Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
"Kalian semua siap?" tegas Zio pada bawahannya. Malam ini mereka akan berangkat ke lokasi pertukaran barang.
"Siap Tuan!" jawab mereka serentak.
Pasukan mereka dibagi beberapa bagian. Dan akan mengepung kawasan tersebut untuk mengantisipasi kejadian yang tidak mereka inginkan.
Zio dan Tio berangkat menggunakan satu mobil. Sedangkan dibelakang ada sebuah truk yang membawa senjata untuk di jual.
Dan bawahannya yang lain sudah berangkat terlebih dahulu menuju ke lokasi tersebut sebelum Jaydon dan orang-orangnya tiba.
"Tuan, apa kita akan berhasil?" tanya Tio tanpa menoleh karena ia sedang fokus menyetir.
Zio tidak menjawab, kemudian Tio melirik sekilas yang ternyata tuannya sedang melamun.
"Tuan!" panggil Tio.
"Hmmm, aku tidak tuli, tidak perlu berteriak seperti itu."
Tio akhirnya terdiam, ia melihat tuannya seperti tidaknya tidak bisa diajak berbicara. Tio terus melajukan mobilnya, hingga mereka tiba ditempat yang dituju.
"Terlihat sepi sekali," ucap Tio pada Zio.
"Jangan terkecoh, bisa saja ini adalah jebakan," ujar Zio sambil mengawasi sekitar.
Dan benar saja, Zio merasakan ada yang mengawasi mereka. Zio menahan tangan Tio saat hendak membuka pintu mobil.
"Kita diawasi," ucap Zio pelan.
"Ya, aku mengerti," balas Tio.
Zio dan Tio keluar dari mobil dengan perlahan. Namun saat baru keluar, Zio dikagetkan dengan suara tembakan dari arah tersembunyi.
Beruntung tembakan tersebut meleset dan tidak mengenai Zio. Zio dan Tio langsung tiarap di tanah.
"Serang...!" Terdengar suara dari arah tersembunyi. Kemudian puluhan orang keluar dari persembunyiannya dan mengepung tempat Zio dan Tio berada.
Dan juga bawahan Zio yang membawa truk berisi senjata pun ikut dikepung. Mereka mengeluarkan senjata masing-masing dan siap bertempur.
"Tuan, Tuan tidak apa-apa?" tanya Tio pelan.
"Tenang saja, aku tidak apa-apa. Sebaiknya kita lawan mereka," jawab Zio.
Suara tembakan pun terdengar saling bersahutan. Satu persatu dari pihak musuh tumbang. Ternyata bawahan Zio juga sudah mengepung mereka.
"Mundur, kita dikepung...!" perintah salah satu dari lawan mereka berteriak.
Namun mereka sudah terlambat, karena mereka sudah dikepung oleh para bawahan Zio.
"Sial, kita ditipu oleh Jaydon. Ternyata dia tidak datang," umpat Zio saat tidak melihat Jaydon.
Ternyata Jaydon datang, tapi dia bersembunyi di tempat yang aman menurutnya. Jaydon bisa melihat mereka, tapi mereka tidak bisa melihat persembunyian Jaydon.
Sementara para bawahan Zio masih adu tembak dengan bawahan Jaydon. Para bawahan Jaydon tidak bisa lari, karena di depan ada Zio dan beberapa orang bawahannya.
Dan dibelakang, kiri dan kanan ada bawahan Zio yang sudah mengepung mereka. Akhirnya merekapun menyerahkan diri karena tidak sanggup melawan para bawahan Zio.
"Dimana boss kalian?" tanya Zio dengan mengacungkan pistol di kepala pria itu.
"Tu-tuan Jaydon tidak ikut, kami hanya diperintahkan untuk menyerang dan merampas semua senjata," jawab pria.
Zio tanpa ampun langsung menembak kepala pria itu. Sehingga pria itu tewas ditempat. Sementara yang lainnya, Zio perintahkan bawahannya untuk menghabisi mereka semua.
"Habisi mereka, jangan sampai ada yang masih hidup!" perintah Zio.
Zio kejam jika berhadapan dengan musuh, dan membunuh tanpa berkedip. Karena jika dibiarkan hidup, maka besar kemungkinan mereka akan balas dendam. Begitulah prinsip Zio sebagai seorang ketua mafia.
Sementara Jaydon dan asistennya memperhatikan para bawahan yang terbunuh oleh Zio dan kelompoknya pun mengepalkan tangannya.
"Tuan, mereka semua tewas," ucap asistennya.
"Ya, ternyata Zio lebih cerdik dari yang aku kira," ujar Jaydon. Kemudian ia memerintahkan asistennya untuk segera pergi dari situ.
Mereka akan kembali ke kediaman nya dan mengatur strategi lain untuk menghancurkan klan mafia naga hitam.
Sedangkan Zio juga memerintahkan bawahannya untuk segera kembali. Karena para musuh sudah tewas semuanya.
"Tuan, orang yang menjebak Tuan waktu itu adalah seorang wanita. Dia bekerja di bar tersebut," lapor Tio.
"Kenapa tidak bilang dari awal?" tegas Zio.
"Maaf Tuan, saya juga lupa untuk memberitahu Tuan. Apalagi akhir-akhir ini Tuan terlihat sibuk. Dan saya juga sibuk mengurus keperluan Tuan, ditambah lagi perusahaan saya juga yang urus."
"Kamu bisa resign jika tidak sanggup."
"Tidak Tuan, bukan seperti itu."
"Jadi, jangan banyak mengeluh."
Tio tidak bisa berkutik lagi, tuan memang susah diprediksi. Kadang ini kadang itu keinginannya. Jika tidak terpenuhi, maka yang menjadi sasarannya sang asisten.
"Siapa nama wanita itu?"
"Miranda Tuan, dan dia kabur setelah memberikan obat dan menerima uang dari Jaydon."
"Jaydon lagi," gumam Zio.
Akhirnya Zio tiba di markas, karena sudah jam 2 dinihari, ia tidak kembali ke mansion miliknya.
Para bawahannya menyimpan kembali senjata yang tidak jadi di jual. Semua senjata-senjata itu adalah rakitan Zio sendiri. Lalu menjualnya kepada klan-klan lain.
Dengan begitu, Zio bisa mendapatkan uang banyak diluar perusahaan yang di kelola nya.
"Kamu istirahatlah, aku juga ingin istirahat," pinta Zio pada Tio. Tio hanya mengangguk mengiyakan.
Pagi hari, Zio kembali ke mansion bersama Tio. Karena Tio tidak membawa mobil, jadi dia harus ikut Zio kembali ke mansion.
"Baru pulang kamu?" tanya sang kakek.
"Iya Kek, semalam tidur di markas," jawab Zio langsung berjalan kekamarnya.
Tidak berapa lama, Zio kembali keluar dengan pakaian berbeda dari biasanya. Bahkan gaya rambut juga berbeda.
"Tuan, Anda?" tanya Tio heran.
"Kenapa? Begini lebih bagus, agar orang tidak kenal siapa aku?" jawab Zio.
Kyro semakin tidak mengerti dengan sikap cucunya itu. Apalagi sekarang Zio semakin berani menentang dirinya.
"Apalagi yang ingin kamu lakukan? Mengapa penampilanmu seperti ini?" tanya Kyro.
Zio tidak menjawab, ia malah pamit dengan dengan membawa tas ransel dipunggung nya. Kyro hanya geleng-geleng kepala dan semakin pusing dengan tingkat cucunya yang seperti orang tidak waras.
"Kamu bawa mobil, aku pakai motor," kata Zio pada Tio.
Tio mengangguk dan mengikuti Zio dari belakang, sampai di luar gerbang, mereka motor Zio melaju. Dan saat di persimpangan, mereka berpisah karena beda arah.
"Aku akan buat kejutan pada Arsy," gumam Zio sambil mengendarai motornya.
Zio terus tersenyum disepanjang jalan. Ia sudah membayangkan akan bertemu sang pujaan hati. Walaupun Zio tahu, tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menaklukkan gadis itu.
Zio tiba di parkiran kampus, lalu memarkirkan motornya diparkiran khusus motor. Zio menoleh kesegala arah melihat para mahasiswa dan mahasiswi yang memandangnya aneh.
Kacamata tebal, rambut disisir rapi belah ditengah. Terlihat jelas jika dia seorang pria culun.
Zio berjalan masuk kedalam kampus tanpa memperdulikan tatapan mereka kepadanya. Karena tujuannya bukan untuk kuliah, tapi untuk mendekati gadis pujaannya.
Zio langsung ke ruang Rektor untuk melapor. Dan meminta disatukan satu kelas dengan Arsy.
"Tuan, bukankah Anda sudah lulusan S2? Kenapa harus kuliah lagi?" tanya Rektor. Dia tahu siapa Zio, itu sebabnya dia bertanya seperti itu.
"Atur saja Pak. Ingat! Jangan sampai ada yang tahu identitasku," pesan Zio sedikit mengancam.
"Baik Tuan, saya akan atur posisi Anda."
Zio pun dibawa ke kelas Arsy dan akan diperkenalkan sebagai mahasiswa pindahan.
paham...
jd jangan terlalu sombong