!" ucap hantu bermata hitam itu seraya berlutut di kaki Melati.
Sekarang, Melati melemparnya ke kaki Junaidi, membiarkan pria itu mengambil putusan akhir.
"Masih mau ganggu di sini?" tanya Junaidi dan hantu yang sudah babak belur oleh Melati itu menjawab dengan menggeleng.
"Lagi pula, kami datang ke sini bukan tanpa alasan, kami diundang dan tak mau kembali, kami betah di sini," jawab hantu itu, dia berkata jujur dan Junaidi pun menatap Melati, sedangkan yang ditatap itu mengedikkan bahunya.
"Siapa yang ngundang kamu? Apa tujuannya?" Junaidi bertanya dan perempuan berpakaian serba putih dengan bibir juga kantung mata yang menghitam itu menunjuk pada gadis yang terkapar di bawah brangkar.
Semua melihat ke arahnya dan bertanya-tanya dalam hati, kenapa dia memanggil para hantu ke kampusnya.
Junaidi yang ingin bertanya lebih itu menghela nafas saat sosok hantu jahil itu ternyata sudah melarikan diri.
Lalu, Junaidi memberikan gadis itu untuk diinterogasi pihak kampus. "Kasus selesai, jangan lupa bayarannya, Pak. Saya tunggu. Kalau masih ada gangguan, saya akan mengusir hantu-hantu tersebut dengan percuma, garansi lima kali usir lagi," kata Junaidi pada rektor.
Pria yang sedang duduk di kursinya itu mengeluarkan uangnya empat juta rupiah dari lacinya, memberikannya pada Junaidi. "MasyaAllah, rasanya ingin alih profesi kalau bayarannya selalu menggiurkan seperti ini," gumam Junaidi dalam hati.