Namanya adalah Zhang Yu. Dia anak seorang tetua klan di Kota Qian Gu yang memiliki cukup pengaruh. Akan tetapi karena dirinya terlahir berbeda, semua orang menganggapnya sebagai sampah.
Namun, tanpa diketahui banyak orang ternyata Zhang Yu memiliki tubuh spesial. Beruntung dia bertemu dengan seorang guru yang tahu bagaimana cara membangkitkan kekuatannya. Mengubah dirinya dari seorang sampah menjadi genius berbakat mengerikan.
Ini adalah perjalanan Zhang Yu dalam membuktikan diri sebagai petarung terhebat. Mengemban nama kaisar petarung, mengguncang dunia dan membangun pondasi mencapai puncak keabadian.
Simak kisah lengkapnya dan jadilah saksi sebuah legenda tercipta. Kaisar Petarung!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 12 : Menang Dengan Cepat
Setelah Zhang Ying memenangkan pertarungan, babak kualifikasi pun berlanjut. Satu persatu dari generasi muda yang tergolong dalam kelompok tingkat kedua bertarung dan memperebutkan tiket menuju babak utama.
Dari delapan belas generasi muda, lalu berkurang jadi delapan dan kemudian hanya tersisa empat generasi muda yang bertahan.
Empat generasi muda ini sekarang berada di atas panggung pertarungan. Dua pria dan dua wanita. Satu dari dua wanita tersebut tidak lain adalah Zhang Yin. Dia lolos setelah menang dalam dua pertarungan.
"Kalian berempat silakan kembali untuk memulihkan kekuatan. Babak utama akan dilaksanakan setelah jeda istirahat." Zhang Yan memberi arahan pada keempat generasi muda yang lolos. Tak lupa juga dia memberitahu kelompok tingkat pertama untuk bersiap karena setelah tiga puluh menit babak utama akan dilaksanakan.
Hampir sama dengan babak kualifikasi. Dalam babak utama setiap generasi muda akan berhadapan satu lawan satu. Diacak berdasarkan pengambilan nama yang secara khusus dilakukan oleh Pangeran Ketujuh dan Pangeran Kelima.
"Yu'er, bagaimana keadaanmu?"
Karena masuk waktu istirahat, siapapun boleh mendatangi peserta yang akan berkompetisi. Zhang Bing, dengan didorong oleh sang kakak dia mendatangi Zhang Yu yang duduk di pojokan.
"Apa kau gugup?" tanya Zhang Bing sekali lagi.
"Aku tidak gugup, Bibi," jawab Zhang Yu.
Zhang Long mengeluarkan sebuah pedang dari cincin penyimpanannya. "Yu'er, sepertinya kau belum memiliki senjata. Jadi gunakan saja pedang milik ayah."
Pedang berwarna perak dengan garis merah memanjang di tengah-tengah. Meski tampak kuat, tapi Zhang Yu tidak mau menerimanya. "Tidak, Ayah. Aku sudah punya pedang ku sendiri."
Bersama dengan itu Zhang Yu mengeluarkan pedangnya. Pedang berwarna coklat dengan panjang tak lebih dari setengah meter.
Zhang Long dan Zhang Bing secara kompak menyipitkan mata. Ekspresi tampak rumit kala mengamati pedang tersebut.
"Yu'er, Ayah tahu kemampuanmu paling tinggi di antara yang lain. Tapi kau tidak boleh meremehkan mereka. Setiap lawan harus dihadapi dengan sepenuh kekuatan!" Zhang Long berceramah. Sementara Zhang Bing mengangguk seolah mendukung kalimat kakaknya.
Zhang Yu menggaruk tengkuk kepala yang tak gatal. Dia sedikit bingung bagaimana harus menjelaskan. "Ayah, coba kau pegang pedang ini."
Dengan raut wajah yang bingung, Zhang Long menerima pedang coklat itu. Kening yang mulanya berkerut penuh pertanyaan, dalam sekejap berganti dan memperlihatkan keterkejutan
"I-ini ...." Zhang Long tidak bisa berkata-kata. Pedang pendek yang tampak rapuh ini ternyata memiliki berat sepuluh kali lipat dari pedang miliknya.
Dia menyerahkan kembali pedang coklat itu pada Zhang Yu. Tapi perhatiannya masih tak bisa berpaling darinya.
"Yu'er, pedangmu ini ...."
"Pedang ini milik guru, Ayah. Meski terlihat seperti perunggu, tapi sebenarnya bahan dasar pedang ini adalah kristal bintang."
Zhang Long sudah mendengar cerita Zhang Yu dan pertemuannya dengan gurunya. Tapi apa itu kristal bintang? Dia sama sekali tidak tahu dan bahkan baru pertama kali mendengarnya.
Dalam pemahamannya, artefak terbagi menjadi tiga tingkatan. Kelas bawah, kelas menengah dan kelas atas.
Pedangnya termasuk kategori artefak kelas menengah. Meski bukan artefak tingkat tertinggi, tapi di Kota Qian Gu sudah menjadi salah satu artefak terkuat.
"Ayah salah tentang pedangmu. Ayah pikir kau sengaja menggunakan pedang yang rapuh karena percaya diri dengan kultivasimu."
Zhang Yu hanya tersenyum sambil memandangi pedang coklat itu.
Pedang Semesta, itu adalah nama yang ia tahu dari gurunya. Sejak pertama kali berlatih ia selalu menggunakan pedang itu sebagai bahan latihan.
Tentu saja tidak gampang untuk mengendalikannya. Membutuhkan waktu satu tahun hingga Zhang Yu benar-benar memiliki kekuatan tangan yang cukup untuk menggunakannya.
Sejak meninggalkan lembah tengkorak Zhang Yu belum sekalipun mengeluarkan pedang semesta dari cincin penyimpanan. Dalam acara kedewasaan ia akan menggunakannya dan menunjukkan kemampuan berpedangnya.
Waktu berlalu, jeda istirahat yang diberikan telah habis. Zhang Yan naik ke atas panggung pertarungan. Masih dengan selembar kertas di tangannya, dia memanggil nama generasi muda sesuai daftar yang tercatat.
"Zhang Shu!"
Ketika nama ini disebutkan, pria berpakaian hijau yang duduk di sebelah Zhang Feng berdiri.
"Ha-ha, aku sungguh sudah tidak sabar untuk bertarung. Entah siapa yang akan menjadikan lawanku, selama itu bukan kakak Feng, aku pasti mengalahkannya." Dia tersenyum percaya diri seolah kemenangan telah dipastikan menjadi miliknya.
Putra tetua ketiga itu naik ke atas panggung pertarungan dan menunggu lawan yang akan menghadapinya.
"Zhang Yu!"
Sejenak suasana di sana menjadi hening ketika nama Zhang Yu disebutkan. Pandangan langsung tertuju pada sosok pria yang duduk di baris paling belakang.
Di saat yang sama, Zhang Shu tersenyum gembira mengetahui siapa lawannya. Seperti dapat menang dengan mudah, ia mengacungkan tangan pada Zhang Yu.
"Hei! Cepat naik ke sini. Aku ingin segera turun dan bersantai," ucapnya yang langsung disambut tawa puluhan penonton di sekitar.
Zhang Yu hanya mendengus dingin. Dia menurunkan kakinya dan berjalan menuju panggung pertarungan.
Ketika sampai di atas, dia langsung mengeluarkan pedang semesta. "Tetua Keempat, aku sudah siap!"
"..."
Hening. Tatapan semua orang fokus pada pedang coklat di tangan Zhang Yu.
"Kau yakin akan menggunakan pedang itu?" tanya Tetua Keempat dengan meragukan.
Zhang Yu tahu apa yang dipikirkan tetua keempat, juga tahu apa yang dipikirkan semua orang. Tapi dia terlalu malas menjelaskan. Jadi biarkan mereka menyaksikan dan menilai sendiri.
"Yakin. Tetua Keempat bisa memulai pertarungan ini."
Zhang Yu hanya menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya. Tapi entah kenapa wajah Zhang Shu terus bertambah kesal ketika mendengarnya.
"Kurang ajar! Apa kau merasa sangat hebat sehingga membawa pedang rongsokan? Aku akan membuatmu menyerah dalam satu serangan!" Zhang Shu membatin dengan marah. Dia mengeluarkan pedang dari cincin penyimpanannya dan pedang ini bukan pedang biasa.
"Oh, lihat! Zhang Shu meminjam pedang ayahnya! Itu adalah pedang kelas bawah." Mereka yang melihat pedang di tangan Zhang Shu dengan segera mengenalinya sebagai pedang milik Tetua Ketiga, Zhang Bai.
"Tidak disangka Zhang Shu akan menggunakan pedang kelas bawah. Sepertinya pertarungan ini akan berakhir dengan cepat."
Zhang Shu semakin percaya diri setelah mendengar kalimat orang-orang di bawah. Dia mengangkat pedangnya sedikit lebih tinggi dan melirik Tetua Keempat.
"Aku juga sudah siap, Tetua Keempat. Pertarungan ini bisa langsung dimulai."
Zhang Yan mengangguk. Dia lalu memberi aba-aba dengan tangannya. Memperhatikan kedua peserta mulai mengalirkan Qi, dia melompat sambil berseru lantang.
"Mulai!"
Gema suara itu belum berakhir. Zhang Shu melesat dengan cepat sambil mengayunkan pedangnya.
"Zhang Yu! Pertarungan ini akan segera berakhir!" Dia memusatkan kekuatannya dan melakukan tebasan vertikal.
Zhang Yu masih bergeming. Kebanyakan orang yang menyaksikan berpikir ini adalah akhir. Mengira pedang rongsokan itu akan hancur ketika menahan pedang kelas bawah.
Namun, mereka melewatkan satu fakta. Yang mereka lihat sebagai rongsokan, tidak lain adalah artefak kelas atas. Pedang di tangan Zhang Shu hanya artefak kelas bawah. Ketika keduanya beradu, pedang itu langsung patah menjadi dua.
Zhang Shu tercengang. Mata semua orang terbuka lebar.
"Kau ingin turun dengan cepat, bukan? Maka aku akan membantumu!" Zhang Yu tak memberi kesempatan. Melihat Zhang Shu masih dalam keterkejutan, dia melesat dan mendaratkan satu pukulan.
Tidak sempat menahan apalagi menghindar. Tubuh Zhang Shu terhempas jatuh dari panggung pertarungan.
Sekali lagi hal ini membuat seluruh penonton terdiam dengan mata terbuka lebar. Walau sebelumnya mereka berpikir pertarungan ini akan berakhir cepat. Tidak pernah menyangka yang memenangkan pertarungan adalah Zhang Yu. Mengejutkan!