Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Dengan berbesar hati Lidya mengangkat telepon itu, dia meminta Lizda membawa suami nya beserta seluruh keluarga besar nya untuk datang ke rumah dan meminta maaf. Karena takut di penjara akhirnya Daniel menyetujui permintaan tersebut.
Di kediaman Marco, dua keluarga dengan berbeda kasta ini bersatu akibat perseteruan.
"Selamat malam, saya mewakili anak saya ingin meminta maaf sebesar-besar nya atas kegaduhan yang terjadi hingga melukai fisik non Lidya." ungkap Hendra, papa dari Daniel yang membuka pembicaraan. Anak nya masih saja menampakkan wajah tidak bersalah.
"Bukan bapak yang bersalah, tapi DIA!" tunjuk Lidya ke arah Daniel yang masih bangga dengan dirinya.
"Lihat kan kalian semua, betapa sombong nya laki-laki bejat itu. Kalau begini cara nya lebih baik kamu mendekam saja di penjara!!" sentak Lidya yang selama ini tidak pernah marah dengan nada tinggi.
Tiba-tiba saja Vira berdiri dari kursi nya dan sujud di hadapan Lidya. Sontak membuat semua orang di sana memandang nya.
"Maafkan anak saya, tolong maafkan anak saya. Saya berjanji ini merupakan kejadian pertama dan terakhir." Vira menempelkan kedua telapak tangan nya.
"Bu! Ibu berdiri sekarang. Saya menyuruh anak ibu dan bapak yang meminta maaf bukan kalian. Jangan buat saya semakin marah!" suara Lidya yang biasa nya lembut berubah menggelegar membuat banyak orang bergetar.
Keringat menetes dari pelipis Lizda, padahal ruangan terasa begitu dingin. Lizda segera mendorong tubuh Daniel untuk memohon kepada Lidya.
Bisa di lihat bahwa Daniel sebenarnya sangat ketakutan, tapi ego nya berusaha menepis rasa takut. Dia tidak ingin terlihat kalah dari Lidya. Memohon hanya akan membuat nya kalah telak.
"Begini saja, Daniel. Jika memang sulit untukmu meminta maaf izinkan aku membalas perlakuan mu ke orang tuaku. Kau sudah meludahi mamaku betul? Berarti kau siap aku ludahi?" tanya Lidya dengan tatapan penuh amarah.
Lutut Daniel bergetar tanpa dia sadari, jari jemari nya pun ikut bergetar dan telapak nya berkeringat. Dengan berat hati akhirnya dia memohon kepada Lidya.
"Maafkan aku. Aku hanya melindungi istriku atas hak yang seharusnya dia terima," ucap nya.
"Kamu bukan bagian dari penerima hak, sebaiknya kamu tidak usah ikut campur!" sahut Marco yang sedari tadi hanya diam.
Pertemuan sengit itu memang berakhir dengan kata damai dan saling memaafkan, apa yang di perebutkan Lizda mulai esok sudah menjadi milik nya. Dengan syarat Daniel tidak boleh bekerja di showroom tersebut.
Keputusan itu di setujui oleh Lizda. Mulai besok dirinya sudah akan memimpin lagi showroom yang sudah resmi menjadi milik nya.
.
.
Bagaimana dengan hubungan Lizda dan keluarga nya? Jelas sudah rusak, showroom milik Lizda harus memulai dari awal semua nya. Karena untuk segala jenis laporan sudah tidak perlu peninjauan dari pusat, lebih tepat nya oleh Marco. Showroom nya sudah bukan bagian dari cabang-cabang lainnya.
"Bagus lah dia sibuk dengan pekerjaan nya, ekonomi ku membaik dan aku juga bisa bekerja di luar yang tidak satu kantor dengan dirinya." batin Daniel yang melihat istri nya sedang sibuk bersiap untuk bekerja.
"Aku pakai mobil ya, kamu bisa naik taksi dulu atau dengan transportasi lain nya," seru Lizda yang mengagetkan lamunan Daniel.
Daniel mendekat seraya memeluk istri nya "Tenang saja, tidak usah kamu pikirkan. Pikirkan saja pekerjaan mu semua untuk masa depan anak kita."
Lizda tersenyum dan segera berangkat menuju showroom, tidak ada yang aneh semua berjalan sebagaimana mesti nya.
Di bulan pertama semua berjalan baik, meskipun Lidya dan Marco terkadang masih memberikan dukungan secara diam-diam ke Lizda agar showroom nya tetap berjalan. Beberapa klient yang mencari mobil atau memerlukan perbaikan mobil, Marco memindahkan nya ke milik Lizda.
Tepat sebulan juga sikap Daniel mulai berubah, dirinya sering sekali pulang pagi tepat saat Lizda akan berangkat bekerja. Jadi bisa di bilang mereka jarang bertemu, hanya seminggu sekali saja saat akhir pekan.
Akhir pekan adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Lizda.
"Kamu tidak ingin mengajakku dan Aska jalan-jalan? Ini hari libur mu kan?" tanya Lizda penuh harap.
"Tidak, teman-temanku akan datang hari ini. Mungkin di sore hari, jadi kita tidak usah pergi dulu." jawab Daniel dengan mata yang masih terpejam.
"Kamu punya pacar di tempat kerja? Seperti dulu saat dengan Rara?" sindir Lizda.
Ternyata ucapan Lizda tersebut menyulut emosi Daniel yang sudah lama di pendam nya.
"DIAAM! Kamu bisa diam tidak? Aku ini lelah, jika memang tidak ada bukti kamu tidak bisa menyudutkanku seperti ini, Lizda." teriak Daniel, seketika Lizda mematung air mata nya sudah penuh yang siap membasahi pipi lembut itu.
Karena malu dengan orang rumah, Lizda memilih diam.
.
.
"Permisi, permisi..." teriakan beberapa orang sudah terdengar dari depan pagar di sore hari.
Daniel yang kegirangan segera keluar untuk menyambut teman-teman nya, mereka membuat acara seperti piknik. Menggelar tikar berwarna coklat di pekarangan rumah Daniel serta membawa beberapa makanan kecil. Vira juga menyambut mereka dengan sangat ramah.
Lizda keluar dengan membawa minuman untuk di sajikan ke teman-teman suami nya. Menggunakan dress panjang berwarna merah muda yang membuat nya terlihat sangat cantik.
"Oh ini rupanya istrimu, Dan." seru salah seorang laki-laki yang tak bukan adalah Bagus.
"Wah cantik sekali, cantik. Pantas saja kamu tidak mau selingkuh!"
Lizda mengerutkan alis nya melihat cara teman-teman nya bercanda sangat lah berbeda dengan banyak orang yang Lizda kenal. Daniel terlihat tidak risih justru menikmati candaan itu.
.
.