Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 15 Belajar Untuk Percaya
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (15)
Rama hanya mengepalkan tangannya. Ia merasa marah karena Dewi masih mengusik rumah tangganya dan berusaha memprovokasi Salma.
Akhirnya, semua pesan Rama hapus juga nomor Dewi ia blokir. Mencegah lebih baik sebelum terjadi apa-apa.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Mas tidak pergi bekerja?," tanya Salma bingung saat melihat sang suami malah memakai baju santai.
" Aku sudah tidak bekerja di sana. Aku sudah keluar." jawab Rama sambil memangku Salma dan mendudukkannya di atas kursi roda.
" Apa karena aku? Mas di keluarkan karena tidak bekerja dan malah menemaniku di rumah sakit?,"
Salma memang penasaran karena melihat suaminya selalu ada di rumah sakit. Mendengar kata tidak bekerja membuat Salma khawatir semua terjadi karena dirinya.
" Apa kamu akan meninggalkanku karena tidak lagi bekerja di sana? Perusahaan besar dimana semua berharap bisa bekerja disana?," Rama malah bertanya. Rama ingin tahu jawaban sang istri.
" Aku bukan mantan istrimu. Jangan samakan aku dengannya." Salma tidak suka mendengar suaminya berkata seolah-olah dia hanya memandang harta dan jabatan suaminya.
" Bagiku. Selama mas mau berusaha mencari nafkah untuk kami, aku akan tetap di sampingmu." tambahnya.
Rama tersenyum. Salma memang berbeda. Ia kemudian berjongkok di depan sang istri dan menggenggam kedua tangan Salma.
" Aku tidak di keluarkan. Tapi, aku memang sudah berencana keluar untuk memulai bisnis baru." Jelasnya.
" Bisnis baru?,"
" Hmm. Aku dan Andre akan membuka rumah makan. Kami sudah mulai membangun bangunannya. Bahkan hampir selesai."
" Itu juga yang membuatku sibuk akhir-akhir ini." jelasnya.
" Aku pikir Mas pergi menghabiskan waktu dengan Dewi."
Salma memang berpikir bahwa suaminya sibuk menemui Dewi di belakangnya. Apalagi ia yang mendengar sendiri apa yang di katakan suaminya di ruang kerjanya bahwa ia masih mencintai mantan istrinya itu.
Belum lagi, dia yang memergoki suaminya dengan Dewi di restoran yang sama. Namun, suaminya malah berbohong dengan mengatakan sedang di kantor temannya.
" Maaf. Aku akui beberapa kali pernah menemui Dewi di belakangmu. Tapi, selebihnya aku memang sibuk dengan restoran ini. Aku berencana untuk segera menyelesaikannya."
" Berjanjilah untuk selalu berkata jujur padaku. Bahkan jika ternyata Mas mulai menemukan wanita lain yang bisa membuat mas lebih nyaman dari aku. Jangan pernah berpikir untuk selingkuh. Lebih baik lepaskan aku sebelum memulai hubungan yang baru."
Walaupun rasanya sesak, namun lebih baik baginya jika suaminya jujur bahwa ia tidak mencintainya. Daripada ia mengetahui suaminya selingkuh.
Salma tertegun saat Rama justru langsung menariknya ke dalam pelukannya dan membisikkan kata-kata maaf berulang kali.
Rama teringat obrolan seorang pekerja yang tidak sengaja ia dengar di lokasi pembangunan restorannya. Di saat para pekerja lainnya sibuk membicarakan perempuan yang di tugaskan untuk mengirimkan makanan kepada mereka saat jam makan siang.
" Jika engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah datangi istrimu. Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal seperti yang dimiliki oleh wanita itu.(HR. Tirmidzi)."
" Semua wanita punya kekurangan termasuk istrimu. Bedanya, saat ini kamu sudah tahu kekurangan istrimu, namun kamu belum tahu kekurangan wanita lain. Sehingga kadang wanita lain tampak lebih baik daripada istrimu. Saat ini istrimu menerimamu dengan segala kekuranganmu. Sedangkan wanita lain belum tentu." tambahnya lagi saat mengingatkan temannya yang selalu membandingkan istrinya dengan wanita itu.
Rama merasa tertampar mendengarnya. Bagaimana bisa ia mencintai mantan istrinya dibanding dengan istrinya sendiri. Sudah jelas Dewi pergi karena tidak bisa menerima kekurangannya. Namun, tidak dengan istrinya.
Bahkan, jika boleh membandingkan Salma jauh lebih baik daripada mantan istrinya itu.
Rama mengecup berkali-kali wajah sang istri. " Aku minta maaf. Aku salah karena tidak jujur. Mulai sekarang, aku akan jujur tentang apapun. Aku juga minta kamu untuk mengatakan apa yang mengganjal di dalam hatimu. Jangan memendamnya sendiri."
Salma mengangguk. Ia pun mengakui ia selalu memendam apa-apa seorang diri. Hingga sibuk dengan prasangka yang ternyata sebatas prasangka.
Mereka pun keluar dari kamar setelah memastikan tampilan mereka tidak akan menjadi bahan pertanyaan sang putra.
" Ayah, hari ini aku mau di antar Om Zayden ya?," Faisal langsung meminta persetujuan sang ayah saat mereka baru sampai dieja makan.
" Apa tidak merepotkan, kak?," tanya Rama tak enak hati merepotkan kakak iparnya.
" Aku tidak merasa di repot kan. Ical kan keponakanku." Jawaban Zayden membuat Rama merasa bersyukur. Tidak hanyA Salma, Zayden pun bisa menerima sang putra yang notabene tidak memiliki hubungan darah dengan mereka.
Tidak hanya Rama, Bu Marisa pun tersenyum bahagia karena Faisal di terima dengan baik.
" Baiklah."
" Hore!! Terimakasih Ayah." Faisal bersorak gembira.
" Hari ini jadi meninjau pembangunan restoran?," tanya Bu Marisa pada sang putra.
" Insya Allah, Ma. Aku titip Salma. Tadinya aku ingin mengajaknya. Tapi, aku rasa Salma pasti masih ingin menghabiskan waktu dengan Kak Zay."
Salma tersenyum. Ia senang suaminya bisa memahami yang di inginkannya.
" Ya, lebih baik Salma memang di rumah saja."
Mereka pun menyelesaikan sarapan pagi mereka.
" Ini ponselmu,Say... Maksudku Salma." Rama meralat ucapannya yang hampir mengatakan kata sayang. Walaupun sebenarnya dia memang sangat menyayangi istrinya itu.
Salma diam. Ia tahu apa yang akan di ucapkan suaminya. Namun, ia merasa masih ragu untuk membiarkan suaminya memanggilnya dengan sebutan sayang lagi.
" Terimakasih. Aku pikir ponselnya rusak karena jatuh." Salma mengamati ponselnya yang tampak baik-baik saja.
" Sebenarnya saat pertama kali aku menemukannya, ponselnya mati dan layarnya rusak. Namun aku sudah memperbaikinya ke tukang servis."
Salma mengangguk. " Terimakasih."
Rama hanya tersenyum. " Jika Dewi mengirim apapun yang bisa membuat hubungan kita renggang, tanyakan dulu kebenarannya padaku. Jangan di telan mentah-mentah." Pesan Rama.
Nomor ponsel Dewi memang sudah ia blokir. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa dia akan mengirimkan apapun yang bisa merusak hubungannya dengan sang istri melalui nomor baru.
" Aku mohon percayalah padaku."
Salma mengangguk. Hubungan tanpa adanya rasa percaya pun hanya akan sia-sia. Lagipula ia sudah bersedia memberikan kesempatan pada sang suami.
" Terimakasih."
Keduanya lalu beranjak ke teras. Salma mengantarkan suaminya ke depan.
" Ma, aku titip Salam ya," Rama pamit pada sang ibu.
" Iya. Kamu tenang saja." Rama mencium punggung tangan Bu Marisa.
" Aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya." pintanya
Salma mengangguk lalu mencium tangan suaminya dengan takzim. Rama pun melabuhkan kecupan di kepala sang istri yang membuat wajah istrinya memerah.
" Assalamu'alaikum."
" wa'alaikumussalam."
Rama pergi . Sementara Faisal dan Zayden telah pergi lebih dahulu karena khawatir akan terlambat jika berangkat bersama.
Salma pun masih berdiam saat mobil Rama mulai melaju meninggalkan rumah yang jadi tempat tinggal keduanya sejak menikah.
Ting
Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Salma dari nomor baru.
TBC