🥉 Juara 3 YAAW Priode 3 2024 Genre Pria
"Jangan bunuh aku, tidaaaaak."
Crassss.
Kepala jatuh menggelinding dari anak nya ketua kampung yang baru menikah, sejak saat itu setiap malam purnama maka akan selalu ada korban yang jatuh, banyak nya korban dengan bentuk sama membuat wanita sakti bernama Purnama juga di curigai oleh banyak orang.
Benarkah bila Purnama si wanita ular kembali di jalan yang sesat?
Benarkah bila kata orang dia kembali kejalan sesat untuk menyempurnakan ilmu nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Semua tau
Pak Darto syok bukan main melihat anak nya terbaring di ranjang dengan keadaan tubuh sudah tidak punya kepala, istri nya pingsan melihat sang anak yang remuk begini. jangan kan orang tua nya, warga lain saja merasa kasihan dan tidak sanggup melihat jasad nya Fira yang sangat mengenaskan sekali keadaan tubuh nya.
Seperti biasa bagian kepala sudah lepas dari raga dan jantung tidak ada di badan, dada nya Fira koyak lebar menampakan organ dalam nya yang merah akibat darah. kasur dan seprai juga sudah tidak berbentuk lagi, karena semua nya berantakan sekali keadaan barang yang di pakai untuk tidur nya si korban.
Membayangkan mungkin saja saat Fira sedang tidur pulas di buai mimpi karena mau jadi calon pengantin, mendadak leher di potong sehingga mati lah sudah gadis tersebut. polisi juga sudah datang untuk mengamankan tkp, namun warga sudah malas karena tidak percaya pada tindakan polisi yang menurut nya hanya itu itu saja.
Fira sudah korban kesepuluh yang di bantai oleh pembunuh misterius, hampir tiga bulan lama nya kasus ini sejak di mulai dari kasus Sandi dan Rea. polisi masih juga tidak bisa menangkap siapa pembunuh itu, bayaran yang di berikan juga lumayan besar, hanya sia sia saja karena tidak ada bukti.
"Ya allah kenapa anak ku harus mati begini?" keluh Pak Darto lemas.
"Firaaaaa! huaaaa, calon istriku!" Mus juga sudah ada di sana menangis.
"Tangkap pembunuh ituuu! anak ku, ya allah anak ku." Pak Darto lemas sekali rasa nya.
"Apa salah anak ku, kenapa dia harus di bunuh begini." Bu Nah memelas setelah tersadar dari pingsan nya.
"Yang sabar ya, Bu! saya pernah di posisi ini." Bu Lurah mengelus punggung warga nya.
"Aku tidak kuat, Bu Lurah." isak Bu Nah sampai sesak nafas.
"Istigfar, semoga Fira tenang di surga." bujuk Bu Lurah yang ikut menangis karena ingat akan bentuk nya Sandi kala itu.
Angga yang ada di sana mulai tidak tenang karena pikiran dia semakin yakin ini ulah nya Rizal, sebab dia mungkin saja kasihan mau membunuh Mus yang teman sejak dulu. maka pembunuhan Fira ini bisa di anggap sebagai ancaman, agar Mus tidak buka suara pada orang orang tentang rasa curiga mereka.
Bima juga satu pemikiran dengan Angga karena sekarang saja Rizal tidak menampakan diri, soal darah malam itu membuat hati Angga dan Bima sangat yakin bahwa memang Rizal lah yang sudah berbuat kejahatan dan membunuh sepuluh nyawa yang sama sekali tidak berdosa. bahkan sekarang dia juga membunuh calon istri teman nya, Mus sudah seperti orang gila.
"Dia pasti membunuh Fira sebagai ancaman untuk Mus." bisik Bima masih yakin bahwa Rizal adalah pelaku.
"Aku juga berpikir begitu, sebab hanya kita yang menuduh dia dengan bukti nyata." Angga juga setuju.
"Mari kira cari Rizal sekarang!" ajak Bima pada teman nya.
"Mau apa? kau tidak lihat jasad nya Fira, Rizal bukan orang sembarangan!" sergah Angga agak ngeri juga.
"Di mana dia mendapat ilmu begitu? astaga aku sangat tidak percaya bahwa dia bisa begini." keluh Bima.
"Kita tidak boleh juga menampakan curiga sama dia, nanti kita bisa di bantai." cemas Angga.
"Kau merasa tidak, dia membunuh pasangan bahagia atau yang mau menikah." Bima menatap wajah Angga serius.
"Benar! aku juga mulai kepikiran itu, mungkin saja dia iri karena jadi bujang tua dan sama sekali tidak punya pasangan." angguk Angga setuju.
"Tapi Pakde Nino juga bujang tua." lirih Bima pula.
"Beda cerita! Pakde Nino itu patah hati dan dia yang memang tidak mau menikah lagi, kalau Rizal ini memang tidak punya pacar alias tidak ada yang mau sama dia!" ralat Angga.
Terdiam dua pemuda ini karena memang kasus Nino dan Rizal beda, Nino patah hati setelah Sarah meninggal. sedangkan Rizal tidak pernah pacaran alias tidak ada yang mau, jadi mereka punya masalah berbeda.
"Tidaaaaaak! aku tidak mau di tinggal." Mus menjerit keras.
"Mus ingat allah, kau jangan begini." Angga langsung mendekat.
"Calon istriku! huhuhuuuu calon istriku, kenapa dia harus di bunuh?" isak Mus tak berkesudahan.
"Lapangkan dada mu, berusaha lah terima takdir yang allah garis kan untuk mu." bujuk Bima.
Mus tiba tiba saja terbangun dengan mata mendelik karena ingatan nya berputar cepat, dia menatap Angga dan Bima yang ngeri juga melihat tingkah teman nya ini. takut bila Mus kerasukan, malah nanti mereka berdua yang kena amuk setan yang merasuki tubuh nya Mus ini.
"Bapak mu benar, Bima! ini pasti ulah Purnama, dia yang membunuh orang orang ini." Mus berkata keras membuat yang lain kaget sekali.
"Ngomong apa kau, Mus?!" Bima kaget dengan ucapan teman nya.
"Kemarin kita kerumah Purnama untuk minta tolong, kata dia mau mengirim jin untuk menjaga aku dan Fira! nyata nya apa? dia pasti lah pembunuh nya." Mus yakin sekali.
"Gila kau, Mus!" Angga juga tidak percaya sekarang.
"Kalian jangan tertipu, wanita itu adalah iblis yang sudah membunuh semua orang!" Mus berkata kian keras.
"Kenapa kalian kerumah, Purnama?" Pak Lurah menatap tiga pemuda ini dengan tajam karena penasaran.
"Kami...anu! kami hanya minta tolong saja pada nya, sebab Mbak Pur kan orang yang paham banyak hal ghaib." Angga gagap sekali mau menjawab karena takut salah bicara.
"Tapi ini pasti bukan ulah dia, Rizal adalah pelaku nya!" Bima terpaksa bilang begitu.
"Rizal?!"
Semua nya jadi kaget karena malah Rizal pula sekarang yang mendapat tuduhan, Bima tidak punya pilihan lain selain membuka fakta yang sudah mereka bertiga ketahui. walau bisa di bilang itu juga masih dugaan, karena mereka tidak punya bukti nyata.
"Saat malam kami kumpul di pos, dia pergi beli tuak. namun dia pergi sangat lama sekali, setelah pulang malah ada bercak darah di leher dan baju nya." jelas Bima.
"Esok pagi nya ada penemuan mayat Arjun dan orang tua nya, Pak." Angga membantu bicara juga.
"Kenapa kalian baru bilang sekarang? anak ku sudah keburu mati, bila kalian bilang dari awal maka Fira tidak akan jadi korban!" teriak Pak Darto.
"Di mana dia biasa nya beli tuak?" tanya Pak Lurah gemetar.
"Di tempat nya Pak Sihombing, dia selalu kesana." jawab Bima.
"Nah ini ada orang nya! apa malam minggu kemarin lapo tuak Bapak banyak yang antri?" Bima mendekati Pak Hombing.
"Hanya dua orang saja, Rizal dan Samsul." jawab pak Hombing.
Angga dan Bima saling pandang dengan hati yang sudah cocok, Rizal pergi sangat lama dan dia bilang lapo tuak sedang sangar ramai sehingga sampai antri.
pagi slmat juga thor,,,semangat braktivitas
semangat juga thor.
wah .. jadi seru nih ..